Selama ini, untuk menjawab pertanyaan apakah puasa memiliki manfaat dari perspektif kesehatan, sebagian dari kita yang biasa mengujarkan kajian agama menggunakan dalil yang dinyatakan sebagai hadis Nabi Saw,
صوموا تصحوا
“berpuasalah kamu, maka kamu akan menjadi sehat
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibn Sunni, dan al-Thabarani ini masih diperdebatkan kesahihannya. Literatur yang bertema menelusuri sumber keotentikan sebuah hadis (takhrij al-hadits) menyatakan hadis ini adalah hadis lemah (dha’if), meski ada pula yang menyatakan palsu (mawdhu’). Meski dinilai lemah, karena tidak berkaitan langsung dengan persoalan hukum beberapa ulama masih menggunakan hadis ini sebagai dalil manfaat puasa bagi kesehatan. al-Munawi dalam Faydh al-Qadiir mengutip al-Harali memberikan penjelasan hadis ini sebagai berikut:
Hadis ini menunjukkan bahwa orang yang berpuasa memperoleh manfaat positif bagi tubuh dan kesehatannya. Ia juga memperolah kenikmatan yang berlimpah dengan pahala yang besar di akhirat. Kesehatan tubuh dan akal pikiran diperoleh dengan kesiapan untuk berinstropeksi, memahami diri, dan menghancurkan hawa nafsu hingga mencapai derajat orang-orang mukmin, lalu meningkat ke tingkatan orang-orang yang Ihsan… Dan di dalam puasa terdapat panganan untuk konsumsi hati, selayaknya juga ketika tubuh menerima konsumsi makanan. Para penekun bidang agama – yang berdoa pada Allah Swt. pagi sore hanya menghendaki Tuhannya – menyatakan bahwa kunci mendapatkan petunjuk pada kesehatan adalah dengan rasa lapar. Karena, disaat anggota tubuh melemah karena Allah, Ia menerangi hati dengan cahaya, hawa nafsu menjadi murni, badan juga jadi kuat untuk menunjukkan wujud keimanan dengan “hati yang baru”.
Dalam ajaran Islam, puasa yang dipraktikan adalah puasa yang dimulai semenjak fajar hingga terbenamnya matahari. Tidak ada puasa yang dilakukan melebihi waktu tersebut. Bahkan, dalam satu hadis, Rasulullah Saw. memerintahkan orang yang berpuasa agar segera membatalkan puasanya ketika waktu berbuka telah tiba. Ini menunjukkan kalau hikmah dari ibadah puasa diantaranya adalah tidak berlebih-lebihan dalam menjalankannya.
Dari penjelasan di atas, kita boleh jadi bertanya apakah dengan semakin majunya penelitian medis dibandingkan masa lalu, apakah puasa benar-benar memberikan manfaat buah tubuh? Kalau benar-benar memberi manfaat, mengapa Nabi Saw. justru memerintahkan umatnya cepat berbuka puasa disaat waktu berbuka telah tiba?
Mencoba memberikan argumen lain dari perspektif medis, penulis merangkum empat manfaat puasa dengan mengutip buku “Hikmah Puasa Perspektif Hadis dan Medis” yang ditulis oleh dr. Agus Rahmadi bekerjasama dengan tim kajian hadis el-Bukhari Insitute.
Pertama, Memperpanjang Umur
Kesimpulan ini didapatkan dari penelitian Vladimir Nikitin yang mengamati kalau kebanyakan orang Indonesia tetap berbadan gemuk meski berpuasa. Untuk membuktikannya, ia mencoba mempraktikannya lewat tikus yang dikelompokkan menjadi empat model, ada yang tidak diberi makan sama sekali, dipuasakan setiap senin dan kamis, puasa Daud (sehari puasa sehari tidak), dan terakhir diberi makan setiap hari. Hasilnya adalah, yang dipuasakan umurnya dapat mencapai empat tahun, sementara yang tidak makan sama sekali mati terlebih dahulu, kemudian yang diberikan makan setiap hari.
