Selain dikenal sebagai periwayat hadis terbanyak, Abu Hurairah juga dikenal sebagai sahabat yang menghabiskan waktunya di masjid. Bertahun-tahun Abu Hurairah tinggal di emperan masjid Nabawi dengan mengandalkan makanan yang diberikan oleh Rasul dan para sahabat lain. Bisa dibilang, saat itu sejawat Salman al-Farisi ini dan juga para sahabat as-Shuffah adalah termasuk orang-orang yang miskin.
Dalam berbagai kitab yang menjelaskan riwayat hidupnya, selalu mencantumkan subbab terkait kefakiran dan kemiskinannya. Dalam suatu kisah disebutkan bahwa Abu Hurairah beserta anggota kelompok as-Shuffah yang lain datang kepada nabi mengadukan kelaparannya. Nabi akhirnya memberikan setiap orang dua kurma dan minum untuk menunda laparnya. Abu Hurairah hanya makan satu kurma, sisanya ia simpan untuk ibunya. Melihat itu, Nabi lalu memberinya tambahan kurma untuk diberikan kepada ibunya.
Setelah jadi ‘pemuda masjid’ bertahun-tahun, Abu Hurairah akhirnya merasakan duduk di bangku kekuasaan. Ia dilantik menjadi gubernur Bahrain pada era kekhalifahan Umar bin Khattab. Laki-laki yang dulunya miskin kini naik tingkat menjadi pejabat.
Setelah cabut dari gubernur, Umar pernah meminta lelaki asli suku Daus ini untuk menjabat lagi. Tapi ia tak mengindahkan. Ada yang bilang, keengganannya untuk menjabat kembali adalah bentuk kehati-hatiannya.
(AN)