Pada tanggal 12 Rabi’ul Awal yang lalu, umat Islam di seluruh dunia memperingati tanggal tersebut sebagai hari lahirnya Rasulullah SAW. Peringatan tersebut kemudian dikenal sebagai perayaan Maulid Nabi SAW. Tanggal tersebut tentu sangat istimewa, sebab pada tanggal itulah lahir seorang Nabi pembawa risalah Islam sekaligus utusan Allah SWT. Bahkan di Indonesia, tanggal tersebut pun ditetapkan sebagai hari libur nasional dan banyak masyarakat Indonesia yang memperingati Maulid Nabi dengan beragam acara serta tradisi.
Peringatan Maulid Nabi setidaknya dapat membuat umat Islam kembali mengingat perjuangan dakwah Rasulullah SAW. Dengan merayakan Maulid Nabi sembari mengharapkan ridho Allah, niscaya umat Islam pun akan mendapatkan keberkahan. Tak hanya itu, peringatan Maulid Nabi juga dapat semakin menumbuhkan rasa cinta umat Islam kepada Rasulullah SAW. Pasalnya, umat Islam memang diwajibkan untuk mencintai Nabi Muhammad SAW setelah mencintai Allah SWT.
Dahulu, para ahlus sunnah juga begitu mencintai dan mengagungkan Rasulullah SAW. Sebagaimana para Sahabat radhiyallahu anhum juga sangat mencintai Rasulullah SAW. Bahkan kecintaan mereka terhadap Rasulullah SAW pun melebihi kecintaan mereka terhadap diri dan anak-anak mereka sendiri.
Dalam kisah ‘Umar bin al-Khaththab RA, yaitu pada sebuah hadits dari Sahabat ‘Abdullah bin Hisyam RA, ia berkata, “Kami mengiringi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau menggandeng tangan ‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu. Kemudian ‘Umar berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘Wahai Rasulullah, sungguh engkau sangat aku cintai melebihi apa pun selain diriku.’ Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Tidak, demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, hingga aku sangat engkau cintai melebihi dirimu.’ Lalu ‘Umar berkata kepada beliau: ‘Sungguh sekaranglah saatnya, demi Allah, engkau sangat aku cintai melebihi diriku.’ Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sekarang (engkau benar), wahai ‘Umar.” (HR. Bukhari)
Berdasarkan hadis tersebut, umat Islam memang diwajibkan untuk mencintai Rasulullah SAW. Bahkan rasa cinta tersebut hendaknya melebihi rasa cinta terhadap anak-anak dan diri mereka sendiri, kecuali terhadap cinta kepada Allah SWT. Dengan mencintai Allah SWT dan Rasulullah SAW, niscaya umat Islam akan menikmati manisnya iman. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadist berikut ini.
Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga perkara yang apabila perkara tersebut ada pada seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu (1) hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya. (2) Apabila ia mencintai seseorang, ia hanya mencintainya karena Allah. (3) Ia tidak suka untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya, sebagai-mana ia tidak mau untuk dilemparkan ke dalam api.” (HR. Bukhari)
Mengapa umat Islam diwajibkan untuk mencintai Rasulullah SAW? Mencintai Rasulullah SAW hukumnya adalah wajib dan menjadi kewajiban terbesar dalam agama. Pasalnya, iman umat Islam tidak akan sempurna apabila ia belum mencintai Rasulullah SAW dengan benar. Sebab cinta terhadap Rasulullah SAW merupakan cabang iman dan termasuk kecintaan terhadap Allah SWT.
Sehingga apabila umat Islam telah mencintai Rasulullah SAW melebih cintanya terhadap dirinya sendiri, harta benda dan keluarganya, maka imannya pun telah sempurna. Sebagaimana dari Anas, ia berkata, Nabi SAW bersabda, “Tidaklah sempurna imannya salah seorang di antara kalian hingga aku lebih dicintai melebihi kecintaannya kepada orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia.” (HR. Bukhari)
Dengan demikian, sesungguhnya umat Islam wajib mencintai Rasulullah SAW setelah mencintai Allah SWT. Bahkan rasa cinta terhadap Rasulullah SAW hendaknya lebih besar dibandingkan rasa cinta terhadap diri sendiri, harta benda, dan keluarganya. Sebab tidaklah sempurna keimanan seseorang apabila ia belum mencintai Rasulullah SAW melebihi cinta terhadap dirinya sendiri, harta benda, dan seluruh manusia lainnya.