Tujuh Tips Menjadi Haji Mabrur

Tujuh Tips Menjadi Haji Mabrur

Tujuh Tips Menjadi Haji Mabrur

Tidak ada lain yang diharapkan oleh seseorang yang menunaikan ibadah haji, kecuali mendapatkan haji yang mabrur. Rasulullah SAW berungkali menyampaikan tentang kemuliaan seorang haji mabrur. Satu diantaranya ialah hadits:

الْحَجَّةُ الْمَبْرُورَةُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ

Artinya:

“Tidak ada balasan bagi haji mabrur kecuali surga.” (HR An-Nasa’i)

Secara kebahasaan, mabrur berasal dari kata “birr” yang artinya baik. Definisi “haji mabrur” bisa kita simak dalam pernyataan Imam Nawawi yang dikutip oleh Syekh Jalaluddin al-Syuthi:

قَالَ النَّوَوِيّ مَعْنَاهُ أَنَّهُ لَا يَقْتَصِر لِصَاحِبِهَا مِنْ الْجَزَاء عَلَى تَكْفِير بَعْض ذُنُوبه لَا بُدّ أَنْ يَدْخُل الْجَنَّة قَالَ : وَالْأَصَحّ الْأَشْهَر أَنَّ الْحَجّ الْمَبْرُور الَّذِي لَا يُخَالِطهُ إِثْم مَأْخُوذ مِنْ الْبِرّ وَهُوَ الطَّاعَة

“Menurut an-Nawawi, makna hadits tersebut adalah bahwa ganjaran bagi haji mabrur bukan hanya sebatas penghapusan sebagian dosa, namun kemabruran itu yang akan menyebabkan ia masuk surga. Imam Nawawi berkata: ‘Keterangan paling sahih dan masyhur adalah bahwa haji mabrur ialah haji yang bersih dari dosa. Kata ini diambil dari al-birr (kebaikan) yang bisa dimaknai sebagai ketaatan”. (Lihat, Jalaluddin as-Suyuthi, Syarhus Suyuthi li Sunan an-Nasa’i, Halb-Maktab al-Mathbu’at al-Islamiyyah, cet ke-2, 1406 H/1986 H, juz, V, h. 112).

Dari definisi diatas, bisa kita pahami bahwa mabrur atau tidaknya haji seseorang bisa dilihat dari perilaku pasca haji. Jika sesudah melaksanakan ibadah haji, seseorang menjadi semakin baik, semakin taat kepada Allah, semakin meningkatkan ketakwaannya, maka bisa dipastikan ibadah haji orang tersebut masuk dalam kategori mabrur.

Namun demikian, tidaklah mudah menjadi seorang haji yang mabrur. Sebuah cerita menyebutkan bahwa seorang sufi bernama Ali bin Al-Muwaffaq pernah bermimpi tentang dialog para malaikat pencatat amalan haji mabrur, yang ternyata pada tahun tersebut hanya berjumlah 6 orang dari jutaan jamaah haji. Cerita ini tidak jelas kapan kejadiannya, bagaimana sumbernya, serta seberapa besar tingkat kebenarannya.

Akan tetapi yang jelas, Hujjatul Islam Imam al-Ghazali telah memaparkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan oleh seseorang yang sedang melaksanakan ibadah haji, agar hajinya menjadi haji yang mabrur. Tips-tips menjadi haji yang mabrur tersebut beliau uraikan dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin, (Surabaya: Maktabah Hidayah, Juz I, hal. 261-263):

  1. Menggunakan biaya dan perbekalan yang halal

Ini hukumnya wajib, apalagi mengingat bahwa Allah tidak akan menerima ibadah seseorang kecuali dari jalan yang halal.

  1. Memurnikan niat

Hendaknya niat berangkat haji adalah murni untuk ibadah, bukan niat untuk berdagang, rekreasi, niat pengen selfie di depan ka’bah, apalagi niat ingin mengkibuli jamaah yang lain. Haji yang kita lakukan harus betul-betul mencerminkan keikhlasan dalam hati kita, semata-mata ibadah haji ini adalah untuk memenuhi panggilan Allah, bukan agar ketika pulang dipangil “haji”.

  1. Menghindari pungutan liar

Pungutan liar sering terjadi khususnya pada penambahan ongkos kendaraan, penambahan harga hewan untuk dam atau kurban, dan pungutan liar lainnya. Hal ini perlu dihindari bahkan haram untuk dilakukan.

  1. Membawa perbekalan melebihi kebutuhan

Kelebihan perbekalan ini akan bisa digunakan untuk bersedekah di tanah suci. Namun hal ini tidak boleh dilakukan secara berlebihan, karena Allah tidak pernah menyukai hal apapun yang sifatnya berlebihan.

  1. Menghindari rafats, fusuq, dan jidal.

Hal ini sesuai dengan ayat Q.S. Al-Baqarah: 197:

{فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ}

Artinya:

“Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan tersebut untuk melaksanakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan”.

Rafats bisa diartikan sebagai berbicara dengan ucapan yang tidak berguna, jelek, dan cabul.

Fusuq ialah perbuatan yang menyalahi ketaatan kepada Allah.

Jidal ialah berbantah-bantahan, bertengkar apalagi sampai saling memukul.

Ketiga hal tersebut harus dihindari karena jelas merupakan larangan langsung dari Allah.

  1. Jangan berlebihan dalam berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan mahrom dan jangan menggunakan pakaian yang terlalu tipis.

Kedua hal ini berpotensi meningkatkan syahwat lawan jenis, oleh karena itu harus dihindari.

  1. Hendaknya merendahkan diri dan berpenampilan sederhana

Sebagaimana ibadah yang lainnya, yang dinilai dalam haji ialah keikhlasan kita kepada Allah. Oleh karenanya, selama rangkaian ibadah haji kita harus senantiasa merendahkan diri kita dengan meyakini bahwa kita sedang menghadap Allah. Demikian pula dalam berpakaian hendaknya menggunakan pakaian sederhana berwarna putih polos, tidak bergaris ataupun bergambar agar bisa menambah kekhusyuan kita.

Demikian ketujuh tips menjadi haji mabrur yang kami sarikan dari pemaparan Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, semoga bermanfaat. Akhirnya, kami mendoakan semoga semua jamaah haji khususnya jamaah haji Indonesia dapat menjadi haji yang mabrur. Amin.

Pesan terakhir, jihad paling akbar di abad ini ialah menahan diri tidak selfie di hadapan ka’bah. Wallahu a’lam bi shawab.