Teladan Rasul: Segera Lakukan Dua Hal ini Ketika Marah!

Teladan Rasul: Segera Lakukan Dua Hal ini Ketika Marah!

Teladan Rasul: Segera Lakukan Dua Hal ini Ketika Marah!
Ilustrasi orang yang sedang marah. Foto: (tradingpsychologyedge.com)

Manusia terlahir bukan tanpa cacat dan kekurangan. Tidak ada pula manusia yang sempurna kecuali nabi agung Muhammad saw. kekurangan-kekuarangan itu di antaranya berupa sifat-sifat yang tercela seperti dengki, tamak, suka ngegosip dan suka marah-marah.

Sifat yang terakhir ini sering dijumpai pada setiap orang jika keinginan-keinginannya tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki, apalagi orang tersebut merasa dirinya paling kuat jika berhadapan dengan orang lain yang secara fisik maupun mental jauh lebih lemah darinya. Dia menganggap dengan marah segala persoalan akan terselesaikan.

Imam Nawawi al-Bantani, dalam salah satu maqolah-nya yang terdapat dalam kitab Nasho’ihul Ibad menyatakan bahwa marah dapat menghilangkan akal sehat, yakni cahaya di dalam hati yang mampu membedakan perkara hak dan batil. Marah juga dapat merusak iman sebagaimana kayu brotowali yang merusak manisnya madu.

Agama Islam menuntun manusia menuju ke arah yang lebih baik. Sehingga ketika seseorang marah, Allah mengingatkan kepada manusia supaya ingat pada firman-Nya :

وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134)

“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa, yaitu orang yang berinfaq, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan”. (QS. Ali Imran : 133-134)

Ayat di atas sangat jelas mengatakan bahwa di antara ciri-ciri sifat orang yang bertaqwa adalah mampu menahan amarah dan memaafkan sesama. Dengan kata lain, ayat ini juga mengajarkan manusia supaya tidak mudah marah dan juga mudah memaaafkan kesalahan orang lain.

Di dalam ayat lain juga dijelaskan bahwa marah adalah sifat setan. Allah berfirman :

وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيم

“Dan jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-A’raf: 200)

Ibnu Jarir al-Thabari dalam tafsirnya, Jami al-Bayan menjelaskan bahwa penggalan ayat ينزغنك من الشيطان نزع bermakna يغضبنك من الشيطان غضب, benar-benar membujukmu supaya marah dan masuk kepada jurang kebodohan. Sehingga yang harus dilakukan agar tidak terbujuk setan adalah dengan ber-ta’awudz, yakni mengucapkan, “Audzu billahi minas syaithanirrajim.”

Ayat di atas kemudian diperkuat dengan hadis nabi yang diriwayatkat oleh Sulaiman bin Surad :

عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ صُرَدٍ قَالَ : كُنْتُ جَالِسًا مَعَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَرَجُلاَنِ يَسْتَبَّانِ فَأَحَدُهُمَا احْمَرَّ وَجْهُهُ وَانْتَفَخَتْ أَوْدَاجُهُ فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم إِنِّي لأَعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ لَوْ قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ فَقَالُوا لَهُ إِنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : تَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ فَقَالَ وَهَلْ بِي جُنُونٌ

 “Diriwayatkan dari Sulaiman bin Surad, ia berkata : aku duduk bersama Nabi, sementara terdapat dua orang yang saling memaki dan mencaci. Salah satu di antara keduanya tampak merah wajahnya dan membesar otot lehernya. Kemudian nabi bersabda ‘Aku mengetahui satu kalimat, jika dia membacanya maka akan hilang apa yang ada padanya (marahnya). Jika dia mengatakan ‘aku berlindung kepada Allah dari godaan setan’ maka apa yang ada padanya (marahnya) akan hilang. Kemudian para sahabat menyampaikan kepada salah satu di antara keduanya bahwa nabi bersabda ‘mintalah perlindungan kepada Allah dari godaan setan’, kemudia dia berkata ; memangnya aku gila?”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain diceritakan bahwa sahabat sekaligus istri nabi diajari langsung oleh nabi bagaimana cara mengatasi marah. Nabi memegang hidung Aisyah kemudian menyuruhnya berdoa :

أللهم اغفرلي ذنبي وأذهب غيظ قلبي وأجرني من الشيطان

“Ya Allah, ampunilah dosaku, usirlah amarah dalam hatiku, dan selamatkanlah aku dari (godaan) setan”. (HR. Ibnu Sinni)

Selain itu, nabi juga mengajarkan cara lain untuk mengusir amarah yang ada dalam diri seseorang. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Athiyyah bin Urwah al-Samadi, nabi bersabda :

 إن الغضب من الشيطان، وإن الشيطان خلق من النار، وإنما تطفأ النار بالما، فإذا غضب أحدكم فليتوضأ

“Sesungguhnya amarah berasal dari setan, dan setan diciptakan dari api. Sesungguhnya api bisa dipadamkan dengan air, ketika salah satu di antara kalian marah, maka berwudlulah”. (HR. Abu Dawud)

Dari sini bisa disimpulkan bahwa cara untuk mengatasi sifat marah ada dua. Pertama, senantiasa meinta perlindungan kepada Allah dari godaan setan dengan mengucapkan ta’awudz. Kedua, ketika seseorang marah, maka sebaiknya segera berwudlu.

Wallahu A’lam.