Memohon kepada Allah bisa dilakukan dengan berbagai hal, bisa dengan doa ataupun melalui shalat. Salah satu shalat yang sering kita dengar sebagai salah satu perantara untuk memohon sesuatu kepada Allah SWT adalah shalat hajat.
Shalat hajat, selama ini selalu dikaitkan dengan shalat tahajud, yakni dikerjakan di malam hari. Hal ini tidak sepenuhnya benar, karena shalat hajat bisa dilakukan kapanpun, tidak harus di malam hari, asalkan tidak di waktu-waktu yang dimakruhkan melakukan shalat sunnah.
Imam al-Ghazali menyebutkan dalam Ihya’ Ulumuddin-nya:
الثامنة صلاة الحاجة فمن ضاق عليه الأمر ومسته حاجة فى صلاح دينه ودنياه الى امر تعذر اليه فليصل هذه الصلاة
Yang kedepalan (dari beberapa shalat sunnah yang memiliki sebab) adalah shalat hajat. Siapa saja yang berada dalam kondisi terjepit dan membutuhkan sesuatu baik urusan dunia maupun akhirat sedangkan dia tidak mampu menyelesaikannya, hendaklah dia melaksanakan shalat (hajat) ini.
Walaupun begitu, lebih baik dilaksanakan ketika malam hari, atau seperempat malam terakhir.
Adapun tata caranya sebagai berikut:
Pertama, niat bersamaan dengan takbiratul ihram.
أُصَلِّى سُنَّةَ الْحَاجَةِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى
Usholli sunnatal hajati rak’ataini lillahi ta’ala
“Aku berniat shalat hajat dua rakaat karena Allah Ta’ala”
Kedua, melakukan shalat sebanyak dua rakaat. Setelah membaca surat al-Fatihah di ayat pertama dianjurkan membaca surat al-Kafirun atau ayat kursi, dan di rakaat kedua membaca surat al-Ikhlas.
Ketiga, selesai shalat membaca shalawat dan dzikir
Keempat, membaca doa yang disebutkan oleh Imam Nawawi al-Bantani dalam Nihayatuz Zain berikut.
سُبْحَانَ الَّذِي لَبِسَ العِزَّ وَقَالَ بِهِ، سُبْحَانَ الَّذِي تَعَطَّفَ بِالمَجْدِ وَتَكَرَّمَ بِهَ، سُبْحَانَ ذِي العِزِّ وَالكَرَمِ، سُبْحَانَ ذِي الطَوْلِ أَسْأَلُكَ بِمَعَاقِدِ العِزِّ مِنْ عَرْشِكَ وَمُنْتَهَى الرَّحْمَةِ مِنْ كِتَابِكَ وَبِاسْمِكَ الأَعْظَمِ وَجَدِّكَ الأَعْلَى وَكَلِمَاتِكَ التَّامَّاتِ العَامَّاتِ الَّتِي لَا يُجَاوِزُهُنَّ بِرٌّ وَلَا فَاجِرٌ أَنْ تُصَلِّيَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
“Mahasuci Zat yang mengenakan keagungan dan berkata dengannya. Mahasuci Zat yang menaruh iba dan menjadi mulia karenanya. Mahasuci Zat pemilik keagungan dan kemuliaan. Mahasuci Zat pemilik karunia. Aku memohon kepada-Mu agar bershalawat untuk Sayyidina Muhammad dan keluarganya dengan garis-garis luar mulia Arasy-Mu, puncak rahmat kitab-Mu, dan dengan nama-Mu yang sangat agung, kemuliaan-Mu yang tinggi, kalimat-kalimat-Mu yang sempurna dan umum yang tidak dapat dilampaui oleh hamba yang taat dan durjana.”
Doa tersebut, disebut oleh Syekh Nawawi sebagai doa makbul.
Keempat, membaca doa hajat dengan menyampaikan hajat yang diinginkan, baik hajat duniawi maupun ukhrawi (hajat dunia maupun akhirat). Baca juga: Doa Shalat Hajat Latin, Arab beserta Terjemahannya.
Wallahu A’lam.