Tujuh Langkah Menggunakan Media Sosial dengan Bijak

Tujuh Langkah Menggunakan Media Sosial dengan Bijak

Media sosial menjadi candu, bagaimana cara mengelola biar tidak ketagihan?

Tujuh Langkah Menggunakan Media Sosial dengan Bijak
Media sosial memudahkan setiap orang untuk berinteraksi.

Media sosial seakan menjadi teman kita paling akrab di era digital sekarang ini. Maka tak heran jika di mana pun kita berada, akan dengan begitu mudah kita menemukan orang yang berselancar di media sosial.  Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) jumlah pengguna internet di Indonesia 2016 telah mencapai 132,7juta. Tiga konten paling sering di akses adalah media sosial, hiburan, dan berita. Dari data itu, 97,4% di antaranya mengakses media sosial. Bahkan, Indonesia menjadi negara ke-4 paling aktif menggunakan Facebook di dunia.

Sebagian orang menggunakan media sosial ini untuk kepentingan positif seperti bisnis maupun menggunakannya untuk kepentingan pribadi, berjejaring, berbagi informasi, baik foto, video, artikel dan lokasi. Instagram, facebook, twitter, Line bahkan Whatsap menghadirkan banyak kemudahan bagi kita semua untuk saling berjejaring dan meningkatkan kualitas hidup kita.

Laiknya pisau bermata dua, media sosial juga menjadi alat ampuh untuk menebarkan kebencian. Tak jarang, melalui media sosial terjadi pertengkaran, kejahatan, bahkan tindakan terorisme. Tertangkapnya sindikat jaringan Saracen yang diduga bekerja untuk membuat hoaks, isu SARA dan propaganda kebencian menjadi bukti paling sahih, kita harus bijak bermedia sosial.  Untuk itu, ada beberapa cara sederhana yang bisa dilakukan agar kita bisa menjadi pribadi yang bijak dalam menggunakan media sosial.

Pertama,  hindari menggunakan media sosial ketika emosi. Ketika sedang emosi, maka kita akan dengan sangat mudah bertindak ngawur dan irasional. Pakar media sosial, Nukman Luthfie, bahkan menyarankan bagi mereka yang sedang emosi untuk menghindari medsos. Hal itu, menurut dia, akan berimplikasi buruk. Apalagi medsos kerap digunakan sebagai ajang penumpahan pelbagai kekesalan. Dari kekesalan itu,  emosi bisa terfasilitasi di medsos, tapi biasanya tidak berpikir dua kali dampak yang mungkin terjadi.

Jika konten yang diunggah di medsos itu ngawur, tanpa sadar bisa merugikan diri sendiri. Belum lagi jika kekesalan itu dianggap menghina orang lain atau masuk ujaran kebencian, maka bisa jadi akan berpeluang terkena hukum positif seperti yang tertera dalam UU ITE. Untuk itu, perlu sekali untuk sadar dan tidak tersulut emosi ketika menggunakan media sosial.

Kedua, cermati isi. Hal ini yang paling sering dikeluhkan, terutama seringnya broadcast yang datang di grup-grup whatsapp (WA) maupun telegram yang kita miliki. Untuk itu, penting kiranya untuk mencermati isi konten yang menghampiri kita tersebut dan tidak gegabah menyimpulkan. Kecuali, jika konten itu secara jelas bernada kebencian, maka harus kita bilang saat itu juga kepada sang pengirim konten tersebut untuk mengingatkan, apalagi jika kamu kenal dengan orang tersebut.

Ketiga, tidak membagikan informasi yang belum jelas. Fenomena copy paste memang menjemukkan sekali dan membuat kita jengkel setengah mati. Apalagi, jika informasi itu masih simpang siur. Cara sederhana untuk mengatasinya adalah, tidak turut menyebarkan informasi tersebut. Maka, jika ketemu berita yang demikian, selalu cek kebenaran sumber informasi tersebut. Apakah penulis informasi itu jelas, lalu sumber yang menyampaikan itu valid atau tidak. Dari sumber media yang kredibel atau tidak dan seterusnya.

Keempat, mulai memilah jaringan perkawanan. Hal ini harus mulai dilakukan untuk memudahkan kita untuk memetakan mana kawan dan mana yang sekadar ‘kenal’ di medsos. Cara ini mulai dilakukan oleh banyak mengingat begitu terbukanya media sosial dan tentu saja melindungi diri kita dari, misalnya, penipuan atau hal-hal buruk lainnya.  

Kelima, gunakan media sosial sesuai minat. Menjamurnya media sosial dengan spesifikasi yang beragam haruslah kita gunakan dengan tepat. Contoh, penyuka video bisa lebih spesifik menggunakan Youtube atau penyuka fotografi bisa menggunakan Instagram dan Pinterest. Hal ini sekaligus membuat kita tidak mengikuti hiruk pikuk media sosial lain yang terkadang berisik dan berisi hoaks. Dan yang lebih penting, platform tersebut cocok dengan hobi. Jadi, kenapa tidak berkarya saja di medsos?

Keenam, proteksi akun. Satu hal yang perlu diingat, medsos adalah ruang public. Untuk itu, sangat disarankan tidak menyebar data pribadi secara menyeluruh di medsos. Data-data ini sangat rentan disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Tapi, ini bukan berarti diperbolehkan menggunakan akun anonim di medsos loh ya.

Ketujuh, batasi media sosial agar tidak kecanduan. Ini yang penting, Karena medsos kita jadi lalai melakukan pekerjaan utama. Pintarlah dalam mengatur, misalnya, hanya menggunakan media sosial bila istirahat tiba atau membatasi hanya beberapa jam saja di medsos. Hal ini akan mempermudahkanmu menjalin relasi sosial di kehidupan nyata.

Itulah beberapa cara sederhana bijak menggunakan media sosial. Satu hal yang perlu diingat, hidupmu di masa depan tergantung dari pilihan jempolmu hari ini. Membiarkan diri kita terjerambab ke dalam hoax dan berita palsu merupakan kesalahan. Walaupun, harus diakui, tidak ada etika yang benar-benar pas di media sosial. Segalanya tergantung dari cara kita memilah informasi yang datang-pergi dan senantiasa berusaha menjadi bijak dalam menggunakan media sosial.

Percayalah, itu yang akan menyelamatkan kita.