Tujuan Ibadah Haji Menurut al-Qur’an dan Hadis (Bag. 4 Habis)

Tujuan Ibadah Haji Menurut al-Qur’an dan Hadis (Bag. 4 Habis)

Tujuan Ibadah Haji Menurut al-Qur’an dan Hadis (Bag. 4 Habis)
haji dan umroh

4. Meningkatkan Ketakwaan

Selain perbaikan moral dan akhlak, tujuan haji berikutnya adalah untuk meningkatkat ketakwaan seorang hamba. Hampir semua ibadah tujuan akhirnya ialah memperoleh status takwa. Misalnya, shalat, puasa, dan zakat, tidak ada tujuan lain mengerjakan ibadah ini melainkan ketakwaan. Takwa merupakan sebaik-baik bekal yang akan dibawa saat meninggal dan di hari kiamat kelak.

Setinggi apa pun jabatan kita di dunia, sebanyak apa pun harta yang kita miliki, itu semua tidak ada gunanya di hadapan Allah SWT. Allah tidak akan melihat harta, jabatan, dan keturunan, namun Dia akan memperhatikan dan mengasihi hamba yang bertakwa kepada-Nya. Dalam firman-Nya, Allah SWT menyebutkan:

الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

Artinya:

(Musim) haji adalah beberapa bulan yang diketahui. Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh berkata kotor (keji), berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal” (QS al-Baqarah: 197).

Terdapat dua pesan penting dalam ayat di atas, yaitu meninggalkan semua bentuk perbuatan dan perkataan buruk, dan memperbanyak melakukan kebaikan. Kebaikan dan amal saleh ialah bekal terbaik manusia di akhirat nanti.

Di penghujung ayat ditegaskan bahwa sebaik-baik bekal adalah ketakwaan. Oleh sebab itu, saat melakukan ibadah haji atau ibadah apa pun niatkan tujuannya adalah untuk memperoleh derajat takwa, sebab itu adalah posisi terbaik di mata Allah SWT.Takwa berati mengerjakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Seorang dapat dikatakan muttaqin (orang bertakwa) bila dia mampu mengerjakan setiap perintah Tuhan dan berusaha menjauhi setiap perbuatan yang dilarang-Nya.

Ada juga ulama yang berpendapat bahwa takwa adalah beramal atas dasar ketaatan dan keikhlasan pada Allah, serta sesuai dengan ajaran syariat dan tuntunan Nabi Muhammad. Di samping itu, mereka juga meninggalkan maksiat karena takut akan murka Allah SWT. Berdasarkan pengertian ini, takwa sangat erat hubungannya dengan keikhlasan. Ibadah akan memberikan efek terhadap pelaksananya bila dibarengi dengan keikhlasan.

Seperti yang ditegaskan di awal, takwa ialah bekal terbaik kita di akhirat kelak. Ada banyak ayat yang memperkuat kesimpulan ini. Misalnya, Allah SWT berfirman:

وَلِلَّهِ مَا فِي السَّماواتِ وَما فِي الْأَرْضِ وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ وَإِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّماواتِ وَما فِي الْأَرْضِ وَكانَ اللَّهُ غَنِيًّا حَمِيداً

Artinya:

 “Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. tetapi jika kamu kafir Maka (ketahuilah), Sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji”(QS al-Nisa: 131).

Takwa tidak hanya diwasiatkan Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad saja, tetapi juga diperintahkan kepada umat terdahulu. Ini sekaligus menunjukan arti pentingnya ketakwaan. Makanya tidak mengherankan bila Rasulullah selalu menasihati para Sahabat agar selalu bertakwa dan meningkatkannya. Bahkan, anjuran bertakwa senantiasa diulang-ulang dalam khutbah Jumat.

Dengan demikian, adalah keniscayaan bagi jemaah untuk menjadikan haji sebagai salah satu cara untuk memperoleh ketakwaan. Apalagi haji adalah satu media yang sangat baik untuk melatih diri dan meningkatkan posisi kita di mata Allah SWT. Pesan takwa ini sangat mendominasi dalam surah al-Hajj. Tampaknya tujuan tertinggi ibadah haji adalah memperoleh ketakwaan.

Itulah empat tujuan haji yang dapat disimpulkan dalam tulisan ini, baik yang bersumber dari al-Qur’an ataupun Hadis Nabi. Sebagaimana yang telah dipaparkan juga, mengetahui hakikat dan tujuan ibadah haji juga tak kalah pentingnya dibanding mempelajari tata caranya.

Dengan mengetahui tujuan tersebut, semoga ibadah haji yang kita lakukan memiliki makna dan manfaat terhadap diri kita sendiri dan membawa perubahan dalam diri kita. Siapa saja yang beribadah haji, pasti ingin mencapai haji mabrur, yaitu haji yang diridhai oleh Allah SWT. Dengan memperhatikan dan mewujudkan tujuan-tujuan haji di atas, semoga langkah kita menuju haji mabrur semakin dekat. Wallahu a’lam