Ulang Tahun Revolusi Iran di Pusaran Sanksi dan Pandemi

Ulang Tahun Revolusi Iran di Pusaran Sanksi dan Pandemi

Bagaimana gejolak Iran di tengah pandemi dan sanksi?

Ulang Tahun Revolusi Iran di Pusaran Sanksi dan Pandemi
Beberapa suporter Iran yang datang ke perhelatan Piala Dunia Rusia 2018. Di negaranya sendiri, perempuan Iran sudah dipolerbolehkan untuk menonton sepakbola dan datang ke stadion. Picy by RT

Sejak pagi hari hingga siang menjelang shalat dhuhur, jutaan orang menyemut memadati bundaran besar bernama Azadi, yang berarti kebebasan. Bendera nasional Iran dalam berbagai bentuk berkibar. Tua, muda, anak- anak hingga dewasa tumpah-ruah merayakan hari ulang tahun kemenangan Revolusi Islam.

Itu peristiwa tahun lalu, sebelum pandemi Covid menerjang. Tahun ini, pawai digelar dalam bentuk yang berbeda untuk menghindari penyebaran wabah global virus Corona. Hari paling penting bagi orang Iran ini dirayakan dengan pawai kendaraan yang dimulai sejak pukul tujuh pagi hingga siang yang diikuti berbagai lapisan masyarakat negara ini.

Panitia nasional menetapkan 12 jalur yang dilalui peserta pawai kendaraan yang menjurus pada empat jalur utama menuju bundaran Azadi yang berlangsung hari Rabu. Peringatan kemenangan Revolusi Islam, yang disebut “Fajar Kemenangan Revolusi” dilakukan selama 10 hari, yang dimulai sejak 12 Bahman yang bertepatan dengan 31 Januari hingga 10 Februari 2021.

Sejak Minggu (31/1/2021), berbagai acara dilakukan termasuk kunjungan para pejabat tinggi Iran ke makam Imam Khomeini dengan protokol kesehatan yang ketat. Berbeda dari tahun-tahun sebelum, acara ini hanya dibatasi khusus untuk pejabat tinggi, dan tidak dibuka untuk umum demi menekan penyebaran virus Corona.

Fakta unik yang berbeda dari peringatan Dahe-Fajr tahun ini dibandingkan tahun-tahun sebelumnya mengenai penanggulangan Covid-19.

Pandemi Covid-19 di Iran terjadi di tengah derasnya sanksi AS terhadap negara ini yang dijalankan dengan gas pol di era pemerintahan Donald Trump, dan saat ini di tangan Biden belum ada tindakan signifikan untuk menurunkannya. Meskipun demikian, terdengar sayup-sayup optimisme akan adanya perubahan kebijakan Washington terhadap Tehran.

Langkah Trump menarik AS keluar dari JCPOA pada Mei 2018, diiringi dengan kampanye tekanan maksimum terhadap Iran. Pihak Eropa di JCPOA yang terdiri dari Jerman, Inggris dan Perancis, bersama Uni Eropa belum mengambil langkah signifikan yang dipandang bisa menguntungkan Iran, terutama dalam masalah pencabutan sanksi ekonominya. Mekanisme INSTEX yang ditawarkan pihak Eropa juga tidak berjalan efektif, karena dijegal AS.

Memasuki peringatan ulang tahun kemenangan Revolusi Islam Iran ke-42, negara ini menghadapi dua masalah serius sekaligus, pandemi Covid-19 dan sanksi ketat. Menghadapi dua masalah besar ini, Iran harus menemukan jalannya sendiri.

Peringatan hari nasional ini dijadikan momentum oleh pemerintah Iran untuk memulai fase pertama vaksinasi Covid-19 pada hari Selasa (9/2/2021) dengan menggunakan vaksin dari Rusia, Sputnik V yang diprioritaskan untuk tenaga medis di UGD.

