Saat Rasulullah sedang tidur di Hajr Aswad. Tiba-tiba ada seorang yang datang membangunkannya. Rasulullah mingira bahwa seseorang tersebut adalah Jibril, sayangnya Nabi tidak melihat siapapun ketika terbangun. Nabi memejamkan matanya kembali. Saat Nabi mulai memejamkan matanya, tiba-tiba ada seseorang yang menggerak-gerakkan kakinya untuk membangunkannya. Terhitung dua kali nabi bangun dari tidurnya dan tidak ada siapapun di hadapannya. Ketiga kalinya saat nabi terbangun, tiba-tiba Jibril telah berada di sampingnya.
Jibril pun mengajak nabi keluar. Di luar, sebuah hewan yang disebut buraq sudah siap membawanya menuju tempat yang telah ditakdirkan Allah untuknya. Buraq membawa Rasulullah beserta dua pengawalnya, yakni Jibril dan Mikail menuju Baitul Maqdis.
Isra’ Nabi dan Perkenalan dengan para nabi terdahulu
Sebelum sampai di Baitul Maqdis, Jibril mengajak Rasulullah untuk sholat terlebih dahulu di beberapa tempat. Yaitu Tayyibah (madinah al-Munawwarah, kelak menjadi tempat hijrahnya Nabi), Madyan (tempat berteduhnya nabi Musa saat menghindari kejaran Firaun), Turshina (tempat nabi Musa menerima wahyu dari Allah), dan Bethelhem atau Bait al-Lahm (tempat kelahiran Nabi Isa).
Setelah Sholat, nabi pun melanjutkan perjalanannya kembali menuju Baitul Maqdis. Sesampainya di Baitul Maqdis, Nabi Ibrahim, Musa, Isa serta para Nabi telah menyambut kedatangan Rasulullah. Mereka memang sengaja dipersiapkan oleh Allah agar bisa bertemu dengan Rasulullah. Tidak ada yang mereka lakukan kecuali menjadi Makmum dari Rasulullah.
Pertemuan Rasulullah dengan beberapa nabi terdahulu tersebut dibuktikan dengan daya ingat nabi dalam menggambarkan ciri-ciri beberapa nabi yang ditemui saat Isra’ dan Mi’raj. Rasulullah menggambarkan ciri-ciri para nabi terdahulu seraya menyebutkan siapa sahabat yang paling mirip dengan nabi tersebut. Bahkan nabi sendiri mengatakan bahwa ia mirip dengan rupa dan fisik nabi Ibrahim.
Selain beberapa nabi di atas, Rasulullah juga bertemu dengan beberapa nabi yang lain ketika Mi’raj. Di antaranya adalah Nabi Adam yang ditemui nabi di langit pertama, bertemu dengan Isa kembali di langit kedua, Bertemu dengan nabi Yusuf di langit ketiga, Nabi Idris di langit ke empat, bertemu nabi harun di langit ke lima, bertemu kembali dengan nabi musa di langit ke enam. Berulah saat sampai ke langit ke 7 nabi bertemu dengan orang yang sangat mirip dengannya, yaitu nabi Ibrahim.
Kuasa Allah SWT untuk mempertemukan para nabi terdahulu dengan Rasulullah adalah sebagai refrensi dakwah bagi Nabi SAW untuk menjawab berbagai pertanyaan yang dilontarkan oleh para Kafir tentang para nabi terdahulu. Hal itu juga sebagai media pembuktian bahwa risalah yang dibawa oleh Rasulullah adalah benar-benar sebagai penyempurna ajaran dan agama yang telah dibawa oleh nabi-nabi pendahulunya.
Mi’raj dan sarana Nabi mengetahui beberapa jenis umatnya
Dalam riwayat Abu Said al-Hudri yang dikutip oleh Ibnu Hisyam, saat nabi sampai di langit pertama dan bertemu dengan Nabi Adam, Rasulullah juga bertemu dengan beberapa jenis manusia yang berbeda-beda.
Pertama, nabi melihat sekelompok orang yang wajah mereka mirip dengan wajah unta dan tangannya menggenggam bara api. Tidak hanya digenggam, bara api itu mereka makan dan keluar dari dubur mereka. Kelompok ini adalah orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim. Karena harta tersebut adalah harta yang tidak halal, maka Allah mengumpamakan harta itu dengan bara api yang sangat panas. Seolah-olah, siapapun yang memakannya akan menuai kehancuran.
Selain itu Rasulullah juga bertemu dengan sekelompok orang yang perutnya sangat aneh. Orang-orang ini seperti sedang kehausan. Orang-orang ini adalah perumpamaan orang yang gemar memakan harta riba. Walaupun perut mereka sudah buncit, mereka tetap saja merasa kekurangan
Kemudian nabi menyaksikan orang-orang yang lebih memilih untuk makan daging busuk walaupun di sampingnya terdapat daging yang enak dan empuk. Ini merupakan perumpamaan bagi seorang perempuan atau laki-laki yang sudah memiliki pasangan yang sah, namun masih tetap berselingkuh dengan orang-orang yang bukan suami/istri mereka.
Dalam Dardir Mi’raj, Syeikh Najmuddin al Ghaiti juga menyebutkan beberapa kisah lain, seperti kisah Masyitah yang rela dimasak hidup-hidup bersama keluarganya hanya untuk memperjuangkan kepercayaan dan prinsipnya atas agama Allah. Selain itu kisah para pengumpat yang ia melakukan sesuatu yang sama serta kisah perkataannya berdampak besar namun ia tidak bisa menghentikan dampak itu setelah ia menyesa.
Dari kisah di atas sebenarnya nabi sedang diberikan kisi-kisi oleh Allah terkait jenis-jenis manusia yang akan ia hadapi saat berdakwah. Yakni di antaranya adalah, pemakan harta anak yatim, pelaku riba, dan pezina. Seolah-olah kisah-kisah yang diperlihatkan kepada nabi adalah sebuah diklat kecil-kecilan tentang mengenal jenis-jenis umat yang akan ia hadapi. Tentu dengan diklat tersebut nabi tidak akan kaget jika nanti bertemu dengan orang-orang yang semacam itu.
Dari pertemuan Rasulullah dengan para nabi pendahulunya dan pertemuan nabi dengan beberapa jenis umatnya, tidak lain adalah sebuah visualisasi pembelajaran yang dilakukan Allah kepada Rasulullah. Pertemuan Rasulullah dengan para pendahulunya seolah-oleh seperti pertemuan junior dengan para senior yang telah mengalami manis dan getir. Setelah itu nabi dipertemukan dengan berbagai macam umatnya yang berbeda-beda. Upaya ini seolah-olah dilakukan oleh Allah SWT agar nabi meracik komposisi yang pas ketika berdakwah nanti. Pembelajaran secara tidak langsung kepada nabi inilah salah satu hal yang mempengaruhi kesuksesan dakwah nabi. Wallahu alam. []
Baca tulisan Alvin Nur Choironi lain atau perihal Siroh kehidupan Rasulullah.