Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 27: Nabi Diminta Tak Usah Takut Berdakwah

Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 27: Nabi Diminta Tak Usah Takut Berdakwah

Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 27: Nabi Diminta Tak Usah Takut Berdakwah
Kitab-kitab yang disusun rapi.

Salah satu karakteristik orang musyrik Mekah itu selalu tidak puas akan jawaban apapun yang disampaikan Nabi. Ketidakpuasaan itu bukan karena mereka kritis ingin mengetahui betul mengenai kebenaran. Akan tetapi mereka seakan-akan menguji Nabi untuk menjebak jawaban Nabi. Nabi Muhammad hanya menyampaikan wahyu dari Allah. Musyrik Mekah percaya ataupun tidak itu bukan urusan Nabi. Saat mereka tidak selamat kelak, tidak ada alasan lagi, dan mereka tidak dapat berlindung pada siapa pun, sekalipun musyrik Mekah yang memiliki klan bangsawan. Allah SWT berfirman:

وَاتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ كِتابِ رَبِّكَ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِماتِهِ وَلَنْ تَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَداً

Watlu ma uhiya ilaika min kitabi robbik. La mubaddila li kalimatihi wa lan tajida min dunihi multahada (27)

Artinya:

“Bacakanlah wahyu yang diturunkan kepadamu, berupa kitab Tuhanmu (Al Quran). Tidak ada (seorang pun) yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain pada-Nya.” (QS: Al-Kahfi Ayat 27) 

Ibnu ‘Asyur menyampaikan dalam kitab tafsirnya al-Tahrir wat Tanwir bahwa salah satu karakter orang musyrik itu hanya menyukai wahyu-wahyu Nabi Muhammad yang memuji-muji kelompok mereka saja. Saat dikritik mengenai kemusyrikan dan kesesatan, musyrik Mekah tidak terima dan menentang. Padahal Nabi Muhammad menyampaikan wahyu apa adanya, tak diubah-ubah sesuai kepentingan Nabi pribadi, termasuk cerita mengenai Ashabul Kahfi dan Zulkarnain dalam surat al-Kahfi ini.

Sementara itu, menurut Syekh Mutawalli al-Sya‘rawi, ayat ini bertujuan untuk menguatkan Nabi dari tipu daya musyrik Mekah. “Kamu itu punya Allah yang selalu menjagamu, tidak akan meninggalkanmu sendirian, dan tak akan membiarkan mereka melakukan tipu daya terhadapmu. Jika mereka mempersulitmu, Allah akan membantu. Akan tetapi, cobaan dan rintangan yang menghalangi dakwahmu itu pasti ada. Jika pertolongan Allah terlambat datang, yakinlah bahwa Allah itu sengaja mempersiapkan bala tentaranya membantumu nanti. Mereka yang beriman hanyalah orang-orang yang kuat dan matang. Cobaan dan rintangan yang dihadapi orang beriman itu sejatinya untuk membersihkan diri mereka agar terus selamat membawa akidah tauhid ini,” jelas Syekh Mutawalli al-Sya‘rawi.

Karena Allah Maha Esa, tak ada yang dapat menadingi-Nya. Oleh karena itu, Allah merdeka dalam menentukan apa yang dikehendaki oleh-Nya. Selain itu, hanya pada-Nya lah, engkau (wahai Muhammad) memohon perlindungan (dari segala macam gangguan dan rintangan dakwah yang dihadapi. Sejalan dengan kedua penafsir di atas, Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim menyampaikan bahwa Nabi diperintah untuk menyampaikan semua wahyu pada umatnya, sekalipun berimplikasi pada hal-hal yang tidak menyenangkan bagi Nabi. Oleh karena itu, Nabi diperintahkan untuk pasrah hanya pada Allah, karena tidak ada tempat berlindung kecuali pada Allah semata.