Setelah pada ayat-ayat sebelumnya disebutkan pembangkangan, ancaman neraka, dan keras hati orang-orang musyrik kepada Nabi Muhammad SAW, ayat berikut ini, surat Yasin ayat 76, merupakan pelipur lara agar Nabi SAW tidak bersedih hati menghadapi kaumnya yang terus menerus menolak ajarannya. Allah SWT berfirman:
فَلَا يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْ إِنَّا نَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ
falaa yahzunka qawluhum inaa na’lamu maa yusirruuna wa maa yu’linuun.
Artinya:
“Janganlah ucapan mereka menjadikan engkau (wahai Nabi Muhammad SAW) bersedih hati. Sesungguhnya Kami Maha Mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan.” (QS: Yasin ayat 76)
Imam al-Thabari dalam tafsirnya mengungkapkan bahwa ayat ini adalah ayat pengingat bagi Nabi Muhammad SAW. Seolah-olah Allah SWT berfirman, “Janganlah engkau sedih wahai Muhammad atas apa yang diucapkan orang-orang Musyrik kepadamu. Mereka menuduhmu sebagai penyair, al-Qur’an hanyalah syair, dan pendustaan mereka terhadap ayat-ayat Allah SWT dan penolakan mereka atas kenabianmu.”
Al-Thabari melanjutkan, “Allah SWT menenangkan Nabi SAW dengan mengingatkan bahwa apa yang orang-orang musyrik katakan adalah tidak benar. Allah SWT Maha Mengetahui segala perkataan mereka, pembangkangan mereka, baik yang diucapkan oleh lisan maupun yang tidak diucapkan.”
Dalam Tafsir al-Wajiz karya al-Wahidi diterangkan bahwa Allah SWT mengingatkan Nabi Muhammad SAW agar tidak sedih atas perkataan orang-orang musyrik. Perkataan-perkataan kepada Nabi Muhammad yang sifatnya buruk dan menyakitkan. Karena sesungguhnya Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang mereka perbuat, maka Allah SWT lah yang akan membalasnya.
Bagi al-Zamakhsyari dalam al-Kasysyaf ayat di atas hendak menegaskan pembelaan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Seolah-olah Allah SWT berfirman, “Engkau tidak perlu risau dengan kepongahan orang-orang musyrik, ancaman mereka dan segala hal yang mereka perbuat untuk mencelakakanmu. Karena Allah SWT mengetahui segala yang mereka sembunyikan darimu dan apa yang mereka perlihatkan. Maka tugasmu adalah berpegang teguh kepada janji Allah SWT.”
Menurut Fakhruddin al-Razi, kalimat maa yusirruuna wa maa yu’linuun bisa dimaknai dengan tiga makna. Pertama, dapat dipahami bahwa kalimat tersebut merupakan ancaman bagi orang-orang munafik dan orang-orang musyrik. Allah SWT mengetahui apa yang disembunyikan oleh orang-orang munafik, mereka mengaku beriman di depan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya padahal sebenarnya mereka berpihak pada orang-orang kafir. Kedua, dapat dipahami bahwa Allah SWT mengetahui apa yang orang-orang kafir itu sembunyikan dari Nabi Muhammad SAW dan apa yang ditampakkan. Ketiga, Allah SWT mengetahui yang disembunyikan berupa keyakinan mereka dan yang tampak berupa perbuatan-perbuatan mereka yang tercela.
Berbeda dengan mufassir-mufassir di atas, al-Biqa’i menggarisbawahi bahwa makna kata yahzunka dibandingkan kata-kata lain. Menurutnya kata tersebut berarti ‘jangan menjadi sedih’ atau jangan larut dalam kesedihan. Atas penafsirannya ini, al-Biqa’i ingin menyampaikan bahwa Allah SWT tidak melarang Nabi Muhammad SAW untuk bersedih, Allah SWT tidak melarang timbulnya kesedihan dalam hati manusia karena kekecewaan terhadap sesuatu. Sedih semacam ini merupakan bagian dari sifat manusia. Yang dilarang Allah SWT adalah berlarut-larut dalam kesedihan karena akan berdampak pada jalan dakwah Nabi Muhammad SAW dan juga tidak baik bagi manusia secara umum.
Menurut M. Quraish Shihab, Allah SWT mendahulukan kata rahasia (maa yusirruuna) dibandingkan kata yang tampak (maa yu’linuun) adalah untuk menekankan bahwa betapa pengetahuan Allah SWT mencakup segala sesuatu. Wallahu A’lam.