Viral Muslimah Mengantar Suami Poligami, Kita Hanya Korban Industri Poligami?

Viral Muslimah Mengantar Suami Poligami, Kita Hanya Korban Industri Poligami?

Viral diskusi tentang istri yang ‘rela’ dimadu, bagaimana sih seharusnya?

Viral Muslimah Mengantar Suami Poligami, Kita Hanya Korban Industri Poligami?

Tren poligami cukup meningkat di masyarakat kita belakangan ini. Ada beberapa meme, video maupun visual gambar yang seringkali menunjukkan para perempuan tersebut rela untuk dipoligami. Bahkan satu video viral terkait poligami. Namun, satu fakta yang layak dianalisis, tren poligami ini bermula salah satunya dari beberapa film yang ada di Indonesia yang mengangkat poligami menjadi tema utamanya.

https://twitter.com/MSAndiP8/status/1225180053215924225

Bermula dari ‘Ayat-Ayat Cinta’ yang meledak dan ditonton sekitar 3,5 juta penonton.  Lalu kita diperkenalkan dengan sosok Fahri (Fedi Nuril) yang tak mengenal pacaran hingga akhirnya menikahi Aisha Greimas (Rianti Cartwright). Pernikahan itu membuat sahabatnya Maria Girgis (Carissa Putri) menderita karena memendam cintanya kepada Fahri. Fahri pun akhirnya menikahi Maria yang telah masuk Islam. Tapi Maria ternyata tak mampu melawan penyakitnya hingga akhirnya meninggal.

Film tersebut dilawan oleh film ‘Ketika Cinta Bertasbih’. Film yang diangkat dari buku Habiburahman ini ditonton oleh 3,1 juta orang mendapatkan perhatian. Sosok Anna yang diperankan oleh Oki Setiana Dewi mengajukan syarat ketika calon suaminya ingin melakukan poligami. Lalu Anna menyodorkan kitab Al Mughni karya Ibnu Qudamah.

Tujuh tahun berselang, baru pada tahun 2015 film ‘Surga yang Tak Dirindukan’ mengangkat kembali film bertema poligami. Film yang dibintangi oleh Fedi Nuril dan Laudya Chintya Bella terbilang cukup sukses. Hanya saja, film tersebut tidak seheboh dua film lainnya. Film yang diadaptasi dari novel karya Asma Nadia ini hanya ditonton 1,5 juta orang. Hanya saja, mampu membawa baper sejumlah penontonnya.

Sosok Prasetya yang diperankan Fedi Nuril seakan tidak berdaya dengan keputusan tidak sengajanya untuk berpoligami. Diawal, sosok Arini yang diperankan oleh Bella berontak dengan poligami yang dilakukan oleh suaminya dengan Mei Rose diperankan oleh Raline Shah. Namun, Arini pada akhirnya mampu berdamai dengan keadaan dan menerima poligami yang dilakukan oleh suaminya.

Dua film tersebut, seakan membuat masyarakat terhipnotis. Serta turut mengubah pandangan, poligami tidak menjadi masalah. Terutama pada film ‘Ayat-Ayat Cinta’ dan ‘Surga yang Tak Dirindukan’ ini orang ketika dalam pernikahan akan pergi. Misalkan, dalam film ‘Ayat-Ayat Cinta’ salah satu istri Fedi Nuril harus meninggal. atau pindah ke daerah lain seperti film ‘Surga yang Tak Dirindukan’ yang dilakukan Mei Rose.

Namun, dari alur cerita tersebut ita bisa menangkap, film-film tersebut tidak pernah menggambarkan secara utuh bagaimana pola relasi yang tepat antara suami dengan dua orang istri. Tidak pernah ada sebuah kiblat yang jelas sebagai pembuktian, jika manusia bisa melakukan poligami yang benar tanpa membuat salah satu istri terluka.

Film-film poligami yang pernah tayang mempertegas jika para sutradara ini enggan berdebat dengan kultur dan penerimaan perempuan yang enggan berpoligami.

Setelah film tersebut, dua tahun berturut-turut perfilman Indonesia kembali dihiasai oleh film poligami. Yakni, Film ‘Athirah’ pada 2016 dan ‘Surga yang Tak Dirindukan 2’ pada 2017. Bahkan, film ‘Athirah’ ini menjadi film dinobatkan menjadi film terbaik. Film poligami yang berganti itu, seakan berusaha mengubah cara pandang tentang poligami yang saling bergantian.

Tapi, Kok bisa film poligami ini ditayangkan terus? Apa sebagai warga Indonesia telah demam poligami? Memang, poligami ini masih jadi perdebatan disebagian kalangan. Terutama di kalangan perempuan. Bahkan, disebagian kalangan perempuan poligami salah satu syariat Islam yang tidak mungkin ditentang. Dengan kata lain, perempuan harus menerimanya. Namun, berbicara tentang kesiapan para perempuan tidak siap untuk berpoligami. Tidak jarang, ketika disajikan pertanyan tersebut, rata-rata para perempuan hanya bisa berpasrah saja pada keadaan. Harap-harap cemas jika seandainya terjadi poligami. Dalam film-film tersebut selalu digambarkan pemberontakan dalam batin  istri pertama.

Pada akhirnya, perempuan yang menjadi objeknya. Namun, khusus untuk para perempuan, mereka diciptakan yang pasti bukan hanya sekedar menyimpan mani lalu hamil dan melahirkan. Perempuan bukan hanya sebagai alat instrumentasi seksual demi berkembangbiaknya spesies yang bernama Phytecantropus Erectus.