Tafsir Surat Al-Hadid Ayat 22-23: Hikmah dan Tujuan Musibah

Tafsir Surat Al-Hadid Ayat 22-23: Hikmah dan Tujuan Musibah

Tafsir Surat Al-Hadid Ayat 22-23: Hikmah dan Tujuan Musibah
Kitab-kitab yang disusun rapi.

Beberapa hari ini bangsa kita diuji oleh Allah berupa musibah banjir dimana-mana sehingga banyak korban dan masyarakat mengungsi ke tempat yang aman Sebetulnya apa sih tujuan musibah ini diturunkan?

Allah menciptakan makhluknya tidaklah sia-sia, namun menyimpan hikmah dan tujuan yang harus digali, dicerna oleh manusia agar mampu memahami rahasia keagungan-Nya sehingga menambah kedekatan dengan-Nya. Salah satu hikmah musibah dijelaskan dalam Surat al-Hadid ayat 22-23 yang berbunyi:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ () لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ () الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَمَنْ يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

Artinya:

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Menurut ar-Razi dalam Tafsirnya,hakikat musibah telah ditentukan oleh Allah baik yang ada dibumi, misalnya banjir, kemarau panjang, gagalnya hasil pertanian. Musibah yang dirasakan manusia ada dua kategori. Pertama, seperti sakit, fakir, kematian keluarga. Kedua, sebagai ujian kebaikan maupun keburukan.

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa ada dua hakikat musibah yang perlu diketahui, yaitu:

Pertama, supaya manusia tak putus asa atas apa yang telah dia dapatkan. Imam al-Baidhawi menjelaskan bahwa tujuan dari musibah bertujuan agar manusia tak sedih atas hilangnya kenikmatan dunia yang ia miliki dari genggamannya.

Kedua, agar manusia tak bangga atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Imam Baghawi dalam tafsirnya yang berjudul Ma’alim at-Tanzil mengutip pendapat Ikrimah yang menyatakan setiap orang pasti merasakan kesenangan juga merasakan kesusahan, kesedihan, maka dari itu jadikanlah kesenangan itu untuk bersyukur atas nikmat-Nya, dan jadikan kesedihan sebagai penguat dalam menghadapi kesabaran.

Dari penjelasan di atas, manusia harus positif thingking kepada Allah, terutama musibah yang diberikan-Nya tidak lain agar manusia menyadari ketidakmampuannya atas apa yang ia perbuat, ia miliki supaya disyukuri, serta tak bangga atas apa yang ia miliki, karena semuanya hanya titipan, tak lama lagi akan kembali ke sisi-Nya.