Teror Mako Brimob dan Wake-up Call Atas Wahabi

Teror Mako Brimob dan Wake-up Call Atas Wahabi

Teror Mako Brimob dan Wake-up Call Atas Wahabi

Di tengah-tengah perbincangan soal serangan kaum teroris di Mako Brimob, ada baiknya kita ingat bahwa salah satu sumber dari mana tindakan kekerasan ini muncul adalah ajaran wahabi/salafi.

Saya tidak hendak mengatakan bahwa semua pengikut ajaran wahabi/salafi akan jadi teroris. Tetapi pengaruh aqidah wahabiyyah/salafiyyah di tengah-tengah kaum teroris ini sangat besar. Kalau kalian baca buku-buku kaum teroris ini, banyak kita jumpai rujukan kepada pikiran-pikiran Muhammad ibn Abdul Wahhab, pendiri gerakan Wahabiyyah di Saudi Arabia.

Pertanyaannya: kenapa pengikut aqidah Asy’ariyyah yang banyak diikuti oleh warga nahdliyyin (NU) dan mayoritas kaum Sunni di seluruh dunia Islam tak pernah kita dengar terlibat dalam tindakan terorisme ini? Kenapa pelaku terorisme ini justru banyak yang tumbuh dalam aqidah wahabi/salafi?

Yang menarik, aqidah Asy’ariyyah ini kerap dianggap sebagai aqidah bid’ah oleh kaum wahabi/salafi ini karena soal yang sederhana, yaitu ta’wil dalam sifat-sifat Tuhan. Saya jadi tergoda untuk bertanya: Apakah ta’wil ini berada di balik sikap pengikut aqidah ‘Asyariyyah yang lebih moderat ketimbang pengikut aqidah wahabi/salafi?

Saya tergoda untuk menjawab YA. Sebab, pada dasarnya ta’wil itu mengandaikan cara berpikir yang khas: yaitu bahwa ajaran agama tak semuanya bisa dipahami secara harafiah. Ta’wil mengandaikan bahwa akal manusia harus didayagunakan untuk memahami ajaran Tuhan.

Penolakan pengikut wahabi/salafi terhadap ta’wil sifat-sifat Tuhan ini jangan-jangan berpengaruh terhadap cara pandang mereka yang cenderung keras dan kaku dalam soal-soal keislaman.

Teror di Mako Brimob ini terus terang menambah keyakinan saya bahwa aqidah Asy’ariyyah lebih sesuai dengan semangat ajaran Islam yang membawa rahmat. Saya beruntung bahwa sejak kecil tumbuh dalam komunitas nahdliyyin yang dihidupi oleh aqidah ini.

Tetapi saya juga pernah melewatkan lima tahun di universitas Saudi dan belajar aqidah wahabi dari para “kiai” wahabi sendiri secara langsung. Saya tahu benar perbedaan mendasar antara dua aqidah ini.

Dan memang benar, aqidah wahabi ini bermasalah. Kejadian-kejadian teror, terutama lahirnya ISIS, mestinya menjadi “wake up call”, bel pengingat bagi kaum salafi di mana-mana, agar hati-hati.

Apakah ada kaitan antara ISIS/Daesh dengan aqidah Wahabi? Erat sekali. Lain kali saja saya akan terangkan perkara satu ini.

*) Ulil Abshar Abdalla