Tafsir Surat Maryam Ayat 7-11 : Kuasa Allah Memberikan Keturunan Kepada Orang Mandul

Tafsir Surat Maryam Ayat 7-11 : Kuasa Allah Memberikan Keturunan Kepada Orang Mandul

Nabi Zakaria menanyakan kepada Allah “Ya Tuhanku, bagaimana aku akan mempunyai anak, padahal istriku seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai usia yang sangat tua?”

Tafsir Surat Maryam Ayat 7-11 : Kuasa Allah Memberikan Keturunan Kepada Orang Mandul

     (7)يٰزَكَرِيَّآ اِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلٰمِ ِۨاسْمُهٗ يَحْيٰىۙ لَمْ نَجْعَلْ لَّهٗ مِنْ قَبْلُ سَمِيًّا 

 (8)قَالَ رَبِّ اَنّٰى يَكُوْنُ لِيْ غُلٰمٌ وَّكَانَتِ امْرَاَتِيْ عَاقِرًا وَّقَدْ بَلَغْتُ مِنَ الْكِبَرِ عِتِيًّا

 (9)قَالَ كَذٰلِكَۗ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَّقَدْ خَلَقْتُكَ مِنْ قَبْلُ وَلَمْ تَكُ شَيْـًٔا

  (10)قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِّيْٓ اٰيَةً ۗقَالَ اٰيَتُكَ اَلَّا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلٰثَ لَيَالٍ سَوِيًّا

 (11)فَخَرَجَ عَلٰى قَوْمِهٖ مِنَ الْمِحْرَابِ فَاَوْحٰٓى اِلَيْهِمْ اَنْ سَبِّحُوْا بُكْرَةً وَّعَشِيًّا


“(Allah berfirman), “Wahai Zakaria! Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan seorang anak laki-laki namanya Yahya, yang Kami belum pernah memberikan nama seperti itu sebelumnya.”Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana aku akan mempunyai anak, padahal istriku seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai usia yang sangat tua?”(Allah) berfirman, “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku; sungguh, engkau telah Aku ciptakan sebelum itu, padahal (pada waktu itu) engkau belum berwujud sama sekali.”Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda.” (Allah) berfirman, “Tandamu ialah engkau tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal engkau sehat.”Maka dia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu dia memberi isyarat kepada mereka; bertasbihlah kamu pada waktu pagi dan petang.”

Usai sudah penantian Nabi Zakaria atas terkabulnya doa agar mendapatkan keturunan. Allah memberikan kabar gembira akan lahirnya seorang buah hati bernama Yahya. Kabar gembira ini disampaikan langsung oleh malaikat ketika Nabi Zakaria sedang beribadah di dalam mihrabnya

“Kemudian para malaikat memanggilnya, ketika dia berdiri melaksanakan shalat di mihrab, “Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran) Yahya….” Qs. Ali Imran : 39.

Penantian Nabi Zakaria yang optimis dan teguh dalam berdoa kepada Allah diganjar dengan imbalan yang setimpal. Allah sendirilah memberikan nama “Yahya” atas putra yang akan lahir dan tidak mewakilkan kepada siapapun untuk memberikan nama sang buah hati sebagai sebuah anugerah bagi Nabi Zakaria.

Menurut Dr. Muhammad Sayyid Thantawi, ayat ini adalah penegasan bahwa Allah telah menjamin tidak ada seorang pun yang memiliki nama “Yahya” sebelumnya. Sedangkan menurut Ibnu ‘Asyur dalam kitab tafsir Tahrir wa Tanwir, makna dari penggalan ayat “lam naj’al lahu min qoblu samiyya” adalah Allah memberikan suatu anugerah kepada Yahya, anak Nabi Zakaria dengan anugerah yang belum pernah diberikan kepada nabi dan rasul sebelumnya yaitu derajat hikmah kenabian sejak masa kanak-kanak sebagaimana Al-Qur’an telah menyatakan:

“Wahai Yahya! Ambillah (pelajarilah) Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.” Dan Kami berikan hikmah kepadanya (Yahya) selagi dia masih kanak-kanak” QS. Maryam : 12.

Tak hanya itu, Allah juga telah memberikan jaminan akan derajat agung Yahya di mata kaumnya, terjaganya Yahya dari hawa nafsu, serta pembelaannya terhadap Nabi Isa di waktu yang akan datang sebagaimana dalam ayat yang lain Al-Qur’an menyatakan:

“Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran) Yahya, yang membenarkan sebuah kalimat (firman) dari Allah, panutan, berkemampuan menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi di antara orang-orang shalih.” QS. Ali Imran : 39.

