
Islami.co (Paris)– Aktivis iklim asal Swedia, Greta Thunberg, mengecam Israel setelah pihak keamanan negara tersebut mengintersepsi kapal yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Gaza pada 6 Juni 2025 lalu. Thunberg menuduh Israel telah melakukan penculikan terhadapnya (bersama kawannya) di perairan internasional dan membawanya ke Israel tanpa persetujuan. Pernyataan tersebut disampaikan Thunberg setelah ia dideportasi dari Israel dan tiba di Bandara Charles de Gaulle, Paris (10/6/2025).
“Ini adalah pelanggaran hak yang disengaja, yang ditambahkan ke daftar pelanggaran-pelanggaran lain yang tak terhitung yang dilakukan Israel,” ujarnya kepada para wartawan di Paris, sebagaimana dikutip dari AFP.
Thunberg menegaskan bahwa apa yang ia alami tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang dialami oleh rakyat Palestina.
Thunberg, yang terkenal karena kampanyenya melawan perubahan iklim, pada 6 Juni lalu berada di kapal Madleen bersama 12 orang lainnya, yang tujuannya adalah untuk mengirimkan makanan dan pasokan medis bagi warga Gaza yang terkepung. Kapal tersebut dicegat oleh angkatan laut Israel sekitar 185 kilometer (115 mil) di sebelah barat pesisir Gaza. Lima aktivis asal Prancis yang ada di kapal tersebut ditahan oleh pihak berwenang Israel setelah menolak untuk meninggalkan negara tersebut secara sukarela.
Kapal Madleen, yang mengangkut aktivis dari berbagai negara seperti Prancis, Jerman, Brasil, Turki, Swedia, Spanyol, dan Belanda, bertujuan untuk memberikan bantuan kemanusiaan sekaligus mematahkan blokade yang diberlakukan Israel terhadap Gaza.
Thunberg mengungkapkan bahwa peristiwa yang dialami kapal tersebut adalah “lanjutan dari pelanggaran hukum internasional dan kejahatan perang yang dilakukan Israel dengan tidak membiarkan bantuan masuk” ke Gaza.
“Ini adalah misi untuk sekali lagi membawa bantuan ke Gaza dan mengirimkan solidaritas. Namun kami tidak bisa,” tambahnya.
Ia juga mengkritik apa yang disebutnya sebagai “keheningan dan pasivitas” dari pemerintah-pemerintah di seluruh dunia terkait apa yang terjadi di Gaza.
“Tidak ada kata-kata yang dapat menggambarkan pengkhianatan yang terjadi setiap hari oleh pemerintah kita sendiri,” ucapnya dengan penuh penyesalan.
Aktivis muda ini, yang juga berusaha untuk menghindari penerbangan demi alasan dampak lingkungannya, mengungkapkan bahwa meskipun ia merasa “sangat membutuhkan mandi,” ia akan terus melanjutkan perjuangannya.
“Kami tidak akan berhenti. Kami akan mencoba setiap hari untuk menuntut agar kekejaman yang dilakukan oleh Israel dihentikan,” tegasnya.