Tumbal di Sungai Nil, Mesir

Tumbal di Sungai Nil, Mesir

Tumbal di Sungai Nil, Mesir
ilustrasi

Dahulu masa pra Islam, jika air di sungai Nil surut, maka penduduk Mesir menggelar upacara mengambil anak gadis untuk dijadikan tumbal agar sungai Nil airnya melimpah.

Setelah dimasuki Islam, di Mesir saat itu gubernurnya adalah Shahabat Amr bin Ash, ketika masyarakat Mesir kuno akan melakukan hal itu dilarang oleh gubernur. Beliau berkirim surat kepada Sayidina Umar sebagai Khalifah. Beliau membalas surat dan berpesan agar surat itu dimasukkan ke sungai Nil.

Sebelum dimasukkan ke sungai Nil, Shahabat Amr bin Ash masih membaca isi surat tersebut:

“Dengan nama Allah yang maha pengasih dan penyayang. Dari hamba Allah, Umar bin Khattab untuk sungai Nil Mesir; Jika kamu mengalir karena dirimu sendiri maka janganlah mengalir. Tapi jika Allah yang maha esa dan maha memaksa apapun yang mengalirkanmu maka kami meminta kepada Allah agar Allah mengalirkan mu”.

Lalu surat itu dilempar ke sungai Nil, sehari sebelum Natal, dan ternyata air naik sampai 16 dzira’ karena keberkahan Sayidina Umar.

Setelah hari-hari Islam melemah di Mesir, ritual tersebut kembali lagi dan caranya tidak sesuai dengan Islam.

Dengan demikian, perayaan sungai Nil yang telah terpenuhi airnya, harus berupa perayaan atas nikmat dari Allah yang terbesar untuk Mesir. Dengan cara mensyukuri nikmat Allah dan menggunakan air ini untuk kebaikan manusia. Serta menghindari bentuk mengotori dan berlebihan. Dan syukuran ini tidak boleh dengan cara-cara yang diharamkan oleh Allah.