Setelah rekaman vidio penyebutan kata “al-fateka”oleh Jokowi dalam pembukaan Musabaqah Tilawatil Quran tahun 2018 di Medan Sumatera Utara viral, banyak tanggapan yang muncul, khususnya tanggapan yang kontra.
Namun, beberapa tokoh yang pro juga ikut bersuara. Salah satunya, mantan Gubernur NTB, Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi.
Mantan gubernur yang juga seorang hafidz al-Quran ini menjelaskan tiga hal. Yang pertama terkait ajakan mendoakan para korban gempa dan tsunami dengan “Al-Fatiha” adalah ajakan yang baik, dan itu sangat dihargai oleh Al-Quran.
Kedua, ketua alumni Al-Azhar Indonesia itu mengatakan bahwa orang yang belajar Al-Quran dengan berusaha bersungguh-sungguh, namun mendapatkan kesulitan, maka ia diberikan dua pahala.
“Bahkan pun, ketika kita membaca Al-Quran lalu kita kesulitan untuk melafalkan satu huruf atau satu kalimat dengan baik, Rasul SAW memberikan tuntunan,” tuturnya melalui vidio yang diunggah di akun Facebook resmi miliknya.
“Kata Rasul, orang yang membaca Al-Quran, lalu dia menemukan kesulitan untuk melafalkan dengan fasih, mungkin agak bergeser dari satu huruf ke huruf lain, tapi dia berupaya untuk membaca dengan baik, apa kata Rasul? Dia mendapatkan dua pahala, pahala membaca Al-Quran dan pahala berproses belajar,” tambahnya.
Ketiga, terkait lahjah, ia menuturkan bahwa tidak hanya lahjah Indonesia yang sulit menyesuaikan dengan huruf Al-Quran, ini juga terjadi dengan orang Arab.
“Sebagian masyayikh kami ketika memerintahkan untuk membaca surat an-Najm, beliau menyebut an-nagm. Jadi jim, itu menjadi ghain. Karena memang pelafalan Mesir itu seperti itu,” tandasnya.
Menurutnya, perbedaan pelafalan yang tidak disengaja karena latar belakang yang alami, itu tidak masalah, sejauh masih belajar dan memperbaiki bacaan.