Kita semua boleh jadi akrab dengan hadis Arba’in Imam an-Nawawi. Kompilasi 40 hadis pilihan versi Imam Nawawi yang kemudian di-syarah atau dikaji oleh jutaan umat Islam di dunia hingga saat ini. Namun sebenarnya penyusunan daftar 40 hadis itu bukanlah inisiatif Imam Nawawi sendiri. Hal itu sebenarnya merupakan praktek yang dilakukan oleh banyak ahli Hadis, meskipun kompilasi Arbai’in versi Imam Nawawi dapat dikatakan sebagai hasil yang paling populer dari kebiasaan ini.
Imam Nawawi sendiri dalam pembukaan Arba’in menyatakan bahwa latar belakang beliau menyusun kompilasi 40 hadis beliau juga karena melanjutkan kebiasaan tersebut. Kebiasaan ini menurut Imam nawawi dilakukan sebagai pengamalan terhadap hadis berikut ini:
مَن حفظ على أمتي أربعين حديثًا في أمر دينها بعثه الله فقيهًا، وكنتُ له يومَ القيامة شافعًا وشهيدًا
“Orang yang memelihara 40 hadis kepada umatku tentang berbagai perkara agama mereka, maka ia akan dibangkitkan sebagai seorang Faqih, dan pada hari kiamat, akau akan menjadi penolong baginya.”
Hadis di atas diriwayatkan oleh Imam baihaqy dan Ibn Hibban. Berkaitan dengan status dan kualitas hadis, Imam Nawawi menyatakan bahwa ia lemah atas kesepakatan para ulama, namun kelemahannya tidak terlalu parah sehingga masih dapat diamalkan sebagai fadhail amal.
Jauh sebelum era Imam Nawawi, penyusunan kompilasi 40 hadis pilihan telah dilakukan oleh banyak ulama. Ibn al-Mubarak yang hidup pada kurun abad kedua disebutkan telah melakukan hal ini. Tokoh Hadis besar yang hidup sebelum era Imam Nawawi seperti ad-Daruquthny dan al-Hakim juga memiliki 40 hadis pilihan versi mereka. Tokoh besar lainnya yang diketahi turut mengamalkan hal ini adalah Ibn ‘Asakir, al-Dzahaby dan Ibn Hajar al-‘Asqalany dan masih banyak lagi.
Model Penulisan
Dalam menyusun 40 hadis pilihan, para ulama memiliki model penulisan yang beragam, model penulisan ini pun ikut mengikuti arus perkembengan penulisan kitab-kitab hadis. Ibn al-Mubarak misalnya menyusun 40 hadis beliau dengan hanya menulis redaksi dan petikan bunyi hadis saja.
Ulama lainnya seperti al-Thusy membuat daftar beliau dengan sistematika hadis-hadis berdasarkan pembahasan dalam bab tertentu. Al-Ajiry menulis daftar beliau dengan turut mencantumkan syarahan terhadap hadis.
Al-Baihaqy dan Ibn ‘Asakir melengkapi Arba’in mereka dengan turut mencantumkan sumber hadis. Dalam perkembangannya, ada sebagian ulama yang membuat versi Arba’in di luar kompilasi hadis, melainkan 40 pembahasan dalam kajian ilmu tertentu. Misalnya Fakhruddin al-Razy menulis kitab 40 tema ilmu kalam.
Perhatian Ulama dalam Masalah Ini
Penyusunan 40 hadis pilihan dipraktekkan oleh banyak ulama sebagai wujud perhatian dan keseriusan mereka dalam kajian hadis. Para ulama terkadang juga menyusun hadis-hadis pilihan versi mereka dengan menyesuaikan kebutuhan dan karakter umat Islam pada masa tersebut, hadis-hadis pilihan mereka diseleksi berdasarkan problem dan isu yang muncul pada masanya.
Selaras dengan ini, daftar hadis pilihan para ulama yang mereka susun dalam Arba’in mereka juga dapat memberikan petunjuk tentang setting sosial dan keilmuan yang berlaku kala itu. Kompilasi ini juga dapat memfasilitasi masyarakat awam dalam berinteraksi dengan hadis-hadis Rasulullah, karena para ulama telah meringkas dan memadatkan berbagai tema pokok agama dalam beberapa hadis saja.
Imam Nawawi sendiri boleh jadi cukup beruntung karena Arba’in versi beliau menjadi sebuah kitab yang paling populer dan familiar bagi umat Islam, susunan beliau tersebut dipelajari di mana-mana, ditulis syarahan dan penjelasan isinya oleh banyak ulama, hal ini tentu menjadi salah satu wujud keberkahan ilmu beliau. (AN)