Badan Pendidikan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menyesalkan keputusan Presiden Turki, Racep Tayyep Erdogan yang telah mengubah status Hagia Sophia menjadi masjid. Sebagaimana telah diberitakan, situs warisan dunia tersebut kembali menjadi masjid setelah selama 85 tahun berstatus sebagai museum sejak 1934.
Perubahan status ini ditetapkan oleh Presiden Erdogan pada Jumat (10/7) setelah Pengadilan Tinggi Turki mencabut ketetapan kabinet Turki tahun 1934 yang menetapkan status bangunan tersebut sebagai museum.
UNESCO menyampaikan sikap penyesalan tersebut pada situs resminya di hari yang sama (10/7) saat keputusan tersebut keluar secara resmi. UNESCO, sebagai badan PBB yang bertugas dalam perlindungan warisan dunia, menyatakan bahwa keputusan pemerintah Turki tersebut dilakukan tanpa melalui diskusi maupun pemberitahuan kepada pihak UNESCO sebelumnya. Hagia Sophia adalah situs budaya yang dilindungi, sehingga perubahan status apapun harus dengan sepengetahuan UNESCO.
UNESCO juga mengkhawatirkan perubahan status Hagia Sophia akan berdampak pada berubahnya nilai universal sebuah bangunan warisan dunia. Nilai universal sebuah warisan atau cagar budaya merupakan aspek inti dari Konvensi Warisan Dunia 1972.
Keputusan Presiden Erdogan mengubah status Hagia Sophia memang menuai kecaman internasional. Selain dari UNESCO, kecaman datang dari berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Yunani dan Rusia.
Gereja Kristen Ortodoks Rusia juga menyampaikan keberatannya. Perwakilan gereja Ortodoks Rusia, Vladimir Legoida, mengatakan bahwa “Suara jutaan warga Kristen tidak didengarkan. Keputusan terkait perubahan status Hagia Sophia menunjukkan bahwa segala imbauan agar isu ini ditangani dengan baik tidak didengarkan,”
Sementara itu, meski mendapat kecaman internasional, Presiden Erdogan tetap bersikukuh pada keputusannya mengubah Hagia Sophia menjadi masjid. Presiden Erdogan menolak segala keecaman yang mengarah pada keputusannya tersebut, dengan menggunakan dalih hak kedaulatan Turki kepada para penentangnya.
“Mereka yang tidak mengambil langkah memerangi Islamophobia di negaranya masing-masing, kini menyerang keinginan Turki untuk menggunakan hak kedaulatannya.” Demikian kata Erdogan dalam sebuah sesi video conference sebagaimana dirilis oleh Al-Jazeera.
Dalam sebuah pernyataan di Anadolu Agency, juru bicara kepresidenan Turki Ibrahim Kalin, menjamin, bahwa Hagia Sophia tetap akan menjadi milik dunia. Kalin mengungkapkan Turki akan terus melestarikan ikon-ikon Kristen yang ada di dalamnya, sama seperti yang dilakukan oleh para leluhur Turki yang memelihara semua nilai-nilai Kristen yang ada.
“Komunitas non-Muslim telah menjadi bagian dari Turki selama berabad-abad, dan tidak ada tekanan terhadap minoritas di Turki,” tutur Kalin.