Penghargaan Islam terhadap seorang ibu sangatlah besar, karena merekalah yang melahirkan anak dengan susah payah, mulai dari mengandung sampai membesarkannya. Karena itu, berbakti pada kedua orang tua, khususnya ibu sangatlah dianjurkan. Hal ini tentu bukan berati berbakti kepada bapak tidaklah penting. Kedua-duanya harus dihormati dan seorang anak diwajibkan untuk berbakti kepada keduanya. Allah SWT berfirman:
Allah SWT berfirman :
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ
Artinya :
“Dan Kami wasiatkan manusia tentang kedua orang tuanya (ibu bapaknya); Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku lah kamu kembali. (QS: Luqman ayat 14)
Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban bagi setiap manusia. Bahkan, saking pentingnya berbakti kepada orang tua, al-Qur’an beberapa kali mengiringkan perintah untuk menyembah kepada Allah SWT dengan perintah berbakti kepada orang tua, seperti QS. al-An’am ayat 151 dan al-Isra ayat 23. Hal itu menunjukkan betapa agung dan mulianya sosok orang tua sehingga wajib untuk dipatuhi dan ditaati.
Imam Al Mahalli (w. 864 H) dalam Tafsir Jalalayn menafsirkan wawashshaynaal insaana biwalidaihi dengan “Kami perintahkan kepada manusia agar mereka berbuat baik kepada kedua orang tuanya”. Allah SWT menggunakan kalimat wawashshaynaa, karena memang perkara yang diwasiatkan ini adalah sesuatu yang berharga nan penting, dan supaya hal itu terus-menerus diwasiatkan generasi ke generasi.
Setidaknya ada dua ayat lainnya dalam al-Qur’an yang memiliki pesan serupa dengan ayat ini, yakni al-Ankabut ayat 8 dan al-Ahqaaf ayat 15.
Surat al-Ankabut ayat 8 menjelaskan tentang perintah untuk berbakti kepada orang tua dan batasan dalam melaksanakan atau menaati perintah kedua orang tua, sedangkan QS: al-Ahqaaf ayat 15 menjelaskan tentang perintah berbuat baik kepada kedua orang tua dan doa agar diberikan petunjuk oleh Allah SWT agar dapat menyukuri segala nikmat-Nya.
Quraish Shihab dalam Tafsir Al Mishbah mengutip pendapatnya Ibnu Ashyur bahwa ayat ini merupakan sisipan yang sengaja Allah SWT. letakkan sesudah wasiat Luqman di ayat sebelumnya tentang kewajiban mengesakan Allah SWT dan menyukuri segala nikmat-Nya. Dengan ayat ini, Allah SWT menjelaskan kepada kita bahwa betapa Allah SWT teramat berbelas kasih kepada hamba-hamba-Nya dengan melimpahkan anugerah kepada mereka untuk mewasiatkan anaknya supaya berbakti kepada orang tuanya.
Ayat ini lebih menekankan peranan jasa seorang Ibu dalam proses lahirnya seorang manusia. Sebab, Ibu berpotensi dipandang pribadi yang lemah ketimbang seorang Ayah dan tidak dihiraukan sebab kelemahannya. Padahal, seorang Ibu adalah pribadi yang tangguh dan kuat. Misalnya saja dalam proses hami sampai kelahiran anaknya, seorang Ibu butuh pengorbanan dan perjuangan yang besar, demi melahirkan anaknya, bahkan hingga mengorbankan jiwa raganya.
Walaupun secara nasab, seorang anak manusia kembali kepada Ayahnya, namun dalam proses lahir atau hadirnya ia ke muka bumi ini, ada perjuangan dan pengorbanan seorang Ibu yang rela mengorbankan jiwa raganya demi kelahirannya. Dan hal itu wajib diketahui agar seorang anak tidak mengabaikan ibunya dan juga mematuhi atau menaatinya.
Ayat itu juga menggambarkan bahwa kesulitan dan penderitaan seorang Ibu dalam mengandung, memelihara, dan mendidik anaknya jauh lebih berat ketimbang penderitaan seorang ayah dalam menafkahi dan mengasuh anaknya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah (w. 58 H), Dia menceritakan bahwa ada seseorang yang datang menemui Rasulullah Muhammad SAW dan seseorang itu bertanya, “Wahai Rasulullah SAW kepada siapakah aku harus berbakti terlebih dahulu ?” Rasulullah SAW bersabda, “Ibumu”, Orang itu pun bertanya kembali, “Lalu kepada siapa lagi, Ya Rasulullah ?”, Rasulullah SAW bersabda, “Ibumu”, Orang itu bertanya lagi, “Lalu kepada siapa lagi ?”, Rasulullah SAW bersabda, “Ibumu”, Orang itu pun bertanya lagi, “Lalu kepada siapa lagi ?”, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Lantas kepada Ayahmu !” (HR:Bukhari)
Dalam ayat ini Allah SWT juga memerintahkan kepada manusia agar bersyukur kepada-Nya dengan cara memanfaatkan segala sesuatu yang Allah karuniakan kepada manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan bersyukur pula kepada kedua orangtuanya dengan cara selalu menggembirakan atau menyenangkan kedua orang tuanya dengan berbagai hal-hal yang baik.
Akhir ayat Allah SWT menjelaskan bahwasanya hanya kepada-Nya manusia akan kembali. Hal itu menunjukkan bahwa dalam berbakti atau berbuat baik dan menaati atau mengikuti perintah kedua orang tua harus sesuai dengan ajaran dan ketentuan dari Allah SWT, karena hanya kepada-Nya manusia itu akan kembali dan dimintai pertanggungjawaban atas segala hal yang ia kerjakan di dunia ini.