Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 16: Menyepi Menghindari Kemaksiatan dengan Uzlah

Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 16: Menyepi Menghindari Kemaksiatan dengan Uzlah

Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 16: Menyepi Menghindari Kemaksiatan dengan Uzlah
Kitab-kitab yang disusun rapi.

Ayat-ayat surat al-Kahfi sebelumnya menjelaskan bagaimana para pemuda Nasrani di zaman Nabi Isa ingin beriman pada Allah dengan nyaman dan tenang tanpa adanya intimidasi dari raja Romawi yang zalim. Karena itu, para pemuda tersebut sepakat untuk menghuni gua. Satu sama lain saling menasihati, walaupun hidup di gua, mereka yakin masih tetap bisa hidup. Terkait hal ini, Allah SWT berfirman:

وَإِذِ اعْتَزَلْتُمُوهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ فَأْوُوا إِلَى الْكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيُهَيِّئْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مِرْفَقًا

Wa idzi‘tazaltumuhum wa ma ya‘buduna illallaha fa’wu ilal kahfi yansyur lakum robbukum mir rohmatihi wa yuhayya’ lakum min amrikum mirfaqo (16)

Artinya:

“Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu.” (QS: Al-Kahfi Ayat 16)

Ayat ini kembali mengulang percakapan para anggota Ashabul Kahfi yang satu sama lain saling menganjurkan untuk bersembunyi di gua. Syekh al-Sya‘rawi dalam kitab tafsirnya menjelaskan percakapan mereka demikian:

“Mari kita menyingkir dari ahli kekufuran, dan memilih jalan kita sendiri untuk beriman pada Allah yang sudah banyak memudahkan kita. Mari kita menuju gua untuk berlindung dan menjaga agama kita agar para penyembah berhala itu tidak mengintimidasi keyakinan kita.”

Syekh al-Sya‘rawi mengajak kita berpikir mengapa para pemuda yang beriman kepada Allah itu lebih memilih gua, bukan pindah ke negeri lain yang penuh dengan fasilitas hidup. Mereka malah memilih gua yang sempit di padang pasir yang tak ada kehidupan manusia di situ.

Menurut Syekh al-Sya‘rawi, Allah mengingatkan kepada kita, “Janganlah kalian katakan bahwa gua itu sempit, kemudian bagaimana Ashabul Kahfi hidup. Mereka itu sedang hijrah menuju Allah, tunduk, dan pasrah pada-Nya.” Oleh karena itu, Allah mengatakan yansyur lakum robbukum mir rohmatihi ‘Tuhan kalian akan menyebarkan kasih sayang untuk kalian’. Kasih sayang yang dimaksud dalam kisah Ashabul Kahfi adalah tidur mereka dalam waktu yang cukup lama dan tak ada yang mengganggu mereka.

Sementara itu, menurut Syekh Thahir bin ‘Asyur dalam tafsir al-Tahrir wat Tanwir, percakapan sesama anggota Ashabul Kahfi di atas terjadi saat mereka sudah putus asa mengajak masyarakatnya untuk berhenti menyembah berhala, dan hanya beribadah pada Allah semata. Selain itu, Syekh Thahir bin ‘Asyur menyebutkan bahwa dibentangkannya kasih sayang Allah untuk para pemuda Ashabul Kahfi karena mereka percaya, berharap, dan memohon pada Allah. Karena besarnya kepercayaan mereka pada kelembutan dan kasih sayang Allah, pemuda Ashabul Kahfi ini semangat dari kezaliman Raja Romawi.