Menuntut ilmu merupakan perbuatan yang sangat mulia. Banyak hadis yang menerangkan mengenai keutamaan para penuntut ilmu. Bahkan dalam salah satu hadis disebutkan bahwa mempelajari satu bab ilmu itu lebih baik daripada bersedekah emas sebesar gunung Abu Qubais.
Begitu besarnya keutamaan menuntut ilmu sehingga menuntut ilmu hukumnya wajib bagi kaum muslim dan muslimah. Namun apakah semua penuntut ilmu itu akan mendapatkan keutamaan yang telah dijanjikan itu? Tentu, namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan baik bagi seorang penuntut ilmu maupun orang yang telah berilmu.
Pertama, orang yang mencari ilmu itu adalah orang yang berniat karena Allah SWT. Tidak karena kepentingan dunia, maupun keinginan nafsu dalam dirinya. Dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa mencari ilmu karena empat alasan, maka ia akan masuk neraka, yaitu : untuk bermegah-megahan dengan ulama, untuk mendebat orang-orang yang bodoh, untuk mencari muka dihadapan orang, atau untuk mencari harta, kehormatan, derajat atau pangkat dari penguasa.”
Sebagai seorang penuntut ilmu, maka kita harus menghindarkan niat-niat tersebut agar dapat selamat di dunia dan akhirat.
Kedua, seorang ahli ilmu haruslah menjaga akhlak dan mengamalkan ilmunya. Ada sebuah hadis yang menceritakan bahwa ada seorang sahabat datang kepada nabi dan bertanya “Wahai Rasul, siapakah orang yang paling jelek?” Kemudian Rasulullah SAW bersabda :
العالم اذا فسد
“Orang alim yang rusak akhlaknya”
Disebutkan bahwasanya pada hari kiamat nanti akan ada tiga golongan manusia yang paling menyesal. Ketiga golongan tersebut adalah: seseorang yang mempunyai budak saleh dan masuk surga, sedangkan ia masuk neraka; Seseorang yang mempunyai harta namun tidak menunaikan kewajibannya kemudian ia mati dan hartanya dipakai oleh ahli waris nya untuk menunaikan kewajiban dan ketaatan sehingga mereka masuk surga sedangkan ia masuk neraka; Orang alim yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain, sehingga orang lain itu masuk surga karena ilmunya sedangkan ia sendiri masuk neraka.
Maka dari itu, seorang ahli ilmu seyogyanya memiliki akhlak yang baik dan tidak menyalahi ilmu yang telah dipelajarinya. Sehingga apa yang telah dipelajarinya benar-benar ia amalkan.
Ketiga, seorang ahli ilmu harus mengamalkan ilmu dengan ikhlas. Diriwayatkan dari Sahl bin Abdullah, beliau berkata: “Semua manusia mati, kecuali orang berilmu. Semua orang yang berilmu mabuk, kecuali yang mengamalkan ilmunya. Semua orang yang mengamalkan ilmunya tertipu, kecuali orang yang ikhlas, dan orang-orang ikhlas itu selalu merasa khawatir”
Dari penjelasan di atas, kita mengetahui bahwa puncak dari ilmu bukanlah pengetahuan semata, namun bagaimana dengan ilmu tersebut menyebabkan kita semakin dekat dengan Tuhan. Hakikat ilmu adalah mengarahkan hati yang gelap menuju cahaya kebenaran Tuhan.
Tujuan mempelajari ilmu tafsir bukan hanya untuk mengetahui makna dalam ayat semata, namun dengan mengetahui makna tersebut, kita dapat lebih mengenal Allah SWT. Tujuan mempelajari ilmu alam bukan hanya untuk mengetahui rahasia alam yang begitu rumit, tapi dengan mengetahui itu, semakin mendekatkan diri pada Yang Maha Pencipta Alam. Begitu pula berlaku untuk ilmu-ilmu lainnya.
Orang yang telah mengenal dan dekat dengan tuhannya, maka akan tercermin dalam perilaku, ucapan dan pikiran yang dimilikinya. Setelah tujuan dari hakikat ilmu ini tercapai, barulah kita berhak mendapatkan keutamaan-keutamaan yang telah dijanjikan oleh Allah SWT dan rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW.
Wallahu A`lam
Tulisan ini disarikan dari kitab Tanbihul Ghafilin