Umar bin Abdul Aziz, Pemimpin Penuh Keteladanan (Bag. 2 Habis)

Umar bin Abdul Aziz, Pemimpin Penuh Keteladanan (Bag. 2 Habis)

Umar bin Abdul Aziz muda gemar sekali berfoya-foya, namun saat ia dilantik menjadi khalifah, ia berubah drastis.

Umar bin Abdul Aziz, Pemimpin Penuh Keteladanan (Bag. 2 Habis)

Gajinya sebagai khalifah

Umar bin Abdul Aziz berhasil mengkondisikan negara seperti masa Khulafaur Rasyidin. Kebijakannya dan kesederhanaan hidupnya pun tak kalah dengan 4 khalifah pertama. Gajinya selama menjadi khalifah hanya 2 dirham perhari (60 dirham perbulan). Karena itu banyak ahli sejarah menjulukinya Khulafaur Rasyidin ke-5.

Keadilan dan keberaniannya memberhentikan gubernur maupun pejabat yang tidak adil, kurang kredibel, atau menyeleweng, membuat pemerintahannya disegani dan diacungi jempol oleh para sejarawan.

Perhatiannya terhadap rakyat miskin, orang yang punya hutang, dan penentuan gaji menteri lebih besar daripada gaji khalifah, membuat rakyat makin sejahtera, para pejabat semakin loyal dan siap kerja professional, sehingga kewibawaan dan keberhasilan pemerintahannya makin menonjol.

 

Badannya kurus, wajahnya pucat

Salamah bin Dinar pernah bercerita, “Saya pernah menemui khalifah Umar bin Abdul Aziz di Khunashira, bagian wilayah Aleppo. Sudah lama sekali kami tidak bertemu. Waktu itu saya menemuinya di halaman rumah, saya tidak mengenalinya, karena dia berubah, berbeda dari kondisi yang saya kenal ketika berkuasa di Madinah.

“Dia menyambutku dan berkata, Mendekatlah kemari, wahai Abu Hazim.”

Salamah kemudian mendekat dan terjadi dialog antara dia dengan Umar.

“Bukankah Anda Amirul Mu`minin, Umar bin Abdul Aziz?” Tanya Salamah.

“Benar”.

“Apa yang terjadi padamu? Bukankah wajahmu dulu berseri-seri, kulitmu halus dan kehidupanmu enak?”

“Ya, benar”

“Kenapa kau berubah setelah memiliki segalanya, dan telah menjadi Amirul Mu`minin?”

“Memangnya apa yang berubah, wahai Abu Hazim?”

“Badanmu kurus, kulitmu kasar, wajahmu pucat, dan matamu redup”.

Khalifah menangis dan berkata, “Bagaimana kalau kau melihatku di kuburan setelah 3 hari, mataku meleleh di pipiku, perutku robek, cacing-cacing tanah bebas menikmati tubuhku. Jika kau melihatku pada waktu itu, pasti kau akan lebih mengingkari kondisiku daripada hari ini.”

 

Tidak memiliki baju ganti

Ketika khalifah sakit, Maslamah bin Abdul Malik menjenguknya. Dia melihat khalifah mengenakan baju kotor, maka dia berkata kepada Fatimah, istri khalifah, “Mengapa engkau tidak mencucikan bajunya?”

“Demi Allah, beliau tidak mempunyai baju yang lain. Kalau saya cuci, maka beliau tidak memakai baju,” kata Fatimah.

 

Antara Masa Muda dan Setelah Menjadi Khalifah

Perbedaan sangat signifikan dan mengherankan, antara gaya hidup Umar di masa muda dan pola hidup setelah menjadi khalifah. Umar yang hidup dan dibesarkan di lingkungan kekhalifahan, dengan kebutuhan yang serba cukup dan mewah. Umar muda sering berganti-ganti pakaian, selalu memakai parfum dengan aroma yang khas, bahkan konon Umar memiliki gaya hidup berfoya-foya.

Namun semua heran dan kaget, setelah dilantik menjadi khalifah, Umar mengembalikan seluruh harta keluarganya dan harta keluarga khalifah Sulaiman ke kas negara. Pola hidupnya menjadi sangat sederhana, yang biasanya memakai pakaian paling bagus dengan mode terbaru, kini dia memilih pakaian kasar. Umar yang biasanya wajahnya selalu berseri-seri, kini berubah menjadi pucat dan layu.

 

Disarikan dari buku “Meneladani Kepemimpinan Khalifah, Khulafaur Rasyidin dan Khalifah Pilihan”