Toxic Relationship, Ini Anjuran Imam al-Ghazali

Toxic Relationship, Ini Anjuran Imam al-Ghazali

Toxic Relationship, Ini Anjuran Imam al-Ghazali

Toxic relationship tidak hanya membuat kita malas, tapi juga dapat membuat hidup kita semakin berat. Imam al-Ghazali menjelaskan cara agar terhindar dari toxic relationship.

Millennial pasti tidak asing dengan toxic relationship. Entah dalah hubungan suami istri, pertemanan, bahkan dalam hubungan rekan kerja. Dalam bahasa Inggris, toxic relathionship berarti hubungan yang beracun. Hubungan jenis ini memberikan dampak negatif bagi kehidupan, lingkungan serta konstruksi pemikiran kita dalam memangdang sesuatu.

Dampak toxic relathionship dalam pertemanan ini sangat besar. Kita akan berpotensi mengalami gangguan kesehatan mental ketika memiliki teman yang toxic. Saat kamu sedang menghadapi dengan berbagai persoalan, berjuang untuk mendapatkan sesuatu, lalu tiba-tiba temanmu bukan malah mendukung justru mematahkan semangat dan berdampak pada mentalmu. Kamu akan merasa rapuh, tidak semangat dan tidak bisa bangkit dari keterpurukan.

Tanpa kita sadari, terkadang orang dekatlah yang menjadi musuh besar kita, sebab jika bukanlah sebuah kebaikan yang diberikan satu sama lain, bukan kebaikan pula yang di dapatkan, khususnya dalam pertemanan. Teman yang toxic memberikan dampak negatif kepada diri kita. Biasanya pertemanan macam ini tidak pernah mengapresiasi hal-hal baik meskipun kecil dalam hidupmu, ia egois demi kepentingan dirinya sendiri. Padahal hubungan yang baik itu terjalin dua arah. Antar yang satu melengkapi dengan yang lain, saling membantu dan saling menjaga sesama.

Dalam memilih teman, Al-Ghazali mengajarkan kita agar tidak salah memilih teman, apalagi bagi orang yang sedang menuntut ilmu. Apabila kita terjebak di lingkungan yang toxic, kita tidak akan berkembang dan mengembangkan kemampuan diri serta soft skill yang dimiliki.

“Berteman dengan penjual parfum, kita akan kecipratan wanginya. Begitu pula jika berteman dengan penjual ikan asin, akan kecipratan baunya.” kalimat sederhana ini masih menjadi landasan untuk pandai-pandai memilih teman dan bergaul. Orang yang kita jadikan teman biasanya akan menjadi bagian dari hidup kita, mengetahui berbagai keseharian yang kita lakukan, termasuk hal privasi, termasuk mimpi, rencana masa depan, keinginan serta tujuan-tujuan kecil yang akan dilakukan.

Teman yang baik, akan membawa kita dalam kebaikan. Hal ini sesuai dengan HR. Dawud dan at-Tirmidzi, “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah mukmin yang paling baik akhlaknya.” Kata baik tentunya setiap orang memiliki perspektif masing-masing dalam menilai.

Berteman dengan orang pandai juga menjadi anjuran Al-Ghazali dalam memilih teman. Sebab dengan berteman dengan orang seperti itu, kita akan terpengaruh pandai. Kebiasaan yang dimiliki seseorang yang pandai tentunya berbeda. Kata Al-Ghazali, tidak ada manfaatnya berteman dengan orang bodoh, walaupun dalam hal ini, pandai dan bodoh itu juga relatif.

Perspektif masing-masing orang memang berbeda. Meskipun demikian, ketika kita berteman dengan orang baik dalam ilmu agama. Kita akan senantiasa dituntun juga dalam kebaikan, mendapatkan nasehat baik untuk kebaikan kita di masa yang akan datang, saling memberikan semangat dalam melakukan kebaikan, serta mencegah sesuatu yang tidak baik terjadi pada kita.

Adapun kewajiban seseorang dalam berteman menurut Syekh Nawawi yaitu membantu teman yang sedang mengalami kesusahan, tidak meninggalkan ketika sedang susah, baik dengan bantuan tenaga, harta, ataupun pikiran. Kewajiban lainnya dalam berteman yaitu tidak membuka aib teman yang lain, menjaga rahasia adalah kewajiban dalam berteman.

Teman yang toxic akan melakukan sesuatu yang tidak saling mendukung satu sama lain: sering terjadi konflik, persaingan, rasa tidak hormat, dan kurangnya kerjasama. Padahal kewajiban seorang teman saling memberikan energi positif untuk teman lainnya. Tidak saling menghakimi satu sama lain.

Sebuah hubungan pasti mengalami pasang surut, tidak terkecuali juga dengan pertemanan. Tidak selamanya berteman akan merasakan hal yang baik-baik saja. Akan tetapi, komitmen untuk saling menjaga kepercayaan satu sama lain dalam keadaan suka ataupun duka, serta mendukung penuh terhadap kebaikan merupakan hal utama untuk dilakukan dalam sebuah pertemanan.

Carilah teman dan lingkungan yang bisa menghargai perbedaan, menghargai kekurangan yang kamu miliki, mampu menyimpan segala aib kamu dan selalu mengajakmu untuk berbuat baik, serta memberikan dampak bagi sekitar dengan hal-hal positif. (AN)