Tiga Hari Bersama Penghuni Surga

Tiga Hari Bersama Penghuni Surga

Tiga hari yang sunggu melelahkan di surga

Tiga Hari Bersama Penghuni Surga

Anas bin Malik menceritakan sebuah kejadian yang dialaminya pada sebuah majelis bersama Rasulullah SAW. Anas bercerita, “Pada suatu hari kami duduk bersama Rasulullah SAW kemudian beliau bersabda, ‘Sebentar lagi akan muncul di hadapan kalian seorang laki-laki penghuni surga’. Tiba-tiba muncullah laki-laki Anshar yang janggutnya basah dengan air wudhunya. Dia mengikat kedua sandalnya pada tangan sebelah kiri.”

Ketika majelis Rasulullah SAW selesai, Abdullah bin Amr bin Al-Ash mencoba mengikuti seorang lelaki yang disebut Nabi sebagai penghuni surga itu. Kemudian dia berkata kepadanya, “Saya ini bertengkar dengan ayah saya, dan saya berjanji kepada ayah bahwa selama tiga hari saya tidak akan menemuinya. Maukah kau memberi tempat pondokan buat saya selama hari-hari itu?”

Abdullah mengikuti orang itu ke rumahnya, dan tidurlah Abdullah di rumah orang itu selama tiga malam. Tetapi selama itu pula dia tidak menyaksikan sesuatu istimewa di dalam ibadahnya. Setelah ditanyakan amalan apa, orang Anshor itu menjawab, “Demi Allah, amalku tidak lebih dari yang kau saksikan itu. Hanya saja aku tidak pernah menyimpan pada diriku niat yang buruk terhadap sesama muslim, dan aku tidak pernah menyimpan rasa dengki kepada mereka atas kebaikan yang diberikan Allah kepada mereka.”

Lalu Abdullah bin Amr berkata, “Beginilah bersihnya hatimu dari perasaan jelek dari kaum muslim, dan bersihnya hatimu dari perasaan dengki. Inilah tampaknya yang menyebabkan engkau sampai ke tempat yang terpuji itu. Inilah justru yang tidak pernah bisa kami lakukan.”

Akhir-akhir ini banyak sekali  paham-paham agama yang radikal dan ekstrim. Paham tersebut mengajarkan bahwa hanya golongan mereka yang berada dalam kebenaran sementara yang lain dalam kesesatan. Kelompok ini menganut paham takfiri, yakni memandang muslim selain dari golongan mereka sebagai kafir hanya karena tidak sejalan dengan paham agama mereka. Terhadap mereka inilah berlaku hadis ini.

Artinya, berbaik sangka dan menghilangkan kedengkian sesama muslim yang berbeda paham dari kita merupakan sebuah prasyarat bagi menjadi muslim yang baik, muslim yang bakal menjadi penghuni surga. Rasulullah SAW yang mulia menyebutkan bahwa salah satu tanda orang yang beriman ialah mempunyai kecintaan yang tulus terhadap kaum muslim.

Dan dalam riwayat yang lain, Nabi SAW bersabda: “Agama adalah kecintaan yang tulus.” Membenci, mendengki, berburuk sangka kepada sesama muslim yang berbeda aliran tentunya tidak relevan jika kita memegang dengan teguh titah dari baginda Rasulullah SAW dan itu adalah prasyarat untuk masuk surga.

Tidak menyimpan prasangka  jelek dan tidak dengki terhadap kaum muslim kelihatannya sangat sederhana tetapi justru amal itulah yang seringkali sulit kita lakukan. Mungkin kita mampu berdiri di malam hari, sujud dan rukuk di hadapan Allah SWT., akan tetapi amat sulit bagi kita menghilangkan kedengkian kepada sesama muslim, hanya karena kita duga pahamnya berbeda dengan kita.

Hanya karena kita pikir bahwa dia berasal dari golongan yang berbeda dengan kita atau hanya karena dia memperoleh kelebihan yang diberikan Allah, dan kelebihan itu tidak kita miliki. “Inilah justru yang tidak mampu kita lakukan,” kata Abdullah bin Amr (Hayat Sahabah).  []

Ninis Milatina Penggiat Kajian Keagamaan dan Kebudayaan. Tinggal di Ciputat.