Tafsir Surat al-Kahfi Ayat 11-12: Apakah Benar Ashabul Kahfi Tidur Berabad-abad?

Tafsir Surat al-Kahfi Ayat 11-12: Apakah Benar Ashabul Kahfi Tidur Berabad-abad?

Tafsir Surat al-Kahfi Ayat 11-12: Apakah Benar Ashabul Kahfi Tidur Berabad-abad?
Kitab-kitab yang disusun rapi.

Sesampainya di gua, Ashabul Kahfi yang ingin menghindar dari intimidasi raja zalim di masanya langsung berdoa meminta rahmat. Akhirnya rahmat itu diberikan oleh Allah untuk Ashabul Kahfi berupa tidur dalam waktu yang begitu lama. Konon berabad-abad. Allah SWT berfirman:

فَضَرَبْنا عَلَى آذانِهِمْ فِي الْكَهْفِ سِنِينَ عَدَداً () ثُمَّ بَعَثْناهُمْ لِنَعْلَمَ أَيُّ الْحِزْبَيْنِ أَحْصى لِما لَبِثُوا أَمَداً

Fa dhorobna ‘ala adzanihim fil kahfi sinina ‘adada (11) tsumma ba‘atsnahum li na‘lama ayyul hizbaini ahsha lima labitsu amada (12)

 Artinya:

“Kami menidurkan mereka dalam gua selama bertahun-tahun () Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan itu] yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal (dalam gua itu)” (QS: Al-Kahfi Ayat 11-12)

Syekh al-Sya‘rawi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa makna asal dari kata dharaba pada kalimat dharabna ‘ala adzanihim itu ‘sentuhan keras pada telinga-telinga mereka’. Dalam ayat ini, sentuhan keras pada telinga yang dimaksud dalam ayat ini bukanlah suatu azab, namun rahmat yang mana Ashabul Kahfi memintanya pada Allah.

Mengapa telinga yang disentuh? Menurut Syekh al-Sya‘rawi, telinga merupakan salah satu indra manusia yang pertama kali berfungsi. Inilah yang terjadi pada bayi. Indra yang pertama kalinya berfungsi adalah telinga. Penglihatan bayi baru merangsang saat usianya sudah tiga hari atau bahkan sepuluh hari. Hal ini berbeda dengan telinga. Bayi langsung merespon jika kita membunyikan sesuatu di dekat telinganya.

Selain itu, peniduran Ashabul Kahfi yang menghilangkan fungsi telinga ini untuk menenangkan Ashabul Kahfi dalam gua. Jika hanya tidur biasa, tanpa menghilangkan fungsi telinga, mungkin Ashabul Kahfi masih bisa terbangun saat mendengar suara gemuruh, seperti petir, suara angin kencang, atau hewan. Karena itu, tidur Ashabul Kahfir bukanlah tidur biasa sebagaimana manusia pada umumnya.

Setelah Ashabul Kahfi tidur dalam waktu yang cukup lama, Allah mebangkitkan mereka dari tidur. Imam al-Razi dalam Mafatihul Gaib menyampaikan perbedaan pendapat mengenai hizbain ‘dua golongan’ yang berselisih pendapat mengenai berapa lama Ashabul Kahfi tidur.

Pendapat pertama, ‘Dua kelompok’ yang dimaksud adalah orang-orang di antara Ashabul Kahfi sendiri. Sebagian mereka merasa tidur hanya sehari, sebagian lain bilang hanya setengah hari. Padahal mereka tidur dalam waktu berabad-abad. Ini riwayat dari Mujahid. Pendapat ini juga yang diamini oleh Ibnu ‘Asyur dalam al-Tahrir wat Tanwir. Pendapat kedua dari Ibnu Abbas. ‘Dua kelompok’ yang dimaksud adalah generasi raja Absus dan Ashabul Kahfi. Pendapat ketiga dari al-Fara. ‘Dua kelompok’ yang dimaksud adalah dua kelompok umat Muslim yang hidup pada masa Ahabul Kahfi.

Waktu tidur Ashabul Kahfi yang konon berabad-abad masih memungkinkan bagi Allah untuk membangkitkan kembali. Hal ini untuk menegaskan kelompok atau perorangan yang tidak meyakini adanya hari pembangkitan.