Ummu Athiyyah: Sahabat Perempuan Penyedia Logistik Perang

Ummu Athiyyah: Sahabat Perempuan Penyedia Logistik Perang

Ummu Athiyyah: Sahabat Perempuan Penyedia Logistik Perang

Sahabat perempuan senior ini memiliki nama asli Nusaibah binti al Harits al Anshariyyah. Ia adalah perempuan Anshar yang sangat antusias turut berbaiat kepada Nabi Saw ketika hijrah ke Madinah beserta kelima rekannya yakni Ummu Sulaim (ibunda sahabat Anas bin Malik), Ummul Ala, anak prempuannya Abi Sairah, Istrinya sahabat Muadz dan satu prempuan lainnya yang tidak disebut namanya. Dan salah satu pesan Nabi Saw. kepada Ummu Athiyyah dan kelima rekannya itu adalah agar mereka tidak menyekutukan Allah Swt. dengan lainnya.

Pesan Nabi Saw. tersebut sangat dipegang erat oleh Ummu Athiyyah hingga akhir hayatnya di usianya ke 70 tahun. Keteguhan Iman dan Islamnyapun ia tunjukkan dengan ikut andil dalam membela Umat Islam di medan peperangan. Bahkan menurut pengakuannya ia telah mengikuti 7 kali peperangan. Ialah yang menyiapkan makanan untuk pasukan muslim, mengobati luka-luka mereka dan merawat korban-korban mereka

Semasa hidupnya, perempuan yang tinggal di kota Basrah ini termasuk sahabat perempuan yang gigih dalam meriwayatkan hadis-hadis Nabi Saw. yang ia terima langsung dari Nabi Saw. atau dari sahabat lainnya seperti Umar bin Khattab. Dan hadis-hadis tersebut ia sampaikan kepada murid-muridnya, diantaranya adalah Muhammad bin Sirrin, Hafshah binti Sirrin dan Ummu Syarahil. Hadis-hadisnya banyak tersebar di kitab induk hadis kutubus sittah (Shahih al Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abi Daud, Sunan At Tirmidzi, Sunan An Nasai, dan Sunan Ibn Majah). Salah satu hadis yang ia riwayatkan adalah sebagaimana berikut ini:

فَيُكَبِّرْنَ عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ رَضِيَ اللهُ عَنْها قَالَتْ : أَمَرَنَا رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُخْرِجَهُنَّ فِي الْفِطْرِ وَالأَضْحَى الْعَوَاتِقَ وَالْحُيَّضَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ، فَأَمَّا الْحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلاةَ وَيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِينَ . قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِحْدَانَا لا يَكُونُ لَهَا جِلْبَابٌ . قَالَ : لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا.

“Dari Ummi Athiyyah ra. ia berkata: “Rasulullah Saw. memerintahkan kami untuk keluar ada hari idul fitri dan idul adha, baik wanita yang baru baligh, wanita haid, maupun gadis yang dipingit, adapun wanita haid, mereka memisahkan diri dari tempat shalat dan mereka menyaksikan kebaikan serta dakwah kaum muslimin. Aku berkata: wahai Rasulullah, salah seorang dari kami tidak memiliki jilbab. Beliau menjawab: “Hendaknya saudarinya meminjami jilbab kepadanya.” (HR. Al-Imam al-Bukhari).

Selain hadis tersebut, terdapat pula riwayat yang menyebutkan bahwa Ummu Athiyyah pernah ditunjuk langsung oleh Nabi Saw. untuk memandikan jenazah putri sulungnya, yakni Zainab yang wafat di tahun 8 H. Nabi Saw memberi arahan kepadanya agar membasuh badan putrinya dimulai dari anggota kanan dan anggota wudlu terlebih dahulu. Berdasarkan hadis tersebut, maka para ulama dari kalangan shahabat maupun tabiin pun banyak yang mengambil hadis dari Ummu Athiyyah seputar tata cara memandikan mayyit. Bahkan berkat keilmuannya yang sangat mumpuni, ia pun dinobatkan sebagai salah satu ahli fikih di kalangan perempuan sahabat.

Demikianlah sekelumit cerita tentang Ummu Athiyyah. Semoga tulisan ini dapat menginsirasi khususnya bagi para wanita agar senantiasa istikamah dalam membela dan mempelajari agama Islam. Amin.

Tulisan ini pernah dimuat di bincangsyariah.com