Tafsir Surat Al-Waqi’ah Ayat 46: Dosa

Tafsir Surat Al-Waqi’ah Ayat 46: Dosa

Tafsir Surat Al-Waqiah Ayat 46

Tafsir Surat Al-Waqi’ah Ayat 46: Dosa

Tafsir Surat Al-Waqi’ah Ayat 46: Dosa Terbesar

 

Di dalam ayat 41 Allah menerangkan bahwa golongan kiri adalah orang yang gemar berfoya-foya serta lalai dengan kehidupan akhirat. Inilah yang kelak memperoleh siksa pedih berupa asap api neraka, air mendidih dan angin panas. Ayat selanjutnya menerangkan lebih lanjut tentang dosa besar yang dilakukan oleh golongan kiri.

Allah berfirman di ayat 45-46:

وَكَانُوا يُصِرُّونَ عَلَى الْحِنْثِ الْعَظِيمِ

Wa kaanuu yushirruuna ‘alal khintsil ‘adziim.

 

Dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa besar. (QS: Al-Waqi’ah ayat 46)

 

Di artikel yang lalu telah diterangkan bagaimana ahli tafsir berbeda pendapat bagaimana memahami makna lafaz mutrafiin di ayat 45. Sebagian menyatakan, mutrafiin adalah prilaku menikmati nikmat Allah disertai terus-menerus menyekutukan-Nya, yang dijelaskan oleh Allah di ayat 46. Ayat 45 bisa dikatakan menjelaskan keadaan orang-orang yang berprilaku senantiasa menyekutukan Allah dan enggan menutup telinga dari ajakan tauhid. Bahwa mereka tidak sekedar hidup dalam kemusyrikan, tapi juga tidak mensyukuri nikmat yang diberikan kepada mereka.

Imam Ibn Katsir dalam tafsirnya menerangkan, bahwa lafaz yushirruuna maknanya adalah mereka tuli dan tidak memiliki niatan untuk bertaubat. Ibn ‘Asyur menerangkan lebih detail lagi, bahwa yushirruuna maknanya adalah senantiasa memegang aqidah syirik dan enggan dijauhkan darinya. Lebih jelasnya, ia tidak membuka diri dari kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan dalam aqidah syirik. Ibn ‘Asyur juga menjelaskan, keberadaan lafaz kaanuu, dan yushirruna yang menggunakan bentuk fi’il mudhari’, menunjukkan bahwa aqidah syirik adalah sesuatu yang terus menerus mereka yakini dan menjadi kebiasaan mereka.

Penjelasan-penjelasan ini menunjukkan, orang-orang non muslim yang membuka diri pada perdebatan-perdebatan mengenai mana aqidah yang benar, tak cocok untuk dimasukkan pada golongan kiri terlebih dalam kategori ayat 46. Sebab, kemauan mereka untuk bertukar pikiran serta mendalami bagaimana sebenarnya aqidah yang benar itu, menunjukkan mereka tidak sedang terus-menerus atau menutup telinga akan adanya kebenaran selain dari apa yang mereka yakini saat itu.

Terlebih orang yang sedang tahap mencari kebenaran. Atau, dalam kartu identitasnya ia beragama selain Islam tapi memiliki kecondongan akan aqidah tauhid. Maka selayaknya mereka didakwahi dengan halus serta diajak bertukar pikiran. Tidak serta merta dicap sebagai orang yang tidak ada kemungkinan muncul hidayah pada dirinya, serta kelak sudah pasti masuk golongan kiri dan memperoleh siksa di neraka.

 

Selanjutnya, Imam Jalaluddin Al-Mahalli dalam Tafsir Jalalain menyatakan bahwa khintsi maknanya adalah dosa. Sehingga al-khintsil ‘adziim artinya adalah dosa besar. Dan ini, menurut Al-Mahalli dan Ibn Katsir menyinggung perihal prilaku menyekutukan Allah atau diistilahkan dengan syirik atau musyrik. Diantaranya adalah menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan selain Allah, atau menyembah tuhan selain-Nya.

Kesimpulan yang dimaksud dosa besar dalam ayat 46 adalah syirik dapat dicari pembenarannya di antaranya pada hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dan berbunyi:

قلت : يا رسول الله أي الذنب أعظم؟ قال : أن تدعو لله نداً وهو خلقك

Aku (ibn mas’ud) bertanya, “Wahai Rasulullah, dosa apa yang paling besar?” Rasulullah menjawab: “Engkau menuduh Allah memiliki sekutu padahal Ia yang menciptakanmu”.

Di dalam al-Qur’an allah juga berfirman:

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS: luqman ayat 13)

 

Ayat 46 mengajak kita untuk tidak menyekutukan Allah. Lebih-lebih dengan keras kepala serta menutup telinga meyakini bahwa itu adalah aqidah yang benar. Menyekutukan Allah dan menutup diri dari ajakan aqidah tauhid dapat menjadikan diri termasuk golongan kiri sebagaimana disebutkan di ayat sebelumnya.

Wallahu a’lam bishshowab.