Banyak komentar tidak tepat dan berbahaya dalam menyikapi wabah Covid-19. Ada yang mengatakan, “Takutlah pada Allah, jangan takut pada Virus Corona!” Bagi pemula dalam beragama komentar semacam itu terkesan sesuatu yang benar, padahal mengandung banyak kebatilan yang membahayakan. Komentar tersebut keliru dan berbahaya disampaikan pada saat Covid-19 mewabah, karena (1) terkesan berpasrah total pada Allah sebelum ada ikhtiar (upaya) yang maksimal, sehingga (2) bisa meniadakan kewaspadaan, (3) memotivasi diri untuk terlalu percaya diri dan bertindak ceroboh, dan (4) berpotensi memengaruhi banyak orang untuk bersikap tidak peduli apakah ia tertular atau menularkannya.
Selain itu, membandingkan ketakutan pada Covid-19 dengan takut pada Allah tentulah amat tidak pantas. Allah adalah Sang Pencipta segalanya, selain Dia pastilah makhluk (yang diciptakan)-Nya, termasuk Covid-19 yang disepakati membahayakan kesehatan dan mengancam nyawa umat manusia. Eksistensi Covid-19 tak terbantahkan karena terbukti sudah amat banyak yang terinfeksi olehnya, banyak pasien yang karenanya dirawat, dan bahkan juga telah banyak yang meninggal dunia.
Padahal Allah sebagai Sang Pencipta sama sekali tidak pernah mengubah ketentuan-Nya. Artinya, bahwa sunnatullah itu akan terus berlangsung sebagai hubungan sebab akibat. Siapa saja, betapapun termasuk orang yang merasa dekat dengan-Nya atau takut kepada-Nya bila ia ceroboh, tidak menjaga kesehatan, tidak menjaga kebersihan, tidak menjaga jarak dengan orang yang terinfeksi Covid-19, dan tidak menaati anjuran para ahlinya, boleh jadi justru ia yang ditakdirkan oleh Allah tertular dan atau menularkannya.
Dengan demikian, pada hakekatnya seorang pelanggar sunnatullah atau hukum alam adalah orang yang tidak taat, tidak patuh, dan tidak takut kepada Allah. Ucapannya tentang kita tidak perlu takut kepada wabah Covid-19 tetapi hanya takut kepada Allah hanyalah ucapan dusta belaka, ucapan yang menipu, dan ucapan yang tidak bermanfaat karena tidak menghindarkan dirinya dan atau orang lain dari bahaya yang sedang gencar melanda dunia.
Komentar keliru dan membahayakan itu tidak keluar kecuali dari mulut manusia yang amat dangkal, awam dalam ilmu agamanya, dan pasti tidak moderat, yakni muncul dari orang yang sikap keberagamaannya terlalu lemah atau amat ekstrim. Orang yang pemahaman agamanya moderat pada dasarnya adalah manusia yang bertakwa–takut–kepada Allah, sehingga dalam menyikapi wabah Covid-19 ia tetap bersikap hati-hati dengan tetap ingin tidak tertular apalagi menularkannya, sambil terus berdoa memohon perlindungan kepada Allah, Sang Pencipta, dari keganasan dan kejahatan setiap makhluk-Nya, termasuk wabah Covid-19.
Menjaga kesehatan, menjaga jiwa dari setiap apa saja yang merusak adalah perintah Allah yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang yang mengaku “takut” kepada-Nya, sedangkan Allah melarang kita semua untuk menjatuhkan diri sebab kecerobohan diri sendiri ke dalam setiap kerusakan. Rasulullah, Sayyiduna Muhammad shalla Allahu ‘alaihi wa sallama juga berpesan agar jangan membahayakan diri sendiri dan jangan membahayakan orang lain.
Artinya bahwa orang yang takut kepada Allah sesungguhnya adalah orang yang beriman yang kuat–yang ia lebih dicintai oleh Allah–karena ia terus berusaha dan ikut bekerja sama agar ia tidak tertular Covid-19, apalagi turut menularkan kepada saudara-saudaranya yang semula sehat wal afiat. Orang yang takut kepada Allah itu tidak egois, ia pasti amat penyayang kepada saudara-saudaranya, sebagaimana ia sayang kepada dirinya sendiri. Bertawakkal (berpasrah diri secara total) kepada Allah itu setelah upaya-upaya yang maksimal. Upaya menjaga kesehatan diri sendiri dan saudara-saudara kita adalah bagian amat penting dari sebuah klaim ketakwaan kepada Allah.