Penjelasannya adalah, ini disebabkan karena didalam tubuh terdapat bagian sel yang disebut mitokondria. Salah satu bagian dari unsur terkecil dalam tubuh, yaitu sel ini berfungsi sebagai alat pembakar dan pemroduksi energi. Melalui mitokondria, dihasilkanlah ATP (energi) dan O2 (radikal bebas) yang diperoleh dari pembakaran glukosa dan oksigen. Pembakaran itu terjadi disaat tubuh menerima asupan makanan.
Disaat yang sama, tubuh memiliki superoxide dismutase, hydrogen peroksidae, dan catalasae yang berfungsi mengubah radikal bebas menjadi oksigen dan air. Jika kita makan terlalu banyak, enzim tersebut tidak mampu mengubah seluruh radikal bebas yang berada di dalam tubuh. Yang jika dibiarkan, akan merusak sel normal, bahkan berdampak kepada kanker. Dengan berpuasa, enzim memiliki waktu untuk menghilangkan radikal bebas yang masih belum terolah dalam tubuh.
Kedua, Menambah Kesuburan dan Memperkuat Tubuh
Kesimpulan ini diperoleh lewat uji coba terhadap ayam petelur di Amerika Serikat. Biasanya, ayam yang sudah mencapai batas akhir fase akhir, tidak bisa bertelur lagi. Dalam kondisi ini, ayam sudah dianggap tidak produktif dan akan dijadikan ayam potong. Namun, peternak tersebut mencoba mempuasakan sekitar 864 ekor ayam yang sudah tidak produktif. Caranya dengan membagi menjadi dua kelompok ayam, dengan kelompok pertama dipuasakan selama beberapa jam, dan kelompok kedua diberi makan seperti biasa. Setelah 10 hari, hasilnya ayam yang dipuasakan kembali bertelur.
Dari sini, puasa rupanya membuktikan dapat meningkatkan kesuburan. Bagaimana mekanismenya? Pada saat seorang kadang keadaan lapar, sebenarnya dia tidak berarti tidak memiliki energi sama sekali. Saat lapar, bagian yang disebut epinephrin dalam ginjal merangsang keluar cadangan gula (glukagon) agar menjadi energi aktif berupa glukosa. Lebih lanjut ginjal kembali merangsang keluarnya hormon ACTH untuk mengeluarkan kortisol yang berfungsi meningkatkan kadar gula darah. Belum berhenti sampai disitu, hormon FSH dan LH yang berfungsi mendorong kesumbur juga didorong keluar oleh ginjal
Ketiga, Mencerdaskan Otak
Penelitian disimpulkan dari sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat. Dr. Alan Scott, melakukan penelitian ini dengan mencoba membagi mahasiswanya menjadi dua kelompok dua hari sebelum melaksanakan ujian. Kelompok pertama disuruh berpuasa terlebih dahulu, dan yang kedua tidak. Hasilnya, kelompok pertama mendapatkan nilai lebih tinggi dibandingkan kelompok yang kedua. Ini dapat dijelaskan karena orang yang tidak berpuasa metabolisme tubuhnya cukup tersita untuk mengolah makanan. Itu mengapa beberapa orang yang setelah makan sering merasakan kantuk. Sementara yang berpuasa lebih seimbang, sehingga lebih bisa dioptimalkan metabolisme tubuh untuk kerja otak.
Keempat, Menurunkan Gula Darah dan Kolesterol
Dengan tidak mengkonsumsi makanan, tubuh lebih memiliki waktu untuk mengolah energi yang sudah masuk lewat asupan makanan sebelumnya. Apalagi, tubuh sendiri memiliki cadangan energi (glukagon) yang bisa diaktifkan sehingga Sementara jika terus makan, tubuh tidak cukup mampu mengolah energi yang terdapat dari makanan, sehingga menjadikan makanan yang masuk mengendap dan menimbulkan penyakit (radikal bebas).
Semoga puasa kita kali ini menyehatkan tubuh kita. Amin…