Ratusan ulama dari seluruh Jawa Timur mendeklarasikan pernyataan dan komitmen menolak terorisme dan radikalisme melalui Deklarasi Situbondo dalam pertemuan Ulama, Umara dan tokoh Masyarakat di Pesantren Al munir, Besuki Situbondo pada Minggu 17 September 2017.
Para ulama, Ustad, Dai dan tokoh masyarakat menolak radikalisme dan terorisme.
Pernyataan tersebut dituangkan melalui pernyataan sikap bersama berisi Sumpah setia pada NKRI, Anti Radikalisme, Terorisme
“Paham radikalisme sudah meresahkan masyarakat. Terutama kalangan agama. Kami menolak paham radikalisme dan terorisme yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945,” ujar Maksum Zuber, Ketua Umum Rumah Kamnas yang menjadi penggagas acara tersebut.
Kegiatan Halaqoh Ulama, Umara dan Tokoh Masyarakat di Situbondo ini merupakan inisiatif dari Rumah Kamnas yang memang sejak awal memiliki perhatian pada isu-isu keamanan nasional seperti Radikalisme dan Terorisme.
Kompleksitas persoalan Radikalisme dan Terorisme membutuhkan sinergitas segenap komponen.
“Melalui Momen Halaqah ini kita berharap mampu merumuskan tekad bulat sinergitas antar komponen bangsa untuk melawan radikalisme dan terorisme” tambah Maksum Zuber.
Senada, Dr. KH. Achmad Abu Naim Muiz dari Pondok Pesantren Al-Munir, Besuki selaku tuan rumah halaqoh mengatakan, para ulama dan da’i harus menjadi pelopor untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam persatuan.
Ulama dan da’i harus menjadi tauladan dalam persatuan. Kata dia, termasuk membimbing masyarakat selalu berada di jalan tengah.
“Sebab, sebetulnya memang kunci persatuan ini adalah duduk bareng dan komunikasi. Selama ini kita lakukan dengan niat yang baik, insya Allah dapat terwujud persatuan itu. Ulama dan Da’I bisa menjadi ujung tombak itu.
DR KH Achmad Abu Naim Muiz, menyatakan persatuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam ajaran Islam dan juga menjadi salah satu kebutuhan manusia dalam hidup.
Ia menghimbau kepada masyarakat agar tidak terpengeruh ajaran radikal dengan konsep jihad yang keliru, Oleh karena itu, kiai dan para ustadz diminta membentengi umat di desa desa dari ajaran radikal.
“Para kiai, ustad dan santri untuk menyampaikan kepada masyarakat dan mengajarkan islam rahmatal lil alamin,” tegasnya.
Ia mengakui bahwa bibit-bibit aliran faham radikal sudah ada di Jawa timur Seperti mengkafirkan orang lain
“Dari pantaun kami dan informasi yang diterima, bibit bibitnya sudah ada faham radikalisme,” ujarnya.
Karena itu, menurut Achmad Naim, Halaqoh ulama yang berlangsung di Situbondo ini penting, karena kembali mengangkat tema tentang persatuan umat.
Achmad Naim mengungkapkan walaupun terdapat perbedaan dan ancaman perpecahan, selama semua pihak mau untuk duduk bersama dan berkomunikasi persatuan umat bisa diwujudkan.