Dini hari itu menjadi malam terberat bagi Khadijah, istri Rasulullah SAW. Suami tercintanya, Muhammad SAW tiba-tiba ketakutan dan ingin diselimuti. Namun tidak ada rasa lelah yang Nampak di muka Khadijah. Mukanya tetap riang mendampingi suami melewati masa-masa berat menerima wahyu pertama.
Alkisah, suatu hari, Nabi Muhammad melakukan i’tikaf di Gua Hira. Sayyidah Khadijah dengan sigap mempersiapkan perbekalan yang akan Nabi bawa selama i’tikaf nanti. Berangkatlah Nabi ke Gua Hira dengan membawa beberapa perbekalan yang telah Sayyidah Khadijah siapkan.
Tiba-tiba Rasulullah pulang dengan keadaan ketakutan dan panik. Sayyidah Khadijah juga yang menyambutnya setelah Rasulullah kembali. “Selimutkanlah aku, selimutkanlah aku,” ucap Rasulullah ketika itu.
Sayyidah Khadijah pun panik, tapi beliau tetap bisa mengontrol kepanikannya sehingga tetap terlihat tenang dan menenangkan. Sayyidah Khadijah terus memberikan kata-kata yang dapat menenangkan Nabi ketika itu, sehingga rasa taku dan panik yang Rasulullah SAW rasakan hilang begitu saja.
Sayyidah Khadijah mengatakan kepada Rasulullah, “Demi Allah, Allah tidak akan pernah mempermalukanmu Rasul. Sesungguhnya engkau selalu menjalin silaturrahim, menolong orang yang lemah, memberi bantuan terhadap orang yang membutuhkan, melayani tamu dengan baik, dan selalu membela kebenaran.” (HR. Bukhari)
Tidak berhenti sampai di situ, mendengar cerita yang telah Rasulullah sampaikan, Khadijah mengajak Rasulullah kepada pamannya yang bernama Waraqah bin Naufal. Khadijah menyampaikan kabar bahagia tersebut kepada pamannya, bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi seluruh umat.
Tugas seorang istri memang selalu mendampingi suami di manapun dan kapan pun. Begitu juga Sayyidah Khadijah dengan Rasulullah SAW. Walaupun kehidupan Rasulullah SAW tak pernah lepas dari kesulitan dan cobaan, Sayyidah Khadijah tidak pernah meninggalkan Rasulullah SAW. Ia selalu mendampingi dan menemani Rasulullah SAW dalam segala kondisi.
Tak hanya itu, begitupun juga sebaliknya, kesetiaan dan keromantisan Rasulullah terhadap Khadijah selalu menjadi sorotan umat muslim selama beliau hidup berdampingan.
Tidak hanya sampai di situ, perbedaan usia dan materi antara Rasulullah dan Sayyidah Khadijah bukanlah menjadi halangan bagi keduanya untuk menjalani kehidupan pernikahan yang bahagia serta penuh dengan rahmat Allah SWT.
Sayyidah Khadijah, istri Rasulullah yang sholehah dan sangat setia kepada suaminya. Khadijah tidak merasa keberatan menginfakkan semua hartanya yang melimpah ruah untuk membantu nabi dalam kepentingan dakwahnya. Bahkan, hartanya sampai habis tak tersisa demi perjuangan sang suami mendakwahkan agama Islam. Sayyidah Khadijah tidak pernah sekalipun menghalangi Nabi Muhammad dalam berdakwah, bahkan ia selalu mendukungnya dalam segala kondisi.
Ada kejadian yang mengharukan. Di saat Nabi Muhammad diperintah menyebarkan dakwah secara terang-terangan, Khadijah menyuruhnya untuk beristirahat sejenak. Lantas Rasulullah SAW menjawab, “Wahai Khadijah, waktu tidur dan istirahat telah habis.” Dengan hanya mengucapkan demikian, Khadijah sadar bahwa hari-hari ke depannya waktu suaminya akan diprioritaskan untuk kepentingan akhirat saja.
Khadijah adalah segala-galanya bagi Rasulullah. Pada saat semua orang mendustakan Nabi, hanya Khadijah lah yang membenarkannya. Saat semua orang mengkufuri Nabi, hanya Khadijah lah yang mengimaninya. Saat semua orang menganiaya Nabi, hanya Khadijah lah yang melindunginya. Bahkan Khadijah lah orang pertama kali baik dari golongan laki-laki dan perempuan yang mempercayai dakwahnya. Khadijah pula orang yang pertama kali berwudhu dan shalat. Hal tersebut dikisahkan juga dalam kitab Bukhari dan Muslim.
Rumah tangga yang dibangun bersama Khadijah adalah rumah tangga yang dipenuhi dengan perjuangan dan pengorbanan. Dinamika dakwah benar-benar hidup di dalamnya.
Sampai suatu hari, Rasulullah mengenang sosok Khadijah di depan para sahabat, beliau pun mengatakan dengan ungkapan yang sangat romantis, “Sesungguhnya cintaku kepada Khadijah adalah anugerah.”
Dengan maraknya lagu Aisyah di zaman sekarang, mayoritas mereka berpendapat, bahwa Aisyah adalah yang paling dicintai oleh Rasulullah, tetapi pada kenyataannya, Sayyidah Khadijah lah yang menjadi segalanya bagi Rasulullah SAW. (AN)
Wallahu a’lam.
Baca juga tulisan lain tentang Sirah Nabawiyah, Sejarah Hidup Rasulullah SAW.