Menurut al-Baidhowi dalam kitab tafsir Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Takwil, nama Yahya sendiri adalah nama non-Arab. Ada juga yang mengatakan nama “Yahya” diambilkan dari bahasa arab yang bermakna “hidup” yang maksudnya adalah seseorang yang membawa berkah hidupnya (subur) rahim sang ibu atau juga seseorang yang membawa berkah hidupnya agama Allah dengan dakwahnya.

Kabar gembira ini membuat bahagia hati Nabi Zakaria. Dr. Muhammad Sayyid Thantawi dalam tafsir al-Wasith menceritakan, akan tetapi Nabi Zakaria memiliki kebimbangan “Akankah bayi yang dijanjikan akan terlahir dari istrinya yang mandul atau ini adalah sebuah isyaroh bahwa ia akan menikah lagi dan akan mendapatkan keturunan dari istri yang baru ?”

Karena itulah, Nabi Zakaria menanyakan kepada Allah “Ya Tuhanku, bagaimana aku akan mempunyai anak, padahal istriku seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai usia yang sangat tua?”

Menurut Dr. Muhammad Sayyid Thantawi, bisa jadi pertanyaan Nabi Zakaria ini adalah sebuah kekaguman dan keheranan atas suatu hal yang di luar adat-istiadat manusia biasa. Karena, umumnya tidak mungkin seorang suami yang lanjut usia dan seorang istri yang mandul dapat memiliki keturunan.

Akan tetapi, pertanyaan Nabi Zakaria ini tidak dapat diartikan sebagai sebuah pengingkaran atas kehendak Allah. Karena, kita tahu seluruh nabi dan rasul memiliki keimanan yang sangat teguh kepada Allah, dzat yang maha kuasa. Tidak mungkin bagi seorang nabi ataupun rasul menyangsikan kekuasaan Allah Swt.

Allah pun memberikan sebuah pemantapan kepada Nabi Zakaria akan agungnya kuasa-Nya. Menurut Dr. Muhammad Sayyid Thantawi maksud penggalan ayat “(Allah) berfirman, “Demikianlah.” adalah memang benar apa yang engkau (Zakaria) adukan atas usiamu yang telah rapuh dan istrimu yang mandul tetapi hal tersebut tidak lah menghalangi kehendak-Ku.

Kemudian, Allah memberikan penegasan akan agungnya kuasa-Nya. Menurut Dr. Muhammad Sayyid Thantawi maksud dari penggalan ayat “Hal itu mudah bagi-Ku; sungguh, engkau telah Aku ciptakan sebelum itu, padahal (pada waktu itu) engkau belum berwujud sama sekali.” adalah “Wahai Zakaria, engkau tak perlu heran dengan kuasa-Ku memberikanmu seorang keturunan di usiamu yang menua dan istrimu yang mandul karena Aku adalah Allah yang telah menciptakanmu dari ketiadaan menjadi ada dan Aku berkuasa untuk memberikanmu seorang keturunan”.

Nabi Zakaria pun meminta pertanda kehamilan istrinya kepada Allah. Menurut Ibnu Asyur dalam kitab tafsir Tahrir wa Tanwir, permintaan Nabi Zakaria ini adalah sebuah isyarat keinginan yang begitu menggebu-gebu agar segera diberikan keturunan. Karena terkadang kabar gembira atas terkabulnya sebuah doa ditangguhkan terwujudnya karena suatu hikmah tertentu.

Allah memberikannya sebuah isyarat pertanda kehamilan sang istri dengan sebuah keajaiban yaitu Nabi Zakaria tak dapat berbicara meskipun sehat secara fisik selama tiga hari tiga malam.

Menurut Ibnu Asyur, diam dan tidak berbicara dengan orang lain adalah sebuah ibadah tersendiri bagi umat-umat sebelum Nabi Muhammad. Hal ini ditunjukkan dengan perintah Allah kepada Maryam agar ia tidak berbicara kepada orang lain selama masa kehamilannya sebagaimana Al-Qur’an menjelaskan

“Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.” QS. Maryam : 26.

Menurut Ibnu Asyur, Nabi Zakaria memberikan isyarat kepada kaumnya agar bertasbih di waktu pagi dan petang sebagai ungkapan rasa syukur atas karunia keturunan yang diberikan kepada Nabi Zakaria yang nantinya akan menjadi pemimpin bagi kaum Nabi Zakaria di waktu yang akan datang.