Ulama dan Apel yang Dibayar Kredit

Ulama dan Apel yang Dibayar Kredit

Ulama dan Apel yang Dibayar Kredit

Suatu hari seorang ulama sufi terbesar di Naisabur menderita sakit. Namanya Syeikh Abul Qoasim Al Munadi. Berita ini menjadikan banyak ulama yang menengoknya. Salah satu diantaranya adalah Syeikh Abul Hasan Al Bunsanji dan Syeikh Hasan al Hadad. Keduanya sepakat untuk menjenguk Abul Qasim.
Sebelum berangkat kedua ulama itu menyempatkan untuk membeli apel. Namun apel itu tidak dibayar konta alias di kredit. Kemudian setelah selesai di masukkan ke dalam keranjang, maka dibawalah apel tersebut ke rumah Syeikh Abul Qosim. Sampai di rumah ulama kesohor itu, keduanya kemudian duduk di samping pembaringannya.

Namun tiba tiba Syeikh Abul Qasim berkata,” Kenapa suasana menjadi gelap?”

Pertanyaan itu membuat keduanya terkejut. Abul Hasan dan Hasan al Hadad diam seribu basa. Apa yang dikatakan oleh Abul Qosim seolah olah ditujukan kepada mereka. Kegelisahan meliputi hari mereka berdua. Sekejap kemudian keduanya keluar dan mengungkapkan isi hati satu sama lain. Apa yang telah mereka perbuat. Keduanya berfikir keras kenapa Syeikh Abul Qasim berkata seperti itu.

“ Barangkali kita belum membayar apel,” kata Syeikh Abul Hasan. Akhirnya mereka sepakat untuk pergi ke penjual apel dan melunasi sisa pembayarannya. Setelah selesai mereka berdua pergi kembali ke rumah Syeikh Abul Qasim. Mereka berdua kemudian ketemu dengan Syeikh Abul Qasim.

“ Mungkin secepat ini yang menyelimuti seseorang telah sirna. Kabarkan apa yang terjadi pada kalian,”tanya Syeikh Abul Qasim.

Keduanya kemudian menuturkan apa yang sebenarnya terjadi yaitu tentang apel, tentang harga dan pemenuhan janji. Syeikh Abul Qasim mendengarkan dengan tekun cerita mereka berdua. Maka Syeikh Al Qasimpun menemukan penyebab kegelapan di dalam kamar tidurnya.

“Memang benar, seseorang dari kalian terlalu percaya pada temannya untuk tidak membayar penuh apel. Dia percaya dengan kebaikan penjual apel, sementara penjual itu malu untuk tidak memenuhi tawarannya. Dia sungkan dan takut berperkara karena sadar yang dhadapannya adalah seorang ulama. Dia takut menagih. Dan saya adalah penyebab utama. Engkau datang dengan membawa apel karena saya. Itulah yang saya lihat dalam diri kalian,” ucap Syeikh Abul Qasim.