Allah SWT memiliki 99 nama yang akrab disebut asmaul husna (nama-nama yang suci). Namun dari 99 nama-nama yang suci tersebut hanya dua yang termaktub dalam ucapan basmalah yakni, Al-Rahman dan Al-Rahim. Ar-Rahman dan Ar-Rahim keduanya diambil dari lafadz Rahmatun (Rahmat).
Kendati diambil dari lafadz dasar yang sama yakni, Rahmatun, al-Rahman dan al-Rahim memiliki arti yang berbeda. Merujuk Ibanatu al-Ahkam karya Ali al-Shabuni, al-Rahman adalah al-Mun’imu bijalailin ni’am (berhubungan dengan nikmat-nikmat yang besar). Sedangkan al-Rahim adalah al-mun’imu bidzaqaiqiha (berhubungan dengan nikmat-nikmat yang kecil).
Menurut al-Kahatabi berpendapat bahwa Al-Rahman adalah kasih sayang yang mencakup pada semua makhluk, meliputi rizki, kemaslahatan, baik kepada kaum muslimin ataupun non Islam alias kafir. Sedangkan Al-Rahim adalah kasih sayang yang dikhususkan pada kaum mislimin saja. Pendapat ini berlandaskan pada al-Quran Surah al-ahzab ayat 43.
هُوَ ٱلَّذِى يُصَلِّى عَلَيْكُمْ وَمَلَٰٓئِكَتُهُۥ لِيُخْرِجَكُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ وَكَانَ بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا
“Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.”
Adapun al-Qurthubi lebih tegas memaknai keduanya. Ulama ini berpendapat, al-Rahman khusus kepada dan untuk Allah sedang al-Rahim lebih umum. Bahkan tidak membolehkan untuk digunakan sebagai nama selain Allah azza wajalla. Hal ini merujuk pada al-Quran Surah al-Isra’ ayat 110.
قُلِ ادْعُواْ اللّهَ أَوِ ادْعُواْ الرَّحْمَنَ
“Serulah Allah atau serulah al-Rahman.”
Adapun dalam Tafsir Jalalain, al-Rahman dan al-Rahim bermakna iradatul khairi li ahlihi (suatu kebaikan yang dikehendaki Allah untuk hambanya). Lalu siapa yang dimaksud dengan hamba di sini? Merujuk sejumlah kitab tauhid, yang dimaksud hambah adalah al-makhuluku huwa siwallahi (segala sesuatu selain Allah).
Ini semua selarah dengan fungsi dasar agama Islam itu sendiri yang tidak diperuntukkan kepada ras, suku, bangsa, dan warna kulit tertentu melainkan untuk semesta yakni, al-Islamu rahmatan lil’alamin atau sebagai rahmat bagi seluruh alam. Maka tidak ada ruang permusuhan dan pertikaian dalam Islam. Justru yang ada adalah damai tentram. Melalui rahmat inilah akan tercipta negara yang baik sebagaimana doa nabi Ibrahim, baldatun tayyibatun warabbun gafur.
Dalam Jamiatu al-ahkam ada julukan rahmanul yamamah yang disabetkan kepada Musailamah al-Kadzdzab. Dia salah satu tokoh besar pembangkang Rasulullah. Dia pula yang mengatakan bahwa Al-Quran merupakan karangan penyair sehingga dia membuat ayat tandingan. Julukan ini didengung-dengungkan oleh Musailamah kepada tiap-tiap telingan manusia. Padahal Musailamah tak lebih dari pendusta hingga kemudian dijuluki dnegan al-Kadzdzab (pendusta).
Melalui pandang para ahli tafsir tersebut dapat disimpulkan bahwa lafaz al-Rahman dan al-Rahim merupakan nama pilihan dari 99 nama-nama yang suci sehingga termaktub dalam kalimat basmalah. Kalimat basmalah ini seperti lebih menegaskan bahwa rahmat (belas-kasih) Allah mengalahkan dan lebih besar dari pada sifat-sifat lain seperti murka dan seterusnya.
Lebih dari itu, sejumlah ulama salafus salih menyebut bahwa tidak akan ada yang mampu menerjemahkan seutuhnya dan sempurna tentang tafsir basmalah mengingat basmalah adalah induk dari kumpulan ayat-ayat Al-Quran. Bahkan ada yang lebih rinci semuang kandungan basmalah yang mewakili ayat Al-Quran ini tersirat semua dalam huruf pertama dalam kalimat basmalah yakni, huruf Ba.
Wallahu A’lam.