Tafsir Surat Al-Rahman Ayat 17-18: Musim Panas dan Musim Dingin

Tafsir Surat Al-Rahman Ayat 17-18: Musim Panas dan Musim Dingin

“Tuhan (yang memelihara) dua timur dan Tuhan (yang memelihara) dua barat. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S Al-Rahman ayat 17–18).

Tafsir Surat Al-Rahman Ayat 17-18: Musim Panas dan Musim Dingin
Kitab-kitab yang disusun rapi.

Beberapa ayat dalam surat al-Rahman yang dibahas sebelumnya sudah dijelaskan tentang nikmat penciptaan matahari dan pengaturan atasnya, ayat berikut ini juga masih berkaitan dengan nikmat penciptaan matahari yaitu dengan adanya pergantian musim dan tempat bagi terbit dan terbenamnya matahari. Allah SWT berfirman:

رَبُّ الْمَشْرِقَيْنِ وَرَبُّ الْمَغْرِبَيْنِ (17) فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

Rabbu al-masyriqayni wa Rabbu al-maghribayn. fabiayyi aalaa’i Rabbikumaa tukadzdzibaan.

Artinya:

“Tuhan (yang memelihara) dua timur dan Tuhan (yang memelihara) dua barat. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S Al-Rahman ayat 17–18).

Menurut al-Thabari dengan mengutip beberapa riwayat seperti dari Mujahid dan Qatadah, yang dimaksud dengan dua timur adalah tempat terbitnya matahari yang tampak secara kasat mata manusia dalam dua musim yang berbeda yaitu musim panas dan musim dingin. Begitu pun halnya yang dimaksud dua barat juga merupakan tempat terbenamnya matahari dalam dua musim: musim panas dan musim dingin.

Dalam istilah al-Thabari adalah al-syataa’ (musim panas) dan al-shayf (musim dingin). Penentuan kedua muslim ini menurut penulis berkaitan erat dengan kondisi dan situasi masyarakat Arab dalam wilayah tropis yang hanya memiliki dua musim. Penafsiran ini juga dapat kita lihat di dalam Q.S al-Quraisy ayat 2 yang menerangkan kebiasaan orang-orang Quraish dalam berdagang, mereka melakukan perjalanan di musim panas dan muslim dingin.

Al-Qusyairi menyampaikan dua pemaknaan terhadap ayat di atas. Makna pertama sesuai dengan apa yang diterangkan al-Thabari yaitu barat dan timur dalam kondisi dua musim. Yang berarti dijalankannya matahari dengan keteraturan yang presisi menjadi kenikmatan tak terhingga bagi seluruh makhluk yang ada di muka bumi. Kedua, kata al-Qusyairi, dapat dimaknai dengan cahaya dan kegelapan hati, tempat terbit dan terbenamnya hati. Keduanya terus berjalan dalam hati setiap manusia.

Menurut Fakhruddin al-Razi ayat di atas adalah kelanjutan dari penjelasan ayat ke-5 yang berbicara tentang matahari. Ayat ini dimaksudkan bahwa akibat dari perjalanan matahari adalah adanya pergantian muslim. Selain itu, al-Razi menambahkan, ayat ini juga dapat dipahami dalam makna bahwa segala sesuatu memiliki dua sisi yang berbeda.

Dalam Tafsir Kementerian Agama RI tahun 2010, dijelaskan bahwa pernyataan Dua Timur dan Dua Barat pada ayat di atas, secara tersurat berkaitan dengan bentuk bumi yang bulat. Karena, hanya pada benda berbentuk seperti bola dapat terjadi dua timur dan barat.

Ketika menafsirkan ayat ini, Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar bercerita tentang pengalamannya pernah berada di Eropa di musim dingin dan di musim panas. Hamka bercerita bagaimana ia berpuasa Ramadhan saat muslim dingin di Eropa yang hanya memakan waktu 10 jam saja. Ia pun bercerita tentang lamanya waktu siang di Eropa ketika musim panas, sehingga pukul 10 malam pun masih terlihat matahari. Atas dasar ini, Hamka menerangkan bahwa di musim panas, matahari lebih condong terbit dari utara dan terbenam arah ke selatan. Sedangkan di musim dingin matahari condong terbit dari selatan dan terbenam condong ke arah utara.

Menurut Quraish Shihab, fenomena terbit dan terbenamnya matahari di dua tempat ini disebabkan oleh kecondongan garis edar bumi selama mengelilingi matahari sekitar 523,5 derajat. Karena belahan utara bumi condong ke arah matahari pada musim panas mengakibatkan siang menjadi lebih panjang dibanding malam hari. Begitu pun seterusnya hingga mencapai puncak, yaitu ketika matahari terbit dan terbenam di ujung sebelah utara dari garis bujur timur dan barat. Setelah itu kemudian kembali lagi sedikit demi sedikit hingga mencapai garis lurus pada musim gugur dan begitu seterusnya.