Universitas Sankore, Jejak Kejayaan Peradaban Islam di Afrika Barat

Universitas Sankore, Jejak Kejayaan Peradaban Islam di Afrika Barat

Universitas Sankore, Jejak Kejayaan Peradaban Islam di Afrika Barat

Lembaga pendidikan dalam sejarahnya mempunyai peranan penting dalam kemajuan peradaban Islam, karena lembaga tersebut menjadi pusat kegiatan intelektual. Salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai peranan penting dalam kemajuan peradaban Islam adalah Universitas Sankore yang ada di Timbuktu, Mali, Afrika Barat. Meski namanya tidak setenar Universitas Al-Azhar di Mesir, Az-Zaitunah di Tunisia dan Al-Qarawiyin di Maroko. Namun, pada masa kejayaan Islam Universitas ini menjadi obor peradaban di Afrika Barat.

Selain itu, universitas ini juga dikenal dengan Universitas Timbuktu yang letaknya berada di timur laut Distrik Timbuktu dan berada di wilayah Masjid Sankore, sebuah masjid yang didirikan oleh seorang ketua Timbuktu Al-Qadi Aqib Ibn Mahmud Ibn Umar. Pelataran masjid Sankore dibangun seperti pelataran Ka’bah di Mekkah, di danai oleh seorang perempuan Mandika yang bersedia memberikan sebagian hartanya untuk membiayai operasional  Universitas Sankore.

Kota Timbuktu sendiri, sebelumnya dikenal sebagai tempat persinggahan bagi para pedagang dari Timur Tengah dan Afrika Utara. Para pedagang yang sebagian besar beragama Islam, mengunjungi masjid tersebut sehingga menjadi rame. Masjid yang asalnya menjadi pusat ibadah, kemudian tumbuh dan berkembang menjadi pusat belajar, yang selanjutnya menjadi cikal bakal didirikannya Universitas Sankore.

Universitas yang terletak di Timbuktu, Mali ini didirikan pada tahun 989 M dan dalam perkembangannya mampu menarik para pelajar dari berbagai belahan dunia, untuk menimba ilmu  disini. Selama abad ke-12 sampe 16, Universitas Sankore menjadi penanda kemajuan peradaban Islam di wilayah tersebut dan menjadi lembaga penting, serta menjadi lembaga intelektual besar khususnya bagi warga Mali, Ghana dan Songhay.

Universitas Sankore mengalami puncak kemajuan di masa Mansa Musa berkuasa, yaitu tahun 1307 sampe 1332 M.  Mansa Musa sendiri merupakan sosok penguasa Afrika Barat di abad ke-14, yang terkenal dengan kekayaannya yang tidak terhitung, sekaligus sosok yang dermawan.

Atas kedermawannya, sedekahnya bisa menghancurkan perekonomian suatu negeri. Yaitu ketika melakukan perjalanan haji, Mansa Musa membawa ratusan onta yang mengangkut ratusa kilogram emas murni. Ketika berada di Kairo, Mansa Musa dengan entengnya membagikan emas yang di bawanya ke Kairo. Sehingga harga emas di kawasan tersebut anjlok hingga bertahun-tahun dan menghancurkan perekonomian di sana.

Kemajuan Universitas Sankore di bawah penguasa Mansa Musa berlanjut hingga masa Dinasti Askia yang berkuasa dari tahun 1493 sampe 1591 M. Pada masa ini, dibangun perpustakaan dengan berbagai koleksi buku yang begitu banyak. Sehingga perpustakaan tersebut menjadi perpustakaan terbesar di Afrika setelah perpustakaan Alexandria, Mesir, bahkan perpustakaan Sankore mempunyai 400 sampe 700 ribu naskah buku.

Beberapa pelajaran yang di ajarkan di Universitas Sankore meliputi studi Al-Qur’an, hukum, sastra, etika bisnis, filsafat, matematika, astronomi dan lain sebagainya. Selain itu, mahasiswa juga diharuskan menghafal Al-Qur’an dan menguasai bahasa Arab, bahkan kebebasan intelektual yang ada di Universitas ini telah menginspirasi universitas di Barat untuk mengikutinya.

Menurut Felix Dubois salah seorang penulis asal Perancis dalam bukunya yang berjudul Timbucto the Mysterious, Universitas Sankore menerapkan standard dan persyaratan yang ketat dan begitu tinggi, bagi para calon mahasiswanya, sehingga universitas tersebut mampu menghasilkan mahasiswa dan alumni yang berkelas dunia.

Bahkan, keilmuan dari lulusan Universitas Sankore pada waktu itu diperhitungkan oleh universitas lain di dunia Islam, karena banyak sarjana lulusan universitas tersebut diakui sebagai guru besar di negara-negara yang juga mempunyai peradaban Islam yang bagus, seperti Mesir dan Maroko.

Felix Dubois juga mengungkapkan bahwa di masa kejayaan Islam di Timbuktu banyak sarjana kulit hitam yang terbukti lebih pandai dibandingkan dengan sarjana dari Arab, di antaranya adalah Mohammed Bagayogo, Ahmad Baba, Abu Abdallah, dan Modibo Muhammad al-Kaburi.

Para sarjana lulusan Universitas Sankore pada waktu itu, menurut Felix Dubois bisa disejajarkan dengan para sarjana yang berasal dari Fez, Kairo dan Tunisia. Selain itu, penemuan berbagai naskah kuno dan ribuan manuskrip di Mali, menunjukkan bahwa Universitas Sankore pernah menjadi cahaya kegemilangan peradaban Islam di benua hitam tersebut, walaupun kegemilangannya kini tak seperti dahulu.

Wallahu a’lam.