Sebenarnya Iran sudah berhasil memproduksi vaksin Covid-19, tapi masih membutuhkan waktu beberapa bulan lagi untuk siap diproduksi massal. Uji klinis terhadap manusia vaksin Corona pertama Iran, CovIran Barakat pada fase terakhir telah berakhir hari Sabtu (6/2/2021). Saat ini sedang menunggu hasil dari uji klinis fase terakhir tersebut untuk memasuki tahap lanjutan. Hasil uji klinis sebelumnya menunjukkan tingginya efektivitas vaksin, meskipun tidak mengungkapkan angkanya karena studi klinis masih berlanjut. Pejabat kementerian kesehatan Iran memprediksi pada akhir musim semi sudah bisa dilakukan produksi massal dari vaksin lokal ini.

Selain CovIran Barakat, perusahaan berbasis pengetahuan Iran juga berhasil memproduksi vaksin Covid-19 lainnya yang bernama Razi Cov Pars, dan telah menjalani uji klinis manusia pertama pada hari Sabtu (8/2/2021).

Di luar kedua calon vaksin lokal ini, ada sejumlah perusahaan lain di Iran yang sedang membuat vaksin Covid-19 dan saat ini sedang menjalani proses uji kelayakannya dari masalah teknis hingga uji klinis manusia hingga hasil akhirnya.

Meskipun jumlah kasus positif Covid-19 di Iran mulai menurun, tapi tetap masih tinggi. Oleh karena itu, vaksinasi dipandang oleh pemerintah Iran sebagai salah satu jalan untuk mengatasi masalah kesehatan nasional yang memukul perekonomiannya. Sektor ini paling terpukul akibat sanksi AS. Nilai mata ulang riyal juga mengalami penurunan tajam dibandingkan mata uang dolar.

Menghadapi gelombang tekanan sanksi yang bersamaan dengan datangnya Covid-19, Iran terus mencoba mengatasi masalah nasionalnya dengan kemandirian di berbagai sektor, termasuk memenuhi kebutuhan peralatan medis. Langkah ini banyak melibatkan kampus dan berdirinya perusahaan-perusahaan berbasis pengetahuan.

Kawan satu kelas saya di program doktor ekonomi Universtas Tehran, yang saat ini menempati posisi sebagai ketua asosiasi perusahaaan produsen peralatan medis Iran pernah menjelaskan jatuh bangun negaranya dalam membuat berbagai peralatan medis di tengah derasnya sanksi.

Moslemi juga menjelaskan sejumlah perguruan tinggi terkemuka di Iran memiliki jurusan khusus teknik peralatan medis dan saat ini sudah berdiri berbagai perusahaan berbasis pengetahuan yang memproduksi peralatan medis.

Di pusaran sanksi, Iran memproduksi peralatan medis untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, sekaligus ekspor, terutama untuk pasar Timur Tengah. Mereka juga terus mengembangkan ekspornya hingga ke berbagai kawasan, termasuk Asia tenggara.

Pekan lalu, salah satu perusahaan produsen peralatan medis Iran, AryaTeb Firouz co menandatangani perjanjian kerja sama pasokan peralatan hemodialisa dengan perusahaan Indonesia, Barakahmedika Nusantara Co yang disaksikan Dubes Indonesia untuk Iran, Ronny P. Yuliantoro. KBRI Tehran di akun IG-nya melaporkan, kerja sama ini merupakan salah satu implementasi MoU kerja sama kesehatan antara Iran dan Indonesia yang ditandatangani dalam kunjungan Menkes Indonesia ke Tehran pada Oktober 2018 lalu.

Memasuki usia ke-42, Republik Islam Iran sedang tumbuh dengan caranya sendiri. Di pusaran sanksi dan kepungan pandemi, mereka terus mencari jalan dan belajar dari kegagalan maupun keberhasilan yang telah dilaluinya. Setuju atau tidak dengan bentuk negera ini, Iran sedang menunjukkan kekuatannya dalam kesulitan dan rintangan yang mendera berproses menjadi lebih dewasa. Sanksi dan pandemi menyerang tubuhnya dari berbagai arah terutama perekonomiannya, tapi tampaknya tidak menghancurkan. Bahkan mungkin menguatkan menjadi lebih tegar dan mandiri.