Tokoh PA 212 ternyata dukung keluarga Jokowi. Apakah itu mengagetkan anda? Jika ada yang berkata politik itu cair, maka bisa jadi ada dua jawaban. Pertama, mungkin anda akan berkata, oh tidak. Kita berperang secara politik, secara ideologis. Kami berpolitik, kami berjuang dengan nilai kami.
Kedua, bisa jadi anda akan berkata, kalem bro. Ini hanyalah politik. Dan alat tukar politik paling absah adalah kepentingan-kepentingan. Tidak percaya? Coba anda terjemahkan peristiwa ini:
Sekali waktu, seorang pria bernama Bobby Nasution menjadi mantu dari orang nomor satu di negeri ini, Presiden Jokowi. Dan pemuda itu merasa tergugah untuk turut memberikan sesuatu bagi tanah ia tumbuh, Medan, dan menurutnya perubahan yang paling cepat adalah dengan kekuasaan. Maju sebagai seorang walikota.
Di sisi yang lain, mertuanya, dianggap sebagai sosok pemimpin yang amburadul dan diminta untuk mundur dari kursi Presiden Karena tidak becus mengelola negeri ini.
Yang meminta mundur adalah sebuah organisasi bernama Persudaraan Alumni (PA 212) yang bersuara begitu nyaring atas nama Umat Islam. Anda tentu saja gampang menemukan jejaknya menggunakan suara umat Islam ini dalam peristiwa Ahok, pelbagai demo menentang pemerintah dan sejumlah kegaduhan lain sebagai bagian oposisi.
Suara organisasi yang berubah-ubah nama mulat dari GNPF Ulama, GNPF-MUI dan lain-lain miming berasal dari ibukota, tapi di daerah-daerah lain. Tak terkecuali Medan.
Kita lantas membuat praduga, wah, mungin PA 212 akan jadi oposisi paling keras atas pencalonan Bobby, sang pewaris tahta Presiden Jokowi di bumi Medan.
Faktanya tidak sesederhana itu. Salah satu tokoh PA 212 di Medan, Irfan Hamidy, justru memberikan dukungannya secara terbuka kepada Bobby.
“Bobby Nasution adalah mnantunya pak Jokowi (Presiden RI). Artinya cenderung dia lebih banyak menyimpan nomor-nomor kontak para menteri yang bisa dihubungi secara by pass (langsung ke presiden-red),” katanya seperti dikutip Medanbisnisdaily
Ia juga menyebut, ketimbang Akhyar Nasution, lawan dari Bobby, katanya lebih tidak bisa. Jadi, katanya, kesampingkan dulu soal ideologi.
“Akhyar Nasution tidak bisa by pass usulan-usulan ke menteri-menteri, pada akhirnya tunggu menunggu dan menjadi janji-janji yang pada akhirnya tidak bisa terealisasi,” tuturnya sebagaimana dikutip
Ideologi, kata tokoh ini, sisi krusial ini tidak lagi penting. Mental umat menurutnya yang harus dibangun terlebih dahulu. Apalagi, komitmen PA 212 saat ini untuk Medan. Keduanya juga muslim. Dan lebih krusial lagi, dekat dengan rezim saat ini.
“Kita harapkan, Bobby bisa langsung by pass ke menteri terkait program-programnya untuk membangun Kota Medan,” tambahnya.
Jadi, begitulah ceritanya. Politik itu cair dan selow, tapi terkadang kita tidak bisa melihatnya sejernih itu, apalagi jika dikaitkan dengan agama dan PA 212 telah mencontohkannya.