Untuk Ayahanda Prabowo, Apa Benar Indonesia Bubar 2030

Untuk Ayahanda Prabowo, Apa Benar Indonesia Bubar 2030

Ayah Prabowo, kok bisa ya Indonesia bubar 2030 nanti. Duh, kok bisa ya.

Untuk Ayahanda Prabowo, Apa Benar Indonesia Bubar 2030

Ayahanda Prabowo, apa benar Indonesia akan bubar di tahun 2030 ini. Hal ini membuat saya terus berpikir.  Di depan mahasiswa, terutama ketika berdiskusi tentang Indonesia, saya selalu melontarkan pertanyaan:”sanggupkah Indonesia bertahan 100 tahun?” “200 tahun?” atau “bahkan melampaui umur Majapahit?”

Suasana selalu hening, ada kebimbangan apakah Indonesia dan keindonesiaan sanggup melintasi waktu dengan usia yang panjang? terutama menyaksikan realitas keindonesiaan kita hari ini, yang didera banyak friksi dan faksi.

Kalian, demikian ujar saya, di tengah kebimbangan itu, adalah anak-anak muda yang ditakdirkan sejarah untuk melihat dan menata masa depan Indonesia.

“Di tangan kalianlah usia Indonesia bisa pendek atau panjang. Cara paling gampang menghancurkan sebuah bangsa adalah dengan cara meracuni mimpi-mimpi anak mudanya.”

Ayahanda Prabowo,

Jujur, saya terkejut ketika Anda mengucapkan :”Indonesia akan bubar tahun 2030″. Sangat tidak masuk di nalar saya, seorang dengan kapasitas intelektual seperti Anda berucap seperti itu.

Kepada mahasiswa, saya selalu memberi mimpi-mimpi besar tentang Indonesia masa depan. Indonesia yang digdaya, disegani, dan mempunyai warga negara berkepribadian adi-luhung. Indonesia yang dianugerahi “bonus demografi”, yakni ketika banyak negara di dunia mengalami krisis kaum muda, Indonesia justru surplus kaum muda.

Energi surplus kaum muda yang bermental kreatif, inovatif, dan toleran selalu saya pompakan ke mahasiswa bahwa Indonesia akan bangkit.

Saya pernah bertanya kepada mahasiswa, “mengapa Soekarno membangun Tugu Monas?”

“Karena Soekarno bermimpi Indonesia menjadi mercusuar dunia, menjadi obornya dunia. Monas adalah simbolisasi obor itu”

Ayahanda Prabowo, seperti halnya Soekarno, itulah watak khas pemimpin besar.

Ketika rakyatnya putus-asa, ia memberi mimpi-mimpi tentang kemuliaan. Ketika rakyatnya jumawa, ia meminta untuk rendah-hati. Ketika hatinya remuk-redam, ia masih tertawa untuk menjaga spirit dan harapan.

Pemimpin besar bukan yang mengabarkan tentang pesimisme dan mimpi buruk, tentang masa depan.

Ayahanda Prabowo yang aku sayangi,

Mungkin saya berbeda dengan ayah, saya percaya Indonesia akan bertahan 1000 tahun lagi, bahkan lebih. Saya bermimpi suatu saat Indonesia menjadi guru bangsa-bangsa tentang kesetaraan, kemanusiaan, dan pemuliaan pada karakter.

“Nation Character Building,” ujar Bung Karno.

Saya bermimpi, suatu saat orang-orang Indonesia tidak ditanya “apa agamamu?”, tapi, ditanya “apa sumbangsihmu untuk Indonesia?”

Ayahanda Prabowo, saya bukan pemimpin besar, tetapi saya punya mimpi besar untuk Indonesia. Andaikata toh mimpi itu tidak terwujud, setidaknya saya berani bermimpi.

Pepatah Arab mengatakan :”Bangsa besar adalah yang mempunyai kemuliaan di masa lalu dan untuk masa depannya, ia mencipta kemuliaan-kemuliaan baru.

Sungkem Ayahanda…..