Dalam al-Qur’an surat An-Nahl ayat 97, Allah SWT berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُو
“Barangsiapa mengerjakan kebaikan, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan iman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”
Jika Allah Swt di ayat sebelumnya telah menjelaskan tentang perintahNya kepada orang yang beriman untuk bersabar dalam menjalankan ibadah, baik yang bersifat wajib, sunnah, atau mubah, maka pada ayat ini Allah Swt menegaskan kepada orang mukmin untuk menjalankan setiap ajaran Islam. Begitu kurang leblih keterangan Wahbah al-Zuhaili dalam tafsirnya, Al-Munir.
Dari redaksi surat an-Nahl Ayat 97 ini, sebagaimana terbaca dalam terjemah di atas, berbuat baik adalah kewajiban setiap manusia, apapun jenis kelaminnya. Jika amal baik yang mereka kerjakan itu juga disertai keimanan, maka mereka layak mendapat “hayatan thayiibah”. Apa itu hayatan thayibah?
Secara bahasa, hayatan thayyibah dapat diartikan “kehidupan yang baik”. Lantas, bisa jadi akan ada yang bertanya, bentuk dari kehidupan yang baik itu apa? Para ulama telah menguraikannya dengan panjang lebar.
Namun, dalam hal ini, ada baiknya jika kita melirik penafsiran al-Mawardi. Ia menyebutkan dalam tafsirnya, al-Nukat wa al-‘Uyun, bahwa kehidupan yang baik memiliki sejumlah penafsiran, yaitu:
#1 Rizki yang Halal
Mencari rizki yang halal adalah kewajiban setiap orang yang beriman. Rizki yang halal sangat menentukan kualitas ibadah seseorang. Tidak mungkin rajin dalam beribadah kepada Allah Swt, seorang yang memakan makanan yang haram. Tak mungkin dekat dengan Allah Swt orang yang di dalam tubuhnya tersimpan suatu yang haram. Dengan beriman dan beramal saleh, seseorang akan diarahkan untuk mendapatkan rizki yang halal. Atau bisa jadi, orang yang beriman dan beramal baik tak akan mungkin mau mencari rizki yang tidak halal.
#2 Qana’ah
Qana’ah, secara bahasa, berarti ridla dengan setiap pemberian. Namun secara istilah adalah tetap tenang di saat tidak adanya hal yang biasanya ada. Demikian penjelasan dalam Mu’jam al-Jurjani. Orang yang qana’ah tidak akan berkecil hati manakala kebutuhannya tidak atau belum tercukupi. Ia sadar betul bahwa ketiadaan sesuatu itu juga merupakan pemberian dari Allah Swt yang harus disyukuri.
#3 Beriman dan Taat
Orang yang diberi kehidupan yang baik berarti orang itu selalu beriman dan melakukan perintah Allah Swt. Bagi setiap muslim, tak ada perbuatan yang paling baik dan layak dilakukan selain mengerjakan segala hal yang Allah Swt. perintahkan dan ridlai. Bisa jadi, orang beriman dan berbuat baik, tidak banyak memiliki harta (miskin). Namun bagi mereka, bisa beriman dan taat ibadah itu adalah segalanya dan luar biasa.
#4 Keberuntungan
Adalah harapan setiap orang menjadi orang yang beruntung. Tidak hanya urusan dunia, namun juga ukhrawi. Keberuntungan adalah satu keadaan yang tidak semua orang memilikinya. Sungguh, mereka yang mendapat keberuntungan adalah yang paling bahagia.
#5 Surga
Siapa yang tak ingin masuk surga? Surga menjadi tempat dambaan setiap manusia. Dengan segala kelengkapan fasilitasnya, manusia akan bisa hidup dengan tenang di sana. Dan ini akan diberikan kepada mereka yang beriman dan berbuat baik.
#6 Kesehatan dan Kecukupan
Hanya orang sakit yang mengerti arti sebuah kesehatan. Hanya orang yang serba kekurangan yang akan selalu rindu dengan kecukupan. Kesehatan dan kecukupan adaah dua hal yang diinginkan setiap manusia. Ketika keduanya dimiliki, maka seseorang akan hidup bagai raja.
#7 Ridla terhadap Qadla
Al-Jurjani menjelaskan, qadla adalah suatu ungkapan bagi hukum yang menyeluruh (al-kulli) dan tentang ketuhanan (al-ilahi) bagi setiap hal yang wujud terhadap keadaan yang terjadi dari zaman azali sampai selamanya. Dari definisi itu, dapat diartikan bahwa qadla adalah segala ketetapan yang telah diatur Allah bagi setiap makhluk. Meridlai qadla adalah salah satu inti dari kehidupan. Jika seseorang ridla dengan qadla, akan Allah juga akan ridla terhadapnya.
Walhasill, dapat disimpulkan, ada dua macam balasan yang akan diberikan Allah kepada manusia yang beriman dan berbuat baik, yakni balasan yang bersifat duniawi dan balasan yang bersifat ukhrawi (surga). Namun yang perlu digarisbahawi adalah balasan duniawi tidak selalu berkaitann dengan materi. Ia juga soal immateri. Semoga kita selalu diberikan keimanan dan kemampuan untuk terus berbuat baik. Amin.