Tujuh Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Buka Bersama

Tujuh Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Buka Bersama

Anda ingin menyelenggarakan bukber (buka bersama) dengan sahabat, keluarga, atau teman kantor? Jangan lupa perhatikan tujuh hal berikut ini!

Tujuh Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Buka Bersama

Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya dan tradisi dalam setiap lini kehidupan, begitu pula dalam meyiarkan agama Islam, salah satunya adalah tradisi buka puasa bersama yang konon sudah dimulai sejak masa kerajaan Sultan Mahmud Badarudin I di Palembang dan tradisi ini terus meluas dan merata ke seleruh penjuru nusantara.

Biasanya, buka puasa bersama dilaksanakan atas undangan seseorang yang mana pengundang menyediakan makanan kepada para tamu undangan. Rasulullah Saw. pun telah menganjurkan umatnya untuk menyediakan hidangan berbuka untuk orang yang berpuasa.

عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏ “‏ مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا ‏”

Dari Zaid bin Khalid Al-Juhany, Rasulullah Saw. bersabda “Barangsiapa memberikan hidangan berbuka puasa bagi yang berpuasa, maka baginya seperti pahala yang berpuasa tanpa mengurangi sedikitpun pahala yang berpuasa

Baik pengundang ataupun tamu undangan, seluruhnya pasti mendapatkan keberkahan. Tapi kini, banyak pula yang melaksanakannya dengan share cost/patungan ataupun dengan biaya masing-masing. Hal ini pun tidak mengurangi berkahnya kebersamaan.

Agar tidak mengurangi keberkahan dalam berbuka dan silaturahmi, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan agar momen buka puasa bersama sarat akan makna dan menjadi lahan untuk mendulang pahala.

Pertama, dalam menunggu waktu berbuka, perbanyaklah zikir, membaca Al-Quran ataupun berdiskusi agar waktu luang kita tidak sia-sia. Tentunya, dalam sebuah perkumpulan tidak terlepas dari bincang hangat untuk melepas rasa rindu dan mempererat tali silaturahmi.

Namun, kita harus menjaga mulut kita agar tidak membicarakan hal-hal negatif  agar puasa kita tidak sia-sia.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏ “‏ مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ ‏”‏‏

Dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw beliau bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta, beramal dengannya, dan kebodohan. Maka Allah tidak menerima amalan dia meninggalkan makan dan minum.” (HR. Bukhari)

Kedua, apabila telah masuk waktu berbuka, hendaknya kita menyegerakan berbuka puasa dan tidak berlebihan dalam makan dan minum.

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏ “‏ لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ ‏”

Dari Sahl bin Saad sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda “Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. Bukhari)

Ketiga, membaca doa berbuka puasa. Dalam kitab Maqashidus Shaum, Izzuddin bin Abdis Salam menyampaikan lima adab berpuasa, salah satunya adalah membaca doa berbuka puasa dan hendaknya kita memperbanyak doa, serta jangan sampai terbawa euforia berbuka puasa karena doa orang yang berpuasa saat berbuka adalah mustajab.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏”‏ ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ…‏”

Dari Abi Hurairah Ra, Rasulullah Saw. bersabda “Tiga orang yang doa mereka tidak ditolak oleh Allah: Pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sampai ia berbuka, dan doanya orang yang terzalimi…” (At-Tirmidzi 3598)

Keempat, bagi mereka yang mengundang buka puasa, hendaknya memperhatikan porsi hidangan agar tidak kekurangan dan tidak memaksakan diri untuk meghidangkan hidangan yang mewah hingga berhutang.

Karena, yang terpenting adalah kehalalan makanan yang dihidangkan, disertai meluruskan niat untuk beribadah pada Allah Swt.

Kelima, Dalam menyantap hidangan, jangan lupa menyebut nama Allah Swt. dan mengambil makanan dari yang terdekat dan jangan mengulurkan tangan untuk mengambil makanan yang jauh, bisa jadi hal tersebut mengganggu orang lain bahkan mengurangi nilai higienis hidangan.

Keenam, tidak membuang-buang waktu, melupakan waktu shalat dan tidak berfoya-foya, serta pulang larut malam. Ada baiknya untuk tetap melaksanakan shalat maghrib, isya hingga tarawih berjamaah.

Namun, apabila tidak memungkinkan untuk ikut shalat tarawih berjamaah karena waktu sudah malam dan jarak yang cukup jauh dari rumah, hendaknya kita pamit lebih awal agar tetap bisa mendirikan shalat tarawih.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ “‏مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ‏”

Dari Abu Hurairah Ra. sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa shalat malam di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, niscaya akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Muslim)

Ketujuh, hendaknya kita memperbanyak ibadah dan meninggalkan perkara yang sia-sia dan memperhatikan etika yang berlaku dalam masyarakat. Bukan hanya pada bulan Ramadhan melainkan pada bulan lainnya.

Wallahu A’lam.