Ustadz Adi Hidayat dan Hijrah Fest: Karena Hijrah Tidak Sepi Dari Ujian

Ustadz Adi Hidayat dan Hijrah Fest: Karena Hijrah Tidak Sepi Dari Ujian

Ustadz Adi Hidayat dan Hijrah Fest: Karena Hijrah Tidak Sepi Dari Ujian

“…Karena hijrah tidak hanya persoalan berpindah tempat, namun ia terletak dalam lubuk hati, bisikan hati yang ingin lebih dekat dengan pemiliknya, yaitu Allah SWT….”. Maka manfaatkan bisikan hati tersebut, karena saat itu Allah SWT sedang menanamkan cinta dan jalan hidayah untuk kita supaya bisa kembali menghadap Allah SWT dengan tersenyum bahagia. Sampai kapan diri kita ini terbelenggu dalam dosa? Begitulah kalimat dan pertanyaan menukik dari Ustadz Adi Hidayat kepada para muhajirin di acara Hijrah Fest, hari minggu kemarin, 11 November 2018.

Kullu insaanin mudznibun” setiap manusia adalah pendosa. Manusia yang dalam bahasa arab yaitu “insan” dan disebutkan sebanyak 65 kali dalam al-Qur’an ini memiliki sifat yang penuh salah dan dosa. Manusia paling dzalim dalam sejarah peradaban yang kita kenal dengan sapaan fir’aun telah membunuh bayi yang baru lahir bahkan dengan bangga mengaku dirinya sebagai Tuhan. Namun Allah SWT dengan kasih sayangNya masih mengirimkan kepada fir’aun dua orang Nabi, yaitu Nabi Musa dan Nabi Harun. Manusia zaman sekarang, paling zalim hanya berani mengaku dirinya sebagai Nabi dan Allah SWT hanya mengirimkan satu Nabi. Apakah hati kita masih tidak ingin mengambil kesempatan bisikan hati dan jalan hidayah dari Allah SWT tersebut?

Ikutilah bisikan hati dan jalan hidayah itu, namun perlu kita ketahui bahwa “hijrah tidak sepi dari ujian”. Seperti itulah jawaban menyentuh dari Ustadz Adi Hidayat. Setelah kita memutuskan untuk berhijrah, kita pasti akan diuji oleh Allah SWT, setan pun tidak diam dan ingin terus menggoda, menarik ulur keimanan, keteguhan hati dan kesungguhan kita. Dalam al-Qur’an Allah SWT surat al-Ankabut ayat 2:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “kami telah beriman” sedang mereka tidak diuji?

Kemudian Allah SWT berfirman lagi dalam surat Ali-Imran ayat 186:

لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan juga kamu akan benar-benar akan mendengar dari orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersatukan Allah SWT gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan”.

Saat ada niat kuat dan hanya ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan niat ingin dipuji manusia maka Allah SWT tetap akan memberikan ujian demi ujian. Baik dari segi materi maupun batin. Masih dalam ceramahnya, Ustadz Adi Hidayat menekankan kita untuk tetap teguh dan kuat dari segala bentuk ujian. Setelah hijrah, banyak yang mencaci perubahan kita, maka jangan sampai kita membalas cacian tersebut. Karena itu merupakan pengakuan dari Allah SWT terhadap kita bahwa kita memang pendosa, maka tebuslah dengan taubat dan amal salih. Tetap teguh pendirian untuk semakin dekat dengan ridha Allah SWT semata. Lalu, saat sudah lulus dari satu ujian, maka akan datang lagi ujian berikutnya.

Saat hati kita sudah mantap dengan taubat dan hijrah kita, maka setan coba menggoda dengan cara yang halus, seperti yang dicontohkan oleh Ustadz Adi Hidayat, yaitu kisah seorang pemuda yang berhijrah lalu berguru dengan seorang yang alim. Sang guru berkata kepada si pemuda “aku takut kamu tidak akan sabar denganku”. Pemuda itu tetap teguh dan tinggal bersaa sang guru walau hanya minum dengan air putih dan makan dengan kurma setiap harinya. Si pemuda tetap sabar, sampai pada waktu dimana setan menggodanya halus dengan berbisik “carilah makanan lain yang lebih enak dan baik untuk diberikan kepada gurumu, sebagai baktimu kepadanya”.

Pemuda itu mengikuti bisikan tersebut. Ia menyusuri rumah-rumah untuk mencari makanan yang lebih baik. Si pemuda mengambil dengan cara diam-diam. Bisikan setan seolah baik menyuruh untuk berbakti kepada guru, padahal cara yang ditempuh yang dibisikkan setan tidaklah baik. Saat si pemuda hendak mencicipi makanan tersebut, ia muntahkan makanan tersebut lantaran ingat dan takut kepada Allah SWT lalu kembali pulang kepada sang guru.

Ada lagi ujian yang menimpa para salihin dan salihat yaitu penyakit hati. Seseorang yang dikaruniai Allah SWT berupa kecerdasan, kekayaan, anak dan harta yang lebih dari yang lain cenderung berhati sombong, merasa lebih baik dari yang lain atau merasa paling benar sendiri serta ingin dipuji-puji manusia. Itu penyakit hati. Ujian yang harus dilalui dengan nilai sembilan koma, namun sangat sulit. Maka harus cepat-cepat disadari dan dihilangkan dari diri.

Allah SWT berfirman dalam surat al-Anbiya’ ayat 35 yang artinya “tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, Kami akan menguji kamu dengan kebaikan dan keburukan sebagai cobaan, dan hanya kepada kamilah kamu akan dikembalikan”. Abdurrahman bin Auf, sahabat Rasulullah SAW yang dermawan pernah berkata “kami diuji dengan kesusahan-kesusahan saat bersama Rasulullah SAW dan kami bisa bersabar, lalu kami diuji dengan kenikmatan-kenikmatan setelah Rasulullah SAW wafat namun kami tidak dapat bersabar”.

Perjuangan para muhajirin yang hijrah bersama Nabi SAW ke Madinah juga mendapat ujian dari Allah SWT. Kehilangan harta, tempat tinggal bahkan terpisah dengan keluarga. Namun, karena kesungguhan dan kecintaan muhajirin kepada Allah SWT, mereka terus berjuang. Sa’ad bin Abi Waqash pernah bertanya kepada Nabi SAW, “Wahai Rasulullah SAW, siapakah yang paling berat ujiannya?” Nabi SAW menjawab “para nabi, kemudian orang-orang semisalnya, kemudian orang yang semisalnya lagi, seseorang akan diuji sesuai kadar agamanya, jika agamanya kuat maka ujiannya akan bertambah berat”.

Ujian berbanding lurus dengan keteguhan iman. Maka bersabarlah. Ustadz Adi Hidayat memberikan tips untuk berhijrah. Setelah dimulai dari sendiri, maka ajak orang lain. Ajak orang terdekat yaitu keluarga. Saat terbangun di sepertiga malam, bangunkan keluarga dan katakan “sesungguhnya kita semua akan mati, pulang kembali menghadap Allah SWT, maka mari sekarang kita melangkah menuju jalan kebaikan dan bertakwa”.