Tafsir Surat Maryam Ayat 45-48 : Cara Nabi Ibrahim Membujuk Ayahnya Supaya Beriman

Tafsir Surat Maryam Ayat 45-48 : Cara Nabi Ibrahim Membujuk Ayahnya Supaya Beriman

Dakwah tetaplah harus diutarakan dengan sopan dan ramah meskipun orang-orang enggan dan benci dengan dakwah kita. Apalagi, kepada orang tua kita.

Tafsir Surat Maryam Ayat 45-48 : Cara Nabi Ibrahim Membujuk Ayahnya Supaya Beriman

 

يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا (45) قَالَ أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آَلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا (46) قَالَ سَلَامٌ عَلَيْكَ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا (47) وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّي عَسَى أَلَّا أَكُونَ بِدُعَاءِ رَبِّي شَقِيًّا (48)

“Wahai ayahku! Aku sungguh khawatir engkau akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pengasih, sehingga engkau menjadi teman bagi setan.”Dia (ayahnya) berkata, “Bencikah engkau kepada tuhan-tuhanku, wahai Ibrahim? Jika engkau tidak berhenti, pasti engkau akan kurajam, maka tinggalkanlah aku untuk waktu yang lama.”Dia (Ibrahim) berkata, “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.”

Ayat ini mengajarkan kepada kita semua betapa berbaktinya Nabi Ibrahim kepada ayahnya. Nabi Ibrahim dikisahkan dalam surat Maryam ini berkali-kali merayu ayahnya dengan cara yang lembut untuk masuk agama Allah.

Nabi Ibrahim sebagai seorang anak yang begitu mencintai ayahnya, ia pun berkali-kali merayu ayahnya ke jalan yang benar. Tapi apa bisa dikata. Ayah Nabi Ibrahim secara terang-terangan menolak ajakannya.

Ayah Ibrahim bernama Azar. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Al-Qur’an “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya Azar” (al-An’am ayat 74). Menurut al-Baidhowi dalam kitab tafsir Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Takwil, nama Azar sendiri diambilkan dari nama berhala yang ia sembah yang bernama “berhala Azar” kemudian nama berhala tersebut dinisbatkan kepada ayah Nabi Ibrahim.

Dalam akhir rangkaian ajakannya, Nabi Ibrahim mengatakan: “Wahai ayahku! Aku sungguh khawatir engkau akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pengasih, sehingga engkau menjadi teman bagi setan

Kita melihat betapa khawatirnya sang anak bila melihat ayahnya nanti  disiksa oleh Allah serta masuk bersama setan ke neraka.

Menurut Ibnu Asyur dalam kitab tafsir at-Tahrir wa Tanwir, ungkapan kekhawatiran yang dikatakan oleh Nabi Ibrahim adalah bentuk pengharapan agar ayahnya segera bertaubat kepada Allah. Meskipun Nabi Ibrahim tahu Allah lah dzat yang nantinya akan mengadzab sang ayah ketika tak mau beriman. Akan tetapi ia menyebut Allah dengan ungkapan “Tuhan Yang Maha Pengasih” dalam seruannya sebagai sebuah adab etika kepada Allah.

Dalam seluruh rangkaian seruan Nabi Ibrahim kepada ayahnya selalu memakai lafadz “Ya Abati” bukan memakai “Ya Abi”. Meskipun kedua lafadz ini bermakna sama akan tetapi menurut bangsa arab lafadz “Ya Abati” memiliki makna kasih sayang dan pengagungan yang sangat dalam. Sebagaimana kita membedakan panggilan “Wahai Ayah ku” dan “Duhai ayahku tercinta” dalam bahasa Indonesia.

Akan tetapi seperti apapun rayuan halus Nabi Ibrahim, tetap saja ayahnya tak bergeming sedikitpun. Justru ayah Nabi Ibrahim menjawab dengan jawaban sinis: “Bencikah engkau kepada tuhan-tuhanku, wahai Ibrahim?

Menurut Dr. Muhammad Sayyid Thanthawi, makna dari ungkapan Azar, ayah Nabi Ibrahim adalah “Apakah engkau ingin meninggalkan sesembahan kita semua ? Apakah engkau juga membenci masyarakat yang menyembah berhala ? Apakah engkau ingin mereka lari dari menyembah berhala?

Tidak hanya ungkapan yang sinis yang keluar dari mulut Azar. Akan tetapi lebih dari itu, Azar juga mengancam anaknya

Jika engkau tidak berhenti, pasti engkau akan kurajam, maka tinggalkanlah aku untuk waktu yang lama

Menurut Ibnu ‘Asyur dalam kitab tafsir at-Tahrir wa Tanwir, maksud dari ungkapan “engkau akan kurajam” adalah ancaman jangka panjang seandainya Nabi Ibrahim tidak berhenti dengan dakwahnya niscaya Azar akan mengajak kaumnya untuk melemparinya dengan batu sampai mati. Sedangkan ungkapan “tinggalkanlah aku untuk waktu yang lama” adalah ancaman jangka pendek dimana sejak itu Azar mengajak kaumnya agar menjauhi berhubungan dengan Nabi Ibrahim.

Dalam rangkaian ayat ini, kita melihat halusnya seruan Nabi Ibrahim kepada ayah kandungnya pun dibalas oleh ayahnya dengan ungkapan sinis dan ancama pembunuhan. Tetapi, kita akan melihat tanggapan Nabi Ibrahim yang semakin halus bahkan justru Nabi Ibrahim berjanji untuk selalu mendoakan ayahnya. Sebagaimana dalam ungkapan ayat al-Qur’an

Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang engkau sembah selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku.

Menurut Dr. Muhammad Sayyid Thantawi dalam kitab tafsir al-Wasith, maksud dari ucapan Nabi Ibrahim adalah “Wahai ayahku, aku akan selalu mendoakan baik untukmu, aku akan selalu memintakan ampun untukmu kepada Allah, selain itu aku juga akan menjauh darimu dan kaummu serta aku akan mencari tempat dimana aku dapat beribadah kepada Allah semoga Allah mengabulkan doaku untukmu

Sedangkan menurut al-Baidhawi dalam kitab Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Takwil, maksud dari Nabi Ibrahim memintakan ampun kepada Allah atas ayahnya adalah doa Nabi Ibrahim agar ayahnya beriman kepada Allah sehingga berkat iman tersebut seluruh dosa ayahnya diampuni oleh Allah.

Harapan dan doa Nabi Ibrahim agar ayahnya beriman pun pupus pada akhirnya. Sebagaimana Al-Quran telah menjelaskan

Adapun permohonan ampunan Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya. Maka ketika jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sungguh, Ibrahim itu seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun” Qs. At-Taubah : 114

Dalam ayat ini, menurut al-Baidhawi Al-Quran telah melarang Nabi Ibrahim untuk memintakan ampunan atas ayahnya kepada Allah ketika telah diwahyukan kepada Nabi Ibrahim bahwa ayahnya tak akan beriman hingga akhir hayat. Ada juga pendapat yang menyatakan larangan untuk memintakan ampunan atas ayah Nabi Ibrahim ditetapkan ketika Azar telah wafat. Menurut pendapat ini, karena seorang yang telah wafat dalam keadaan kafir tidak dapat lagi dimintakan ampunan dosa kepada Allah.

Tanggapan yang sangat halus dari Nabi Ibrahim inilah ajaran dakwah yang harus kita contoh. Dimana dakwah tetaplah harus diutarakan dengan sopan dan ramah meskipun orang-orang enggan dan benci dengan dakwah kita. Apalagi, kepada orang tua kita. Nabi Ibrahim telah mengajarkan kita bagaimana sikap lembut kepada mereka meskipun mereka sangat membenci kita. Wallahhua’lam.