Dajjal merupakan satu hal yang telah diketahui dan diimani oleh umat Islam, bahwa ia akan muncul pada saat menjelang kiamat. Adapun ciri-ciri fisiknya dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam beberapa hadis, antara lain matanya buta sebelah bentuknya seperti sebuah anggur yang busuk, rambutnya keriting, tubuhnya pendek dan bungkuk, lehernya lebar dan kakinya pengkor apabila ia berjalan seperti orang baru saja dikhitan. Serta disebutkan bahwa pada jidatnya bertuliskan ‘kafir’, ia juga memiliki Surga dan Neraka, akan tetapi Surganya adalah Neraka dan Nerakanya adalah Surga. melihat dajjal
Namun apakah ciri tersebut bisa diketahui banyak orang atau tidak, para ulama memiliki perbedaan pendapat. Selain itu, Dajjal merupakan fitnah terbesar yang pernah ada, maka dalam tiap akhir shalat, dianjurkan untuk selalu membaca doa agar terhindar dari fitnah Dajjal, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan-Mu (agar dijauhkan) dari azab kubur, dan dari azab neraka Jahannam, dan dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah Dajjal”.
Dajjal adalah sesuatu yang sangat mengerikan dan hendaknya senantiasa meminta perlindungan kepada Allah atas fitnahnya. Akan tetapi rupanya ada satu kisah sahabat Nabi yang konon pernah bertemu dengan Dajjal. Ia adalah Tamim bin Aus ad-Dari, salah satu sahabat Nabi yang diketahui pernah melihat Dajjal dengan kedua matanya dan mendengar pembicaraannya, bahkan berbicara dengannya.
Dalam salah satu hadis riwayat Imam Muslim disebutkan, bahwa suatu ketika Rasulullah usai melakukan shalat meminta kepada para jamaah agar tetap duduk di tempat masing-masing, seraya bersabda, “Tahukah kalian, mengapa aku kumpulkan kalian?”
Rasulullah kemudian berkisah cukup panjang tentang seorang Tamim bin Aus. Tamim bin Aus adalah mantan pengikut Nasrani yang kemudian berbaiat kepada Rasulullah SAW dan masuk Islam.
Tamim pernah melakukan perjalanan laut bersama dengan 30 orang dari kabilah Lakhm dan Judzam. Ketika itu mereka terdampar di sebuah pulau setelah terombang-ambing oleh badai ombak selama satu bulan.
Di pulau tersebut mereka menjumpai binatang yang berambut sangat lebat dan kaku sehingga tidak terlihat bagian depan maupun belakangnya. Orang-orang yang terdampar tersebut pun bertanya,
“Celaka, makhluk apakah kamu?”
“Aku adalah Jassasah,” jawab makhluk itu.
“Apa itu Jassasah?” tanya mereka menimpali.
Bukannya menjawab, kemudian makhluk tersebut malah menyuruh mereka untuk masuk ke dalam rumah ibadah yang ia tunjukkan agar menemui seorang lelaki di dalamnya, lantaran ia sangat merindukan kabar yang dibawakan oleh mereka.
Mereka mengira bahwa yang ditunjukkan oleh Jassasah adalah setan, ternyata ia adalah seorang lelaki dengan tangan dan kaki yang terikat dengan besi, al-Masih Dajjal. Tamim dan teman-temannya pun bisa melihat Dajjal secara langsung. Terjadilah perbincangan antara Dajjal dengan Tamim bin Aus, “Celaka, siapakah kamu?”
“Kalian telah mampu mengetahui tentang aku, maka beri tahu aku siapa kalian,” jawab laki-laki yang terikat itu.
Perbincangan pun berlanjut dengan penjelasan Tamim bin Aus tentang perjalanannya hingga terdampar di pulau, sekaligus pertemuannya dengan Jassasah.
Dajjal pun menanyakan beberapa hal pada Tamim bin Aus tentang beberapa hal, misalnya apakah pohon kurma masih berbuah, apakah danau Thobariyah masih banyak airnya, apakah mata air Zughor masih digunakan untuk bertani, apa yang dilakukan Nabi Ummiyyin dan apakah orang-orang Arab memeranginya. Setelah tanya-jawab itu selesai, Dajjal mengabarkan kepada mereka tentang siapa dirinya,
“Sesungguhnya aku adalah al-Masih Dajjal, hampir aku diberi izin untuk keluar hingga aku keluar lalu berjalan di bumi dan tidak kutinggalkan satu negeri pun kecuali aku akan turun padanya dalam waktu 40 malam kecuali Mekah dan Thaybah, keduanya haram bagiku. Setiap kali aku akan masuk pada salah satu kota ini malaikat menghadangku dengan pedang dan sesungguhnya pada tiap celah ada para malaikat yang menjaganya”.
Pertemuan Tamim bin Aus dengan Dajjal ini lah yang menjadi jalan baginya untuk mendapatkan hidayah sehingga ia berbaiat untuk memeluk Islam.
Wallahu A’lam.