Unesco Tetapkan Kota Tua Medina Az Zahra Sebagai Situs Warisan Dunia

Unesco Tetapkan Kota Tua Medina Az Zahra Sebagai Situs Warisan Dunia

Unesco Tetapkan Kota Tua Medina Az Zahra Sebagai Situs Warisan Dunia

Badan Kebudayaan PBB, Unesco memberikan penghargaan warisan dunia kapda situs kota tua Medina Az Zahra di andalusia spanyol. Kota yang terletak dekat Cordoba Spanyol ini merupakan peninggalan kekhalifahan Islam pada abad 10. Situs yang telah berumur 100 tahun ini terdiri dari bangunan, jembatan, jalan, sistem perairan dan benda-benda keseharian yang sangat bersejarah. Kota ini adalah simbol kekhalifahan Islam di masa jayanya.

Kota Madinah Al-Zahra merupakan peninggalan kekhalifahan Bani Umayah di masa Abdurrahman Ketiga. Kota ini telah direnovasi dan diperbaiki. Banyak sekali barang bersejarah yang bisa dilihat dari peninggalan seperti gading, marmer dan barang pecah belah.

Kekuasaan di Spanyol dimulai ketika Abdurrahman Ad Dakhil melarikan diri ke Maroko setelah runtuhnya Dinasti Umayyah oleh bani Abbasiyah. Berkat bantuan Bani Umayah yang tersisa serta dan kabilah-kabilah Yaman, Abdurrahman berhasil memasuki kota Andalusia pada tahun 755 hijriah. Kemudian Abdurrahman membentuk kekhalifahan Bani Umayah Andalus. Pada masa Abdurrahman Ketiga dibangunlah kota Madinah Al-Zahra sebagai upaya memperkuat pemerintahannya dan menjadi pesan penting bagi para pesaingnya seperti Bani Abbasiyah dan Fatimiyah. Setelah puluhan tahun mengalami kemakmuran, kota dan istananya yang indah itu akibat perang saudara. Berbeda dengan kota-kota Islam tua lainnya seperti Kairo dan Baghdad, kota Medina Azahara yang hancur itu tidak pernah dibangun kembali.

“Di kota itu berkembang ilmu matematika, astronomi, kedokteran, kesusasteraan, dan yang paling penting, ilmu filsafat, yang merintis jalan ke zaman kebangkitan kembali Eropa pada abad 15 dan 16. Kota itu dibangun antara tahun 936 dan 940 oleh Kekhlifahan Abdurrahman III, dan menjadi ibukota kerajaan yang disebut Al-Andalus, yang menguasai lebih dari dua pertiga jazirah Iberia,” ungkap pakar arkeologi Alberto Montejo yang dilansir dari laman VOA Indonesia

Ia menambahkan bahwa reruntuhan kota sebenarnya masih utuh, walaupun telah terjadi penjarahan dalam abad pertengahan dan abad modern ini. Tapi tidak ada penjarahan besar-besaran dan tidak ada bangunan baru yang didirikan di atasnya. “Dilihat dari sudut ilmiah dan arkeologi, semua gaya perkotaan, dan semua dekorasi bangunan masih bisa ditemukan untuk memahami bagaimana sebuah kota kekhalifahan berfungsi dalam abad ke-10,” tambah Montejo. Kota Medina Azahara dibangun diatas tanah seluas 115 hektar dan hanya 10 persen yang telah digali.