Tafsir Surat Al-Waqi’ah Ayat 31-33: Nikmatnya Buah-Buahan di Surga

Tafsir Surat Al-Waqi’ah Ayat 31-33: Nikmatnya Buah-Buahan di Surga

Tafsir Surat Al-Waqi’ah Ayat 31-33: Nikmatnya Buah-Buahan di Surga
Kitab-kitab yang disusun rapi.

Dalam surat al-Waqi’ah ayat 27, Allah menerangkan nikmat yang diterima golongan kanan. Di ayat selanjutnya, Allah menerangkan bagaimana mereka hidup diantara pepohonan yang berbuah, serta naungan yang tak akan sirna. Di ayat 31-33, Allah menerangkan sifat buah-buahan tersebut.

Allah berfirman:

وَمَاءٍ مَسْكُوبٍ () وَفَاكِهَةٍ كَثِيرَةٍ () لَا مَقْطُوعَةٍ وَلَا مَمْنُوعَةٍ

Wamaaim maskuub. Wafaakihatin katsiirah. La maqthu’atim wala mamnuu’ah.

Artinya: 

“Dan air yang tercurah. Dan buah-buahan yang banyak. Yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya.” (QS: Al-Waqi’ah ayat 31-33)

Imam Jalaluddin Al-Mahalli dalam Tafsir Jalalain menyatakan bahwa kata maskuub di ayat 31 maknanya adalah jaarin daaiman (kekal mengalir). Lebih lanjut, Imam As-Shawi dalam Syarah Tafsir Jalalain menerangkan, air tersebut mengalir di atas tanah, tidak pada liang tempat mengalirnya air seperti di dunia. Lalu air apa yang disinggung dalam ayat tersebut? Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengaitkan ayat 31 di atas dengan firman Allah:

“(Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa, yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam Jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya?”. (QS: Muhammad ayat 15).

Ayat 32-33 adalah dua ayat yang berkaitan erat satu satu sama lain. Di ayat tersebut, Allah menerangkan bahwa golongan kanan akan memperoleh buah-buahan yang bermacam-macam. Buah tersebut kemudian disifati dengan tidak mengenal musim, juga tidak perlu membeli dalam mengambilnya. Imam al-Mahalli menafsirkan kata maqthu’ah dengan fi zamanin (dalam satu musim tertentu), dan menafsirkan kata mamnuu’ah dengan kata bi tsamanin (dengan memberi ganti berupa uang). Imam as-Shawi lebih lanjut menjelaskan mengenai makna “tidak terlarang mengambilnya”, tidak ada satu hal pun yang dapat mencegah mereka untuk memperolehnya. Bahkan saat mereka menginginkan buah-buahan tersebut, buah-buahan itu akan mendekat dengan sendirinya sehingga dapat diraih tanpa kesulitan.

Sedang Imam Ibnu Katsir mengaitkan ayat 32 dengan firman Allah: “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : “Inilah yang pernah diberikan kepada Kami dahulu.” mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (QS: al-baqarah ayat 25).

Selain itu, Imam Ibnu Katsir juga menafsirkan ayat 33 dengan ungkapan: “tidak berhenti baik di musim penghujan maupun kemarau. Bahkan dapat diperoleh terus menerus selamanya. Saat mereka menginginkannya, mereka akan memperolehnya. Tidak ada suatupun yang menghalangi mereka dangan seidzin allah”.

Sebagai penutup, Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadis yang menceritakan tentang bagaimana Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat. Selesai shalat, para sahabat bertanya pada Nabi tentang suatu hal yang dilakukan Nabi saat shalat:

قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ ، رَأَيْنَاكَ تَنَاوَلْتَ شَيْئًا فِى مَقَامِكَ ، ثُمَّ رَأَيْنَاكَ كَعْكَعْتَ . قَالَ – صلى الله عليه وسلم – « إِنِّى رَأَيْتُ الْجَنَّةَ ، فَتَنَاوَلْتُ عُنْقُودًا ، وَلَوْ أَصَبْتُهُ لأَكَلْتُمْ مِنْهُ مَا بَقِيَتِ الدُّنْيَا

Artinya:

“Para sahabat berkata, wahai Rasulullah, kami melihat-Mu seakan berusaha meraih sesuatu di tempat-Mu. Lalu kami melihat-Mu mundur. Nabi Muhammad salallahualaihi wasallam bersabda: “Aku melihat surga. Lalu Aku berusaha meraih setandan buah-buahan. Andai aku berhasil meraihnya, kalian dapat memakannya selama sisa umur dunia.” (HR: Bukhari)