Setelah pada ayat-ayat sebelumnya Allah SWT menyebutkan siksaan yang akan menimpa para pembangkang, pada ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa calon para penghuni neraka tidak sekali-kali disiksa secara sewenang-wenang. Di Hari Kiamat masing-masing orang akan diadili, akan dihadirkan saksi-saksi yang menjadi bukti bahwa mereka layak untuk disiksa maupun diberi ganjaran surga. Allah SWT berfirman:
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
al-yawma nakhtimu ‘alaa afwaahihim wa tukallimunaa aydiyyhim wa tasyhadu arjuluhum bimaa kaanuu yaksibuun.
Artinya:
“Pada hari itu Kami menutup mulut-mulut mereka, dan memberi kesaksian kaki-kaki mereka tentang apa yang telah mereka usahakan.” (QS: Yasin Ayat 65)
Imam Ibnu Jarir al-Thabari meriwayatkan dari Ya’qub bin Ibrahim dari Ibnu ‘Ulayah dari Yunus bin ‘Ubaid dari Humaid bin Hilal dari Abu Burdah dari Abu Musa, katanya: “Seorang mukmin dipanggil untuk dihisab pada Hari Kiamat, kemudian Tuhannya menampakkan amal perbuatannya dan mukmin tersebut mengingatnya dan berkata, “ya saya memelakukan ini, ini , ini.” Kemudian Allah SWT mengampuni dosa-dosanya sehingga umat manusia tidak melihat dosa-dosa itu dan menampakkan kebaikan-kebaikan yang telah diperbuatnya.”
“Orang kafir dan munafik pun dipanggil untuk dihisab, Tuhannya kemudian menampakkan segala perbuatannya, tetapi mereka mengingkarinya. Orang kafir itu pun berkata, “Tuhanku demi kemuliaan-Mu, malaikat ini telah mencatat apa yang tidak aku perbuat.”
Malaikat pencatat itu pun menimpali, “Bukankah kamu melakukan ini di hari ini di tempat ini?”
Orang itu pun berkata lagi, “Tidak. Aku tidak melakukan itu.” Maka ketika itu pun mulutnya tertutup rapat.
Dalam riwayat dari Abu Kuraib dari Yahya dari Abu Bakar bin ‘Iyasy dari al-A’masy dari al-Syu’bi, al-Thabari menjelaskn bahwa di Hari Kiamat dikatakan kepada seseorang yang tengah dihisab, “Kamu telah melakukan ini dan ini.”
Ia kemudian menyanggahnya, “Tidak, aku tidak melakukan itu.” Lalu tertutuplah mulutnya dan berbicara seluruh anggota badannya.
Menurut Imam al-Qusyairi dalam kitabnya Lathaif al-Isyarat pada Hari Kiamat Allah SWT membiarkan seluruh anggota tubuh untuk bersaksi satu sama lain, kecuali mulut yang tertutup rapat. Bagi orang kafir anggota tubuhnya bersaksi dengan penuh kesedihan dan penyesalan. Kemudian bagi orang mukmin yang bermaksiat, sebagian anggota tubuhnya bersaksi tentang kemaksiatan yang diperbuat, sebagian yang lain bersaksi mengenai kebaikan-kebaikannya.
Al-Zamakhsyari menerangkan bahwa ayat ini masih berkaitan dengan ayat sebelumnya yakni mengenai orang-orang kafir dan para penghuni neraka. Ketika Hari Kiamat, mereka menyanggah dan tidak mengakui segala perbuatan mereka. Kemudian bersaksilah orang-orang terdekatnya termasuk tetangga dan keluarga-keluarganya. Orang-orang yang bersaksi tersebut bersumpah bahwa orang kafir ini tidak sekali-kali menjadi musyrik. Lalu tertutuplah mulut-mulut mereka semua karena kebohongannya. Kemudian yang berbicara adalah tangan dan kaki mereka.
Fakhruddin al-Razi dalam Mafatih al-Ghayb menjelaskan bahwa tatkala dikatakan kepada orang-orang kafir sebagaimana tertera dalam ayat 64 sebelumnya, “disebabkan kekafiran kalian (bimaa kuntum takfuruun),” mereka berdusta dengan menolak untuk mengakui kekafiran mereka selama di dunia. Kemudian Allah SWT pun menutup mulut-mulut mereka sehingga mereka tidak bisa lagi mengingkari segala perbuatan yang telah dilakukan, dan membiarkan anggota badan lain selain lisan untuk bersaksi atas apa yang telah diperbuat selama di dunia.
Sama seperti penjelasan-penjelasan di atas, M. Quraish Shihab dengan mengutip pendapat al-Biqa’i, al-Thabathaba’i, dan Thahir Ibnu ‘Asyur menafsirkan bahwa ditutupnya mulut umat manusia lebih disebabkan karena di akhirat nanti masih ada yang terbawa kebiasaan berbohong, berbeda dengan anggota badan lainnya.
Quraish Shihab menambahkan bahwa ayat 65 ini hanya menyebutkan tangan dan kaki manusia saja yang menyampaikan pengakuan dan kesaksian. Pada ayat-ayat lain seperti Q.S Fushshilat [41]: 20 diterangkan bahwa pendengaran, penglihatan, dan kulit pun akan dimintai pertanggung jawabannya. Kemudian dalam QS al-Isra [17]: 36, disebutkan bahwa hati manusia akan dimintai pertanggung jwabannya. Dengan kata lain, menurut Quraish, ayat di atas hanyalah contoh dari tampilnya seluruh bagian dari diri manusia untuk mengakui kesalahan dan dosanya.