Tafsir Surat Yusuf Ayat 7-9: Ketika Nabi Yusuf Hendak Dibunuh Saudara Kandungnya

Tafsir Surat Yusuf Ayat 7-9: Ketika Nabi Yusuf Hendak Dibunuh Saudara Kandungnya

Tafsir Surat Yusuf Ayat 7-9: Ketika Nabi Yusuf Hendak Dibunuh Saudara Kandungnya
Kitab-kitab yang disusun rapi.

Anda termasuk orang yang dibenci oleh anggota keluarga sendiri? Pernah mengalami dicaci maki, haknya diambil, atau disisihkan oleh saudara kandung? Lalu merasa mengalam ujian hidup paling berat diantara manusia lainnya? Tanyakan pada diri anda, apakah nasip anda lebih buruk dari kisah Nabi Yusuf?

Nabi Yusuf tidaklah sekedar dicaci maki, haknya diambil atau disisihkan diantara keluarga. Namun sampai hendak dibunuh. Penyebabnya sama seperti umumnya  pertikaian antar anggota keluarga; yaitu rasa iri. Kalau sekelas Nabi Yusuf bisa mengalaminya, mengapa manusia yang derajadnya di bawah Nabi Yusuf tidak mungkin mengalaminya? Mengapa kita tak bisa belajar bersabar dari Nabi Yusuf?

Kisah ujian hidup yang dialami Nabi Yusuf ini difirmankan Allah dalam ayat 7-9:

لَقَدْ كَانَ فِي يُوسُفَ وَإِخْوَتِهِ آيَاتٌ لِلسَّائِلِينَ () إِذْ قَالُوا لَيُوسُفُ وَأَخُوهُ أَحَبُّ إِلَى أَبِينَا مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّ أَبَانَا لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ () اقْتُلُوا يُوسُفَ أَوِ اطْرَحُوهُ أَرْضًا يَخْلُ لَكُمْ وَجْهُ أَبِيكُمْ وَتَكُونُوا مِنْ بَعْدِهِ قَوْمًا صَالِحِينَ

Laqad kaana fii yuusufa wa ikhwatihi aayaatul lissaailiin. Idz qaaluu layuusufu wa akhuuhu ahabbu ilaa abiinaa minnaa wa nahnu ‘ushbatun inna abaanaa lafii dhalaalim mubiin. Uqtuluu yuusufa awithrahuuhu ardhay yakhlu lakum wajhu abiikum wa takuunuu mim ba’dihi qaumang shalihiin.

 Artinya:

“Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya. (Yaitu) ketika mereka berkata: “Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita sendiri, Padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata. Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja, dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang-orang yang baik.” (QS: Yusuf ayat 7-9)

Rasa Iri Yang Memuncak

Surat Yusuf ayat 7-9 mengkisahkan rasa iri dan dengki yang memuncak dari para saudara-saudara Nabi Yusuf. Dan rasa iri dan dengki ini dilatar belakangi rasa kasih sayang Nabi Ya’qub kepada Yusuf serta saudara seibunya, melebihi rasa kasih sayang Nabi Ya’qub kepada 10 saudara Yusuf lain yang berbeda ibu.

Padahal ke-10 orang tersebut adalah suatu golongan yang kuat, dalam artian memiliki posisi yang lebih unggul daripada Nabi Yusuf. Keunggulan mereka, berdasar keterangan Imam Ar-Razi, disebabkan mereka: 1) Lebih tua secara usia; 2) Berkesempatan merawat Nabi Ya’qub lebih sering; 3) Yang menjadi tumpuan dalam berbagai hal.

Mereka kemudian memiliki ide untuk melenyapkan Nabi Yusuf dari hadapan ayah mereka. Entah dengan dibunuh atau di buang di daerah tak dikenal. Mereka berharap dengan tindakan mereka itu, cinta ayah mereka akan beralih pada mereka. Setelah itu, mereka tinggal bertaubat kepada Allah dan menjadi manusia yang baik.

Alasan Nabi Ya’qub Lebih Mencintai Nabi Yusuf daripada yang Lainnya

Dari sini mungkin ada bertanya, bukankah tindakan Nabi Ya’qub lebih menyayangi sebagian anaknya daripada yang lain, sampai menimbulkan rasa iri dan dengki, adalah suatu tindakan yang tak seharusnya dilakukan? Imam ar-Razi mencoba menjawab pertanyaan ini. Bahwa yang dimaksud menyayangi lebih daripada yang lain, bukan dalam artian mengistimewakan satu anak dan mengabaikan yang lain. Namun, lebih kepada kecondongan hati yang berada di luar kemampuan manusia.

Apabila kita memiliki 10 anak dan yang paling kecil lahir dengan kelainan fisik, lalu kita berulang-ulang menunjukkan kasih sayang agak lebih pada si kecil disebabkan kelainannya itu, apakah hal itu suatu kesalahan? Mengingat ke-9 saudara yang lain, tidak memerlukan perhatian lebih dari sang ayah sebagaimana kepada anak yang paling kecil? Begitulah tindakan Nabi Ya’qub.

Imam ar-Razi mengungkapkan, ada beberapa kemungkinan kenapa Nabi Ya’qub lebih mencintai Nabi Yusuf daripada yang lainnya. Diantaranya, karena ibu Nabi Yusuf meninggal saat Nabi Yusuf masih kecil. Kemungkinan yang lain, karena Nabi Ya’qub mengetahui ada bakat tersendiri dalam Nabi Yusuf, yang tidak dimiliki saudaranya yang lain.