Teks Pidato Bung Karno Tentang Isra’ Mi’raj: Berjiwalah Mikraj (Bag-1)

Teks Pidato Bung Karno Tentang Isra’ Mi’raj: Berjiwalah Mikraj (Bag-1)

Teks Pidato Bung Karno Tentang Isra’ Mi’raj: Berjiwalah Mikraj (Bag-1)

Saudara-saudara sekalian, sebagai dikatakan tadi oleh yang mulia Menteri Agama, maka saya sekarang dalam perjalanan pulang ke Bali. Mula-mula, pada tanggal 29 bulan yang lalu, saya pergi ke Yogyakarta untuk menyerahkan bintang gerilya kepada beberapa pahlawan. Kemudian ke Sala. Kemudian ke Bali untuk menyerahkan Fakultas Sastra Udayana kepada Universitas Airlangga. Kemudian setelah beristirahat untuk beberapa hari sekarang saya berada di sini dan mengucap syukur ke hadirat Allah dapat menghadiri peringatan perayaan Isra Mikraj bersama-sama dengan saudara-saudara. Besok pagi Insya Allah saya akan berziarah ke makam Ibunda di Blitar. Lusa menghadiri kongres PMI. Setelah itu, Insya allah kembali ke Jakarta.

Saudara-saudara, Isra dan Mikraj kita rayakan pada malam ini kita peringati pada malam ini, dan saya diminta untuk mengadakan sambutan, bahkan untuk memberikan amanat. Apa yang harus saya katakan sebagai orang yang daif di dalam agama Islam sesudah kita mendengarkanuraian-uraian yang lebar dan mendalam? Apa yang harus saya katakan? Isra dan Mi raj tertulis di atas ini Isra, kepergian jauh dari masjid ke lain masjid. Kemudian Mi raj, naik ke angkasa dan sebagai dikatakan oleh Pak lviuljadl Djojomarrono itu tadi memang “Mi” raj” artinya“ “tangga”. Beliau berkata tangga dari emas 24 karat. Lebih tepat lagi barangkali dikatakan tangga dari nur tetapi emas.

Cahaya emas, dan bukan tangga yang kecil selebar jarak dari mikrofon yang satu ke mikrofon yang lain ini tetapi satu tangga yang meliputi seluruh pandangan mata. Tangga yang menakjubkan, dan sebagai dikatakan oleh Saudara Muljadi Djojomartono itu tadi, setiap orang melihat tangga itu. Dan memang kalau tidak salah Nabi Muhammad SAW pernah berkata, “Sudahkah engkau melihat pandangan mata orang yang hendak melepaskan napasnya yang penghabisan? Sudahkah engkau melihat pandangan matanya yang takjub?” Ia yang punya pandangan mata yang takjub itu ialah karena ia melihat Mikraj yang dahsyat, dan memang sebagai tadi dikatakan oleh Yang Mulia Menteri Agama, tiap-tiap agama mempunyai tempat untuk melepaskan permohonan, yang dinamakan sembahyang.

Tiap-tiap agama mempunyai anggapan kedahsyatan. Kita sebagai orang Islam dahsyat, kagum, jikalau kita membayangkan di dalam kita punya pikiran dan ingatan, akan Mikraj, tangga daripada sinar nur emas yang hebat naik ke langit Orang-orang dan agama lain mempunyai juga hal-hal kedahsyatan Saudara-saudara, tetapi tidak sedahsyat, dahsyatnya Mikraj. Di zaman dulu misalnya Saudara-saudara orang dari Skandinavia percaya kepada dewa-dewa dan raja daripada dewa orang Skandinavia, dinamakan Thor, T-H-O-R, Thor, dewa daripada gludbug dan geledek. Orang Skandinavia, merasa jiwanya dahsyat jika ia mendengar gludbug dan geledek.

Jadi dalam ingatannya dilihatnyalah raja Thor itu mengendarai kendaraaan yang hebat, turun dari satu awan ke awan lain, dan satu mega ke lain mega dan tiap-tiap kali rodanya mengenai puncak mega terdengar gludbug atau geledek. Itu adalah kedahsyatan rakyat Skandinavia tatkala mereka mengagumi Dewa Thor, atau mereka katakan King Thor. “Kung” itu dalam bahasa Inggrisnya “King”, Kung Thor, Baja Thor, Kung Thor yang kita namakan “guntur” Saudara-saudara. Tetapi kedahsyatan Kung Thor Saudara-saudara, tidak sedahsyat Mikraj dalam anggapan kita. Ambil orang-orang dari agama Hindu, mereka mempunyai dewa-dewa dan mereka mempunyai kepercayaan bahwa pada suatu ketika, di zaman dahulu dewa-dewa itu telah ngudbeg (mengaduk) samudera, “hetkarnen van dezeedez tijds”. Samudra diubheg Saudara-Saudara, dahsyat. Tidak sedahsyat Mikraj di dalam anggapan kita.

Ya, Saudara-saudara, Mikraj, tangga, tangga batin kepada kita, mcmberi kekuatan batin terutama sekali direct kepada Muhammad SAW. Pak Muljadi mengatakan, Muhammad SAW dengan Isra dan Mikrajnya itu mengadakan strudiereis. Demikian pula Kapten Said menamakannya pelajaran, pernah saya katakan ya, kalau ditinjau dari satu sudut, memang pelajaran, pengajaran. Tetapi kalau dari lain sudut (hal itu adalah penguatan batin) Saudara-saudara, Satu hiburan consolation, satu peneguhan keyakinan.

Bersambung