Tren Mukbang, Ini Hukumnya dalam Islam

Tren Mukbang, Ini Hukumnya dalam Islam

Tren Mukbang, Ini Hukumnya dalam Islam

Tren mukbang semakin hits akhir-akhir ini. Dari mulai YouTuber sampai artis ramai-ramai melakukan mukbang. Lahir di Korea, mukbang kini semakin menyebar ke setiap penjuru dunia. Oh ya, sebelumnya apa sih mukbang?

Mukbang berasal dari kata “meokda” (makan) dan “bangsong” yang artinya broadcast atau siaran. Mukbang adalah siaran langsung seseorang yang menyantap makanan dan biasanya dihidangkan dalam jumlah banyak. Singkatnya, kita bisa mengartikan mukbang sebagai siaran makan.

Fenomena mukbang mulai muncul di Korea sekitar tahun 2010. Awalnya, mukbang muncul dari seseorang yang tidak punya teman untuk makan bersama. Karena makan sendirian, maka ia pun mencari teman makan secara online. Namun fenomena ini justru diikuti banyak orang hingga menjadi tren.

Di Indonesia, mukbang mulai menjadi tren sekitar tahun 2018 dan semakin digemari hingga saat ini. Biasanya mukbang disiarkan di YouTube atau instagram. Orang yang melakukan mukbang disebut broadcast jokey atau disingkat BJ.

Untuk menarik perhatian viewers, para BJ tak segan-segan membuat challenge untuk dirinya sendiri, biasanya mereka makan dengan cara yang berbeda, seperti makan dengan porsi yang sangat banyak, makan makanan yang berkalori atau makanan super pedas, dan tentu saja itu harus dihabiskan. Tak jarang ada yang menangis karena kepedasan bahkan hingga tak bisa berjalan karena terlalu kenyang. Lalu, bagaimana sih Islam memandang mukbang?

Dalam Islam, perkara makan tidak hanya sebatas halal dan haram, tetapi juga mencakup adab. Oleh karena itu, ketika makan hendaknya memperhatikan adab-adab makan. Karena sesungguhnya tujuan dari makan dan minum bukan hanya untuk menghilangkan rasa lapar atau sekedar memanjakan lidah karena rasa nikmatnya. Melainkan lebih jauh dari itu, agar mampu menjadikan tubuh sehat sehingga mampu menjalankan kewajiban sebagai hamba Allah Swt.

Memang tidak ada larangan khusus untuk melakukan mukbang. Namun mukbang seringkali bertentangan dengan adab makan dalam Islam, beberapa diantaranya:

Lupa berdoa

Ketika melakukan mukbang, terkadang BJ terlalu fokus kepada makanan hingga lupa berdoa. Padahal salah satu anjuran sebelum dan sesudah makan adalah berdoa. Karena setan akan ikut makan bersama orang yang lupa berdoa hingga ia tak merasa kenyang.

Berdoa sebelum dan sesudah makan selain dapat mendatangkan keberkahan, juga merupakan wujud rasa syukur atas rezeki yang telah Allah berikan.

Makan berlebihan

Saat mukbang, BJ seringkali ditantang untuk makan dengan jumlah besar dan harus dihabiskan sendirian. Padahal Allah Swt berfirman:

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan (QS al-A’raf: 31)

Berlebih-lebihan dalam ayat ini bermakna jangan makan hingga melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh, dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan. Rasulullah Saw bersabda

مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ. بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ

“Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus (melebihkannya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga lagi untuk bernapas” (HR Tirmidzi)

Selain dilarang, makan berlebihan juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Dalam jangka waktu tertentu, terlalu banyak makan bahkan bisa menimbulkan berbagai penyakit seperti jantung, darah tinggi, diabetes, radang usus, diare, hingga obesitas.

Menzalimi diri sendiri

Selain ditantang makan dengan porsi besar, ada pula tantangan mukbang makanan yang sangat pedas. Kemampuan makan pedas setiap orang memang berbeda-beda. Namun banyak yang memaksakan diri untuk makan pedas demi sebuah challenge mukbang. Tak jarang ada yang sakit hingga pingsan karena memakannya.

Setiap anggota tubuh memiliki hak untuk dijaga. Makan makanan yang terlalu pedas secara berlebihan sama saja menzalimi diri sendiri. Allah Swt pun berfirman

وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ

Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan (QS al-Baqoroh:195)

Makan dengan tangan kiri

Saat mukbang, BJ mungkin secara tak sadar makan dengan tangan kiri, meskipun hanya makanan tambahan seperti kerupuk atau minum dengan tangan kiri.

Menyiksa hewan

Salah satu makanan yang tren di Korea yang juga sering menjadi challenge mukbang adalah hewan yang disajikan dalam keadaan hidup, terutama sea food. Meskipun makanan laut halal, namun jika dimasak dan dimakan hidup-hidup tentu saja bisa menyakitinya.

Padahal Rasulullah Saw memerintahkan umatnya untuk berbuat baik pada hewan. Jika ingin memakannya, maka hendaklah menyembelihnya dengan cara yang baik, sebagaimana sabdanya:

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ، فَإِذَا قَتَلْتُمْ، فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ، فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ، وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ، وَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ

Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat baik terhadap segala sesuatu. Apabila kalian membunuh (hewan) maka bunuhlah dengan cara yang baik. Apabila kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaklah kalian menajamkan pisaunya dan mengistirahatkan sembelihannya. (HR Muslim, Nasai, Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Selain bertentangan dengan adab makan, makan dengan niat ditonton banyak orang juga berpotensi membelokkan niat menjadi riya dan sombong.

Mukbang memang tidak dilarang secara spesifik. Boleh saja membuat siaran makan jika tidak berniat riya dan sombong, apalagi jika bisa menghibur orang lain atau membantu usaha orang lain melalui promosi makanan yang kita makan. Namun, hendaknya kita makan sesuai kebutuhan tubuh dan jangan mendatangkan mudharat untuk diri sendiri. So, jangan sampai terlena dengan keseruan mukbang hingga melupakan adab-adab makan